Takdir Hujan

3 1 0
                                        

Saat sesuatu yang kita miliki seakan sedikit  menjauh karena waktu yang tak berpilih kepada kita. Dan saat itu juga kita berpikir untuk kembali menunbuhkan rasa kasih sayang yang sebenarnya.

Beberapa minggu ini alvin sibuk dengan sekolahnya, sebenarnya ina juga begitu. Tapi dari segi kesibukan alvin lebih banyak menghabiskan waktu dengan tugas yang di berikan, mulai dari mengurus urusan osis, urusan kelas, sampai dengan urusan ina.

Tapi alvin sedikit tidak bisa mengatur waktunya dengan baik, bukan karena dia tidak ingin. Namun ia lebih memilih menyelesaikan urusan yang lebih penting, bukan karena ina tidak penting. Namun sekolahnya sedang mengadakan acara dan itu membuat alvin harus sibuk dengan tugasnya sebagai anggota osis.

"Kamu kalo cape istirahat dulu, jangan di paksain"

"Abis ini kamu makan ya, soalnya tadi pagi katanya kamu cuma makan roti aja"

"Alvinn jangan lupa istirahat oke? Semangat"

"Vinn, makanannya di makan awas kalo aku datang bekalnya masih ada isinya"

Setidaknya ina tidak merasa di tinggalkan, dia masih memikirkan kesibukan alvin dan dia memakluminya. Acara sekolah akan di mulai besok dan setelah itu alvin akan selesai dengan tugas tugasnya. Ina tidak sabar untuo besok, bukan untuk melihat acara yang di adakan tapi tidak sabar untuk melihat alvin berhenti berlalu lalang di lingkungan sekolah. Hal itu membuat ina sedikit marah dan kesal, apalagi banyak adek adek kelas yang mencari perhatian walau ina tau hanya dia yang ada di hati alvin saat ini. Tapi tidak ada salahnya kan mencegah karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Pulang sekolah hari ini sore dan alvin masih saja di sekolah, ina khawatir dia kecapean dan penyakitnya akan kambuh. Bukan karena alvin di istimewakan tapi memang ina khawatir bagaimana jika ia pingsan dan tidak ada siapapun di sekolah ini yang bisa   menolongnya dan akan di tolong oleh makhluk halus sekolah ini,

"Hih, pikiran macam apa ini" kesal ina sambil memukul mukul kepalanya. Tiba tiba ada yang menahan tangannya membuat ina berpikir apakah itu benar hantu sekolah yang sempat dia pikirkan tadi.

"Sayang, jangan di pukul mulu kepalanya" ujar alvin membuat ina kaget dan langsung mendongak melihat alvin tersenyum tampan sambil mengelus rambut ina. Walau terlihat sedikit wajah lelah di sana namun dia tetap berusaha untuk tersenyum.

"Iiiihhh kamu sih lama" balas ina sambil menghentakkan kakinya. Gemas.

"Maaf ya, tinggal sedikit" ujar alvin tersenyum sambil menganggkat berkas yang perlu di antarkannya ke ruang kepala sekolah.

"Ya udah aku tunggu, aku pulang sama kamu aja. Kangen" balas ina pelan di akhir bicaranya.

Alvin terkekeh dan menggandeng tangan ina dengan tangan satunya lalu menariknya menuju gedung samping tepatnya ke gedung kepala sekolah.

Saat berjalan di tengah lapangan rintik hujan membasahi permukaan bumi yang membuat alvin dan ina seketika sadar dan langsung berlari kecil menuju gedung di depannya.

"Huuh! Sial amat pake segala hujan" celetuk ina kesal.

"Sayang, hujan itu rahmat. Jadi harus di syukuri ya" balas alvin lembut. Ina mengangguk dan menjulurkan tangannya menyentuh hujan yang jatuh di depannya.

"Kenapa hujan selalu turun bahkan saat ia merasakan sakit ketika terjatuh kepermukaan bumi" gumam ina. Tapi masih bisa di depan oleh alvin.

"Karena ia tak bisa menentang takdir, bagaimanapun sesuatu yang sudah di tetapkan tak bisa di ubah untuk ukuran hujan" jawab alvin membuat ina mengangguk.

"Karena ia tau, menentang kuasa tuhan bukanlah sesuatu yang baik. Masih untung dia terjatuh kebumi dan bisa bertemu dengan air yang ada di bumi. Bagaimana jika ia harus berhnti di tengah perjalanan jatuhnya kebumi dan itu lebih akan membuat sakit, karena dia akan sendirian"  jelas ina melanjutkan perkataan alvin tadi.

"Jika seseorang harus menentang keadaan yang membuatnya berada dalam pilihan sulit itu akan lebih menyesakkan daripada merasakan bagaimana kehangatan yang ia dapat dari menjalani apa yang di sediakan oleh keadaan" ujar alvin sambil menatap ina. Dan lagi lagi ina mengangguk.

"Makanya aku harus nunggu kamu selesai dengan tanggung jawab kamu dulu baru deh jalan sama aku" balas ina sambil tertawa.

"Udah berhanti hujannya, ayo" alvin menarik ina kembali menuju ruang kepala sekolah.

Setelah selesai dengan tugasnya alvin pamit dan segera keluar menemui ina yang sedang duduk di kursi depan ruangan itu.

"Udah?" tanya ina.

"Udah princess, ayo pulang" balas alvin lembut menarik ina kembali menuju parkiran sekolah. Beruntung hari ini alvin parkir di tempat yang ada atapnya jadi motornya tidak basah.

"Alvin" panggil ina saat berjalan menuju parkiran.

"Iya?" balas alvin tanpa menoleh.

"Kamu cape ga?" tanya ina

"Sedikit" balas alvin

"Kenapa ga banyak?" tanyanya lagi.

"Karena liat senyum kamu capenya hilang sebagian" gombal alvin

"Iiiihh apaan sih malu tauuu" balas ina merona.

Saat sampai di parkiran alvin memberikan helm yang selalu siap sedia di motornya dan naik ke atas motor. Heran dengan ina yang sedari tadi tak beranjak dari tempatnya alvin meliriknya.

"Kenapa belum naik?" tanya alvin. Dengan cepat ina mencium pipi alvin kilat dan langsung naik serta menenggelamkan wajahnya di punggung alvin.

Alvin terdiam akan tindakan yang tiba tiba dari ina dan terkekeh geli. Dan semua lelahnya sudah benar benar hilang sekarang.

"Terima kasih sudah membuatku berenergi lagi" ujar alvin menjalankan motornya menuju rumah.

"Sekarang masih cape ga?" cicit ina saat mereka berhnti di lampu merah.

"Udah hilang semua capenya" jujur alvin.

"Bisa aja" balas ina kembali menenggelamkan wajahnya di punggung alvin.

.
.
.

"Kamu baru pulang? Ini sudah sore bahkan saya lebih dulu sampai dari pada kamu" ucap arga saat melihat ina melintas dan ingin naik ke atas.

"Emm tadi macet" bohong ina.

"Tidak ada macet tadi" balas arga.

"Emm tadii itu apa" gugupnya.

"Sudah sana mandi, kamu bau abis itu makan malem" putus arga dan masuk ke dalam kamarnya. Ia tau pasti ina menghabiskan waktu dengan laki laki itu.

"Tumben tidak mengeluh saat saya kasih sayur" ujar arga penasaran.

"Iya, biar aku sehat" balas ina singkat.

"Memang harus begitu, agar tinggi. Kamu sudah terlalu pendek" ejek arga.

"Om tuh yang ketinggian bukan aku yang pendek" kesal ina.

"Tidak, tinggi saya wajar . Tinggi kamu yang tidak wajar" ejek arga lagi.

"Ishhh nyebelin" marah ina. Arga terkekeh dan menepuk nepuk dadanya karena keselek.

"Tuh kan kualat" lanjut ina.

"Maaf ya sayang" ujar arga tanpa sadar membuat ina membeku karena tiba tiba di panggil sayang oleh arga.

"Kenapa minta maaf , kan emang bnr aku pendek. Iya kan?" kesal ina.

"Iya sih" jujur arga seketika membuat ina kesal. Jika bukan karena sedang makan ina sudah memukul kepalanya yang otaknya pintar itu pengen rasanya membuatnya jadi bodoh.

"Sudah selesaikan makanmu" perintah arga. Ina menurut dan langsung menghabiskan makan malamnya.

Selesai membereskan semuanya dengan sedikit cekcok dan tidak akan pernah hilang sejak mereka tinggal bersama.

Ekhem:v
Maaf kalo banyak typo ya
Jangan lupa vote dan komen
Salam author kyud:v

1080 kata

BECAUSE IT'S YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang