Youand He:-50

15 2 0
                                    

Zola mengerjap ngerjapkan matanya masih dalam keadaan setengah sadar mata nya menoleh ke arah bunda yang tengah menopang kepala dengan tangan, Zola tidak berniat mengganggu wanita itu Zola menatap langit langit kosong air matanya kembali mengalir di pipi."Bunda ..." lirih Zola pelan.

Bunda spontan menoleh ke arah Zola menampilkan senyum tipis."Iya Sayang?"

Zola menyentuh dadanya ia menggigit bibirnya kuat."Sakit Bun ..."
Senyum Bunda memudar ia beralih mengelus rambut Zola."Nak ..."

Bunda lantas memeluk tubuh Zola ke dalam dekapan nya, air mata Zola mengalir lebih deras, Zola menggeleng kuat mengusap kasar air yang jatuh dari matanya."Zola pengen sendiri, Bun."

Bunda lepaskan pelukannya, menatap Zola sendu, Bunda mengangguk mencium kening Zola sesaat."Jangan coba sakitin diri sendiri lagi Zola."

Bunda berdiri melangkah perlahan keluar dari kamar Zola, menutup pintu kar Zola dengan rapat, Zola menarik selimut nya hingga ke atas kepala merasa capek menerima semua ini dengan cepat.

Ting

Ting

Zola menyingkap selimut menoleh ke arah tas di meja belajar, Zola bangkit berdiri mengambil ponsel yang berbunyi dari dalam tas, ia membuka aplikasi pesan.

Kak Esa

Zola.Ayolah kita bisa perbaiki semua ini.

Kak Esa

Gw sayang sama lo, lo gak perlu peduli sama orang lain

Zola menatap nanar ponselnya, memandang cukup lama pesan dari seseorang yang berhasil menyakiti hatinya saat ini."Gak ada bahagia yang di rebut dari kebahagiaan milik orang lain!"

Zola mengetuk profil menggulir hingga bawah mencari kata Blokir, tanpa banyak bicara ia segera memblokir bahkan  menghapus nomor itu langsung.

Zola keluar dari aplikasi pesan bergulir ke arah galeri jarinya berhenti menscroll memandang ke arah fotonya dan Esa berdua di puncak foto yang di kirim Esa beberapa hari yang lalu, ia juga ingat dengan jelas dimana Esa berbisik lembut di telinganya, Zola menggenggam kuat ponsel kemudian melemparkan ke arah dinding, Zola menutup mulutnya sambil menangis histeris.

Ponsel yang di lempar Zola retak, terletak begitu saja di lantai, Zola menutup mulutnya berusaha menahan tangis."Gak berperasaan, Zola benci!!"

Zola terdiam, keheningan di kamar nya mulai tercipta, mata nya terus terusan basah mengalir semua rasa sakitnya yang tertahan.

Zola terus terusan berdiam diri di kamarnya hingga bintang-bintang bertebaran di atas langit bertemu dengan satu sama lain, Zola berdiri mendekat ke arah jendela kamar mendongak menatap bintang bintang itu hingga larut malam, tak ada rasa kantuk ia masih asyik memandangi bintang di atas sana yang perlahan mulai menghilang satu demi satu."Satu demi satu pergi dari tempat nya menetap lantas kenapa aku gak bisa untuk memilih pergi saja?"

Zola menenggelamkan wajah di antara lipatan tangan, ia berhenti memandang bintang di atas sana, Zola termenung hingga pagi itu datang.

Sinar matahari masuk ke retina Zola membuat Zola mendongak kan wajahnya, mata nya menatap sayu apa pun yang terlihat, Zola menarik nafas panjang menyandar kan punggung di dinding, matanya menoleh ke arah luar jendela, masih dengan  pagi yang biasanya.

Tok tok

Pintu Zola di ketuk namun Zola seolah menulikan pendengaran nya matanya masih terpaut ke luar jendela, Bunda masuk menimbulkan decitan pintu, ia berjalan duduk di dekat Zola mengelus rambut Putri satu satunya."Kenapa di bawah ... dingin."

Youand He [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang