Zola sejak tadi mondar mandir di depan rumah nya, tubuhnya telah di balut gaun berwarna biru langit dengan rambut di gerai indah, tidak lupa sepatu putih yang telah terbalut di kaki, deru motor Seseorang terdengar di pendengar Zola.
Zola mengukir senyum melambai ke arah orang yang baru saja memarkirkan motor di depan rumahnya.
"Eh udah siap."Laki-laki itu mendekat menoleh kesana kemari."Pamit dulu, yuk!"
Zola menatap mata Esa kemudian mengajak Esa masuk ke dalam rumah
"Bunda di belakang Kak." Esa membututi langkah kaki Zola hingga tiba di area dapur dengan Bunda yang tengah asyik membersihkan meja, Bunda mengalihkan perhatian menatap ke arah Zola dan Esa."Eh ... udah mau berangkat?"
Esa mengangguk menyalami tangan Bunda, Zola di sampingnya menggerakkan gerakkan gaun menatap fokus ke arah Esa, sadar tengah di tatap Zola Esa menggulirkan maat menoleh ke perempuan itu."Kenapa?"Zola tercekat menyembunyikan raut wajah nya dari Esa kemudian menggeleng pelan."Ga apa-apa Kak."
Bunda beralih menatap anaknya lalu tersenyum kecil, Zola menoleh hingga mata nya langsung bertabrakan dengan mata bunda."Eh Bunda ... Zola pulang nya agak malam ya, soal nya mau liat Sunset di bukit sama adik Kak Esa juga."Bunda mengerjapkan mata lalu mengangguk singkat."Ya udah, cepat pulang ya jangan terlalu larut."
Zola tersenyum memeluk Bunda spontan."Siaaap Bunda, Zola Pamit pergi ya."Zola mengambil tangan Bunda Dysa meletakkan nya di dahi."iya hati hati nak."
Bunda menoleh ke belakang ke arah Esa memundurkan langkah nya, Esa di tempatnya mengangguk sekali ke arah bunda Dysa."Bunda nya Zola, Kami Pamit ya."
Bunda balas mengangguk, kemudian Zola dan Esa bergerak meninggalkan bunda di meja makan, Esa lebih mempercepat langkahnya berdiri di samping motor, Zola menyusul langkah kaki Esa hingga ia berdiri di samping laki laki itu. "Kita ke rumah dulu ya," ujar Esa pelan.
Zola mengambil nafas menoleh ke arah Esa."Iya Kak."
Tangan Esa terulur ke hadapan Zola membuat ia mengerutkan kening tak paham."Kenapa Kak, tangannya ada yang luka?"
Esa berdecak kemudian menggeleng. "Motornya tinggi, gw bantu naik."
Zola membulatkan mulut tersenyum canggung ke arah Esa."Eh iya Kak."Esa meraup tangan Zola dengan lelah setelah melihat perempuan itu ragu ragu mengaitkan tangan nya Dengan tangan milik Esa."nah seperti ini, Say---eh nggak."
Garis garis di dahi Zola makin bertambah, namun Zola cepat cepat naik untuk menghentikan detak jantung nya yang berkerja dengan cepat.
Srett
Kaki yang tadinya di gunakan untuk pemijak terpeleset dari tempat itu membuat jarak di antara mereka semakin tipis, nyaris mengenai hidung laki laki di depan nya, wajah Zola semakin memanas membuat Zola cepat cepat mengalihkan tatapan mereka, ia diam tak berkutik berada sedekat itu dengan seseorang yang dia cintai.
Zola sudah naik di atas motor dengan aman, Esa menaiki motor meninggalkan Perkarangan rumah Zola, suasana masih terlihat canggung di antara kedua nya.
Motor Esa akhirnya berhenti di rumah berwarna putih berlantai dua dengan gerbang setinggi dua meter, di garasi luar terdapat 2 buah mobil yang pernah Zola lihat sebelumnya, Zola melongo menatap halaman rumah Esa yang terlihat sangat luas di tanami berbagai macam bunga.
"Coba kamu hitung sampai 3."
Zola lantas menaikkan alis menatap Esa bingung."Ken ....""Abang ... kak ...."Anak kecil itu berhenti berlari di hadapan Esa mengerjap ngerjapkan matanya menatap ke arah Zola.
."Nah kan ... belum juga di hitung,"ujar Esa menaik turunkan alisnya.
Tangan Acha perlahan terangkat menunjuk ke arah Zola."ini Kak Lala, Bang?"
Tatapan Acha menoleh ke arah Abangnya, Esa mengangguk singkat mata Acha kembali bergulir ke arah Zola."Ih aslinya cantik ya."
Zola mengukir senyum mengacak pelan rambu Acha."Kamu bisa aja."
Acha terkekeh beralih menarik pergelangan tangan Zola."Ayo masuk Kakk."Zola di tarik Acha masuk ke rumah sedangkan Esa berjalan di belakangnya, Zola memandang takjub di sekitar halaman rumah matanya tak henti berbinar menoleh kesana kemari.
Tangan Zola di lepas setiba di ruang tamu, Acha merentang kan tangannya ke arah wanita sebaya Bunda Dysa."Mamaa lihat Bang Esa bawa siapa?"
Mata wanita itu mendongak menatap Zola lamat lamat, alisnya berkerut mencoba memikirkan sesuatu."Siapa ya?"
"Itu yang nama nya Zola, Ma".
Esa berjalan mendekati mamanya kemudian duduk di sofa, Zola mengangguk membenarkan, mulut mama Esa membulat menepuk sofa di samping nya."Oh sini duduk."Zola mengangguk lagi tangannya kemudian di tarik Acha untuk duduk di Sofa."Duduk Kak, kakak mau minum apa? Zola bisa bikin Susu."
Acha tersenyum lebar menatap Zola, tangannya di kaitkan menjadi satu, Zola menggeleng pelan."Gak usah, Cha."Mama Esa menghela nafas matanya menoleh ke belakang. "Bikk buatin minum ya buat Teman nya Esa!"
Zola spontan menoleh ke arah mama Esa melebarkan matanya, suara sahutan seseorang dari dapur terdengar di Indra pendengaran.
Zola mengalihkan perhatian nya kembali memandang ke arah pintu besar di depannya."Ma ... Tanda tangan ini sebentar Manda mau latihan karate, kata pelatihnya harus pake surat izin."
Seorang perempuan yang baru menginjak remaja tersebut meletakkan pena dan kertas di atas meja, seluruh pasang mata menoleh ke arahnya, Mama mengambil kertas memasang kaca mata yang di selipkan di bawah meja lalu menandatangani surat itu.
Zola menoleh memperhatikan wajah seorang yang mempunyai nama Resya Amanda Valena yang tak lain tak bukan adik pertama dari Esa, tanpa sengaja mata mereka bertemu sesaat namun Manda segera mengalihkan perhatian mengambil kertas yang sudah di tanda tangani Mama nya.
"Siapa bang?"Pertanyaan itu terlontar dari mulut Amanda, Esa menoleh menggaruk tengkuknya."Teman Abang, namanya Zola ...." Mata Esa beralih menatap Zola."Zola ... Ini Amanda adik kandung gw."
Zola tersenyum tipis menjulurkan tangannya ke arah Manda namun sang punya nama menyipitkan mata menatap tajam ke arah Zola."Manda udah telat, Assalamualaikum. "
Manda segera berjalan menjauh sedangkan Zola mengulum bibir menyimpan tangannya kembali, ada perasaan yang seolah menyesakkan di dadanya melihat sikap Amanda padanya.
Sebelum benar benar melangkah keluar rumah Amanda terlebih dahulu menoleh kembali ke arah Zola, mata yang seolah menyorot kebencian."Jangan pernah ambil Abang Manda Say," gumam Manda pelan ia lalu melangkah keluar dari pintu besar.
Pembantu rumah mereka datang dengan membawa segelas minuman yang langsung di sajikan di atas meja, Zola mengangguk ke arah wanita itu.
Acha beralih duduk di dekat Zola menampilkan gigi yang tersusun rapi."Kakak mau liat taman belakang rumah gak, Kak? Kemaren Acha tanam bunga sama bibi, Kak Manda juga ikut."Mata Zola mengerjap ngerjap memperhatikan Acha dengan seksama.
"Acha ... Bentar dulu mama mau minta di ajarin buat kue panggang sama Zola, bisa, kan La?"
Zola mengangguk, Mama Esa lantas berdiri mengulurkan tangan ke arah Zola."Ayuk ... Kita ke dapur Tante udah siapin bahan bahannya."
Zola berdiri mengikuti langkah kaki Mama Esa ke arah dapur, Acha juga ikut berdiri mengekori mereka.
Esa terdiam lalu beranjak naik ke lantai atas, menuju kamar nya.Mereka berhenti berjalan, Zola memandang takjub di sekitar nya dapur yang di desain simpel sungguh sangat Aesthetic dan apik, semua barang di tata dengan rapi.
"Mama ... Acha ikut juga dong," ujar Acha sambil naik ke atas kursi, Mama menggeleng geleng kan kepalanya dengan tangan bersedekap di dada."Achaa turun! duduk yang benar jangan berdiri."
Acha terkekeh ia kemudian turun dari kursi mengambil kursi lain dan duduk di sana.
"Nah bahan bahan nya Tante keluarin dulu.".....
Part spesial, yeayy
Lanjut gulir ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...