Epilog

20 2 0
                                    

Zola berdiri menghadap ke arah luar jendela menatap kosong di depannya, dia tidak lagi menangis histeris seperti biasanya tapi melamun adalah salah satu kebiasaan saat ini.
Tak ada seorang pun yang menemani nya saat ini, kemaren Zya berjanji akan mengunjungi perempuan itu lagi namun hingga siang hari begini bayangan nya saja tidak terlihat di mata Zola.

"Zola," panggil seseorang dengan suara lirih.

Zola tercekat, tau betul siapa pemilik suara yang menyapa relung hatinya, Zola menitikkan air mata kembali, berbalik menoleh seseorang yang sudah lama hilang di hidupnya.
Zola mengulas senyum tipis rindu rasanya, ia hendak berlari memeluk namun perlahan senyum nya memudar.

"KAMU PUN GAK PERLU PEDULI AKU MATI SEKALIPUN, PAHAM!!"

Oke kalau kamu mau nya begitu, Pergilah Aku gak akan minta kamu kembali lagi, Zola akan perjuangan in Cinta nya Zola."

Kata kata yang di ucapkan nya ke arah Laki laki itu terngiang di telinga Zola, Zola memundurkan langkahnya ada rasa pedih yang menyerbu hati dan perasaan.

Zola menghapus dengan kasar air yang jatuh dari pelupuk matanya."KENAPA KAMU KEMBALI!!HARUSNYA KAMU BENCI AKU SEKARANG, KENAPA KEMBALI PERGILAH INI BUKAN URUSAN MU LAGI, PERGI!"

Zola menangis lagi, ia beranjak berbaring di atas kasur menarik selimut sampai atas kepala."PERGI!!ZOLA GAK MAU ADA SIAPA PUN DI SINI!!HIKS HIKS."

Ervan yang berdiri tak jauh menunduk kan kepala, tangan nya terkepal hingga buku buku tangannya memutih, Ervan berbalik berjalan dengan cepat pergi dari kamar Zola,Zya yang berdiri di belakang Ervan hanya menatap sendu keduanya.

Zya berjalan masuk ke arah kamar Zola sedangkan Bunda  berusaha menahan tangis, Zya berbalik menatap Bunda dengan pandangan berkaca-kaca."Bun, minta waktunya ya Bun, Zya mau ngomong sama Zola."

Bunda mengangguk lalu berjalan menjauh dari kamar anaknya, Zya melangkah perlahan duduk di tepi kasur Zola, melipat kedua tangan."Ervan, satu satunya orang yang masih mau menjenguk lo, jangan sia sia in lagi La, lo gak bakal Nemu orang kayak Ervan lagi Ervan orang baik dia udah maafin Lo dari dulu sebelum Lo minta maaf."

Zola terdiam menggigit bibir bawahnya."Zola malu  Ya, Zola udah gak pantes dapat orang sebaik dia harusnya dia benci Zola ya, harusnya begitu biar Zola mengerti yang baik tidak akan selamanya baik."

Sudut bibir Zya terangkat ke atas."Kenapa lo pahamnya harus sekarang La."

Zola menggeleng kuat, menghapus air mata yang jatuh."Zola juga banyak salah ke Zya, Zola gak mau dengerin kata kata Zya dari dulu, Zola menyesal, Zola minta maaf ya."

Drtt drtt

Ponsel Zya bergetar membuat Zya bangkit merogoh tas sandang nya, ia berdiri agak jauh dari Zola."Haloo ... Bentar La."

Zola menoleh ke arah Zya sekilas bangkit menyandar kan punggung nya di dinding, raut wajah Zya berubah panik dan was was ia segera mematikan panggilan dengan tergesa gesa.

"Zolaa!! Ervan sama Kak Esa kelahi saling adu kekuatan gak ada yang mau di lerai mereka ada di taman dekat rumah Kak Esa."

Zola membelalakkan mata bangkit dari tempat tidur berlari ke luar kamar, di susul Zya di belakang nya bahkan Zola tak sempat memakai sandal nya."Zola kita naik  motor, ayo."

Zya dengan cepat menstater motornya, Zola spontan naik ke atas motor, Zya melajukan motor di atas kecepatan rata rata hingga mereka harus berhenti di lampu merah di tambah dengan kemacetan lalu lintas siang ini.

Zya berdecak, bingung harus berbuat apa, Zola yang di belakang nya turun dari atas motor ia segera berlari dengan sekuat tenaga bahkan Zya pun tak sempat memanggil.

Cukup jauh Zola harus berlari di tambah telapak kaki yang tidak mengenakan apa apa membuat kakinya seperti terbakar, sesekali ia mengelap keringat dengan tangan tanpa lelah terus berjalan hingga suara tegas Ervan terdengar di Indra pendengaran.

"GW GAK PEDULI SEDIKIT PUN JIKA LO HARUS MATI HARI INI, GW UDAH BIARIN DIA SAMA LO TAPI LO MALAH BUAT DIA MENDERITA SEKARANG!! GW GAK TERIMA,  GW GAK PEDULI SEDIKIT PUN JIKA GW HARUS DI TUNTUT SETELAH INI SEKARANG YANG TERPENTING LO MATI SAAT INI JUGA!!"

Ervan tak henti hentinya  memberikan bogeman mentah ke arah Esa yang membuat Esa terkulai lemas sekarang, sudut bibir laki laki itu terluka akibat serangan balik dari Esa, Ervan bahkan memberontak saat di lerai kan ia membentak bentak orang yang mencoba menghentikan mereka. "GW GAK AKAN  PERNAH RELA LO HIDUP TENANG! BRENGSEK!"

Hup

Pinggang Ervan di peluk Zola dari belakang, Zola menangis di baliknya."Udah udah Ervan, Zola mohon, udah."

Ervan terkesiap menghentikan serangan nya, orang orang ikut menengahi menjauhkan Esa dari Ervan, Ervan berbalik memegang kedua pundak Zola, Zola lantas memeluk Pinggang Ervan Erat kembali menangis di pelukan laki laki itu, hingga pandangan Zola menjadi gelap dan mengabur membuat Zola tak sadarkan diri di dada Ervan.
......

Zola mengerjap ngerjapkan matanya Cahaya lampu berusaha menyerbu pandangan Zola, Zola menggosok gosok mata memegang kepalanya pusing, Zola memperhatikan bangunan putih di sekeliling yang menyeruak bau obat.

Srett

Suara pintu membuat Zola menoleh, seseorang laki laki tersenyum membawa mangkuk Makanan di tangannya, pandangan Zola tertunduk malu ke arah  laki laki yang berjalan mendekat.

"Kata dokter, Maag kamu kambuh karena jarang makan aku sudah berpesan bukan?, kalau makannya harus di jaga dan satu lagi kenapa kamu nyakitin diri sendiri?"

Air mata Zola jatuh perlahan tak berani menatap mata Ervan yang telah duduk di kursi di samping ranjang nya, tangan Ervan terangkat menghapus air mata yang jatuh."Jangan nangis, sayang air matanya terbuang sia-sia."

Zola terdiam menghapus air mata yang jatuh lagi secara kasar."Maaf ..." lirih Zola membuat nya tercekat.
Ervan menggeleng meletakkan mangkuk di atas nakas."Ga perlu minta maaf, Ervan udah maafin jauh sebelum Zola minta maaf."

Zola menarik nafas dalam menatap ragu ke arah mata Ervan."Kenapa Ervan mau kembali?"

Ervan menampilkan senyum tipis mengacak ngacak rambut Zola."Dengar sini gak ada sahabat yang akan serius dengan ucapannya, Ketahuilah jika aku bilang aku pamit sebenarnya aku masih tetap di sini dan tak akan pernah berhenti untuk peduli dan lagi pula---" Ervan menarik nafas sesaat baru kemudian melanjutkan ucapannya, "aku kembali untuk menuhin janji Pangeran kepada tuan putrinya."

"Tuan Putri? Kenapa masih sama?" tanya Zola ragu, Ervan tersenyum semakin lebar."Bukankah aku juga pernah janji kalau kamu akan jadi Tuan Putri nya Pangeran selamanya."

....
Yuhuu, akhirnya cerita Youand He tamat...
Alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya Nyya berhasil tamatin cerita ini, setelah ini Nyya mau kasih bonus trailer Youand He

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang