Ervan membentang tikar di bawah pohon mangga yang masih berbunga, pas di samping danau, diikuti dengan Bunda yang meletakkan rantang beserta peralatan makan.
Zya menurunkan keranjang buah di tangannya, kemudian mendekat ke arah Ervan, menyentuh bahu laki-laki itu. "Bisa temenin Zya sebentar? Beli es krim."
Pandangan mata Zya beralih ke arah tempat jual es krim yang tak jauh dari tempat mereka, Ervan menoleh ke arah pandangan mata Zya sesaat lalu mengangguk. "Okey, ayo!"
Zola yang masih berjalan, mendadak berhenti ditepi selokan lebar dan dalam jangkaunnya, ia menatap titian beton yang sangat kecil di hadapannya itu agak lama, Esa berhenti di samping Zola, memandang sekilas ke arah Zola yang kelihatan takut, ia kemudian meniti titian itu dan meloncat, mata Zola membulat melihat aksi Esa."Kak Esa!"
Esa meletakkan kotak kue di tangannya di atas rerumputan, menatap kembali ke arah Zola sembari mengulurkan tangan. "Gue bantu, sini tangannya.""Hah." Tangan Zola berkeringat dingin begitu juga dengan kakinya yang tiba-tiba menggigil, Zola mengedipkan mata berkali-kali, enggan menyambut tangan, Esa berdecak pelan memalingkan wajahnya sekilas. "Jangan takut, gue di sini."
Esa menatap tajam dan lurus, meyakinkan perempuan itu bahwa ia bisa menyeberang tanpa takut jatuh, Zola menundukkan pandangan menatap ke arah air yang mengalir ringan, Zola melangkahkan kakinya perlahan seraya menyambut tangan milik laki-laki di depannya.
Kakinya melangkah sekali lagi dengan tangan Esa yang di genggam erat olehnya, tubuh Zola oleng tersandung sebelah kaki, tanpa aba-aba Esa segera menarik pergelangan tangan kiri Zola dan jatuh tepat di bagian dadanya.
Tubuh Zola bergetar dengan tangan milik Esa masih di genggam kuat, dahinya mengalir keringat dingin, Esa terdiam di tempatnya sambil menggerakkan tangan menyentuh punggung Zola.Tanpa sadar, Ervan yang melihat hal itu, memandang tajam dan dingin ke arah Esa. Zola yang memeluk tubuh Esa membuat hati Ervan panas dan bergejolak, tangannya yang menggenggam es krim di letakkan paksa di tangan Zya, ia berlalu pergi ke arah Zola dan Esa.
Zya menggigit bibirnya melihat Ervan yang memandang Esa tak bersahabat.
"Sini ikut Ervan!"
Tanpa perintah, Ervan menarik paksa tangan kiri Zola hingga lepas dari pelukan Esa.
"Ervan ... ERVAN ... eh Kak maaf ya."
Zola menepuk tangan Ervan yang mencengkam tangannya erat, dengan susah payah kakinya berjalan dengan tengkak mengikuti langkah Ervan, Zya yang menyaksikan kejadian itu melongo sendiri di tempatnya.
Ervan seolah menulikan pendengaran, tidak peduli Zola berteriak ataupun memukul pergelangan tangannya."ERVAN LEPAS!! JANGAN NARIK SECARA PAKSA!"
Ervan berhenti melepaskan cengkeraman tangan dari pergelangan tangan Zola, kemudian berbalik. Zola meringis menahan sakit di kakinya yang diajak berjalan dengan cepat tanpa aba-aba, kemudian menatap Ervan dengan serius.
"Ervan kenapa! Kak Esa cuma mau nolongin Zola yang hampir jatuh."
Dada Ervan naik turun menatap Zola datar dengan rahang mengeras. "Zola peluk dia, kan!"
Ervan menekan setiap katanya menatap mata Zola dalam dan penuh arti, Zola mengerutkan kening balas menatap Ervan.
"Aku gak suka Zola dekat-dekat sama dia." Ervan membalikkan tubuhnya membelakangi Zola, menarik nafas beberapa kali. "Aku minta maaf. Biar aku yang gendong sampai ke tempat pikniknya."
Zola terdiam menatap punggung di depannya. "Naik!" Ervan bersuara lagi saat tahu Zola hanya terdiam di tempatnya. Zola mengukir senyum tipis lalu naik ke punggung Ervan.
Ervan melangkah ke arah tikar mereka sedangkan Esa mengangkat kedua alisnya menatap adegan yang terjadi secara tiba-tiba di depan matanya. Zya menyusul mengikuti Ervan ke arah tikar mereka.
Ervan menurunkan tubuh Zola di tikar tanpa bicara sepatah kata lagi.
"Ini La. Zya beli es krim cokelat dengan taburan kacang buat Zola."
Zya ikut duduk di samping Zola, meletakkan kantong plastik di hadapan Zola, Ervan mengambil alih es krim Zola dan membuka tutupnya tanpa mengatakan apa pun, Zola menatap mata Ervan yang menampilkan tatapan berbeda dari biasanya.
"Ervan nggak apa-apa?""Hm." Ervan menampilkan senyum kecil di wajahnya kemudian menggeleng. "Selama dia masih berada di dekat aku, aku gak kenapa-kenapa."
Zola tercekat, kembali mengalihkan perhatiannya, Zya menoleh ke arah Ervan yang memang memandang Zola dengan penuh perhatian."Ervan nggak mau ikutan juga? Esnya dimakan," sahutnya. Ervan merogoh kantong plastik itu dan mengambil satu es krim rasa vanila.
"Ini kruk-nya Zola lupa diambil."
Esa berdiri di hadapan ketiga manusia yang menoleh ke arahnya secara bersamaan, Ervan meletakkan kruk itu di atas tikar bersamaan dengan kotak kue di tangannya."Kak, mantan idolanya Zya, sila dimakan esnya Kak, ups."
Zya menutup mulutnya dengan satu tangan, Esa balas memandang Zya berkerut dahi dengan tatapan meminta penjelasan.
"Mantan idola? Kok ...."Zya menurunkan tangannya meneguk saliva sesaat kemudian mulai berbicara. "Hm, iya. Karena ada suatu alasan yang buat Kak Esa jadi mantan idola Zya, ribet dari kelihatannya."
"Oh pantes. Emang ribetnya apa?"
Zya memutar matanya lalu menatap ke arah Zola yang juga memandanginya, Zola menggeleng tanpa melihat ke arah Esa. "Bukan apa-apa, privasi Kak."
Esa beralih duduk di tikar masih terus menatap Zya penasaran. "Kalau masalahnya berkaitan dengan gue, gak masalah kan?"
Zya mengulum bibirnya ragu-ragu, tetap diam tanpa menjawab apa pun.
"Eh, udah kumpul aja. Maaf lama, jalan bentar. Ayo makan! Udah jam berapa juga ini."
Seluruh mata menatap ke arah Bunda dan Pak Sutanto, Bunda menatap ke arah jam di tangannya, kemudian balik menatap mereka."Bunda sama ayah duduk dulu sini, makan es krim!"
Zola menepuk tempat di depannya beberapa kali, Bunda mengangguk bersamaan dengan Pak Suatanto yang segera duduk di atas tikar.Bunda mengambil dua es krim, memberikannya sekaligus ke arah suaminya, tangan Esa bergerak mengambil es krim yang tersisa satu, es rasa vanila. 'Eh, semuanya rasa vanila ya? Cuman Zola kayaknya yang rasa Cokelat."
Ervan dan Zola menatap laki-laki di depan mereka dengan tatapan berbeda. "Kak Esa gak suka ya? Maaf vanila semua kecuali punya Zola."Pandangan mata Esa beralih ke arah Zola, Esa kemudian menggaruk kepalanya sesaat. "Nggak kok, gak apa-apa, gue juga suka rasa vanila."
Zola menyendokkan es krim di wadahnya yang terletak di atas tikar, menatap Zya dan Esa bergantian.
"Kak Esa mau coba es krim coklatnya?"
Baru saja sejenak tangan Zola terulur ke arah Esa, Ervan lantas menarik tangan Zola, hingga sendok es krim di tangan Zola yang berisi es krim terjatuh.
Seluruh mata merubah pandangan menatap Ervan dengan raut yang tak bisa di tebak tak terkecuali Bunda dan Pak Sutanto.
"Maaf. Em gak sengaja."
Pandangan mata Ervan melirik sinis ke arah Esa. "Ervan kenapa? Sengaja ya?"
Ervan segera mengalihkan tatapan, tak berani menatap ke arah mata Bunda Dysa yang berbicara kepadanya, pandangannya menunduk kemudian mengulum bibir. Zya menatap intens melihat gerak-gerik Ervan yang terlihat tidak nyaman.
"Van. Kamu ini sebenarnya kenapa? Kelihatan gak sukanya sama Kak Esa." Zola membuka suara menatap Ervan dengan sedikit rasa kesal dan kecewa, Zola mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.Ervan tidak menatap siapa pun, dia terdiam dengan pandangan ke arah lain.
....Hayeo jangan lupa voment ajalah, bubayy
Sengaja ngirimnya pagi-pagi. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...