Cerita 20

32.5K 2.2K 4
                                        

🌸🌸

Kost Ara kosong, sudah berkali-kali Andra mengetuk pintunya namun jangankan Ara yang muncul membuka pintu, sekedar suara pun tidak ada. Sampai tetangga kost Ara mengatakan bahwa gadis itu belum pulang dari tadi

Andra khawatir setengah mati, pikirannya mulai memikirkan yang tidak-tidak. Malam-malam begini walau belum larut tetap tidak ada yang bisa menjamin Ara akan baik-baik saja.

Musibah tidak pernah permisi jika ingin datang

Andra bingung mau mencari kemana. Telpon Ara pun belum mendapat tanggapan. Berdiri dengan frustasi di depan kost Ara dengan pikiran tidak tenang Andra mencoba menghubungi Arka

Halo pak?

"Ara ada sama kamu"?

Loh, enggak pak. Saya lagi nongkrong sama temen lain

Andra memutuskan sambungan sepihak tanpa kata pamit atau terimakasih. Ia menjambak rambutnya keras menyalahkan diri sendiri akan keadaan sekarang

Nadia

Nama itu terlintas dibenaknya, mengirim pesan pada Arka untuk mengirimkan nomer Nadia padanya secara cepat. Andra buru-buru mendial nomer yang Arka kirim

Halo?

"Ara ada sama kamu"?

Pak andra?

Andra susah payah menahan emosi sejak berjam-jam yang lalu dan sungguh itu bukanlah hal mudah

"jawab aja pertanyaan saya" walau dengan suara pelan, Nadia mampu merasakan ketegasan dari sana

Maaf pak, tapi ara gak ada sama saya ini kan juga udah malam

Andra lagi-lagi memutuskan sambungan. Ingin rasanya ia berteriak sekarang, pikirannya seakan buntu.

Baru Andra akan beranjak dari sana namun sebuah mobil menarik perhatiannya, Ara turun dari sana lalu menyerahkan sejumlah uang

"Ara"! Ara menoleh dengan kaget setelah berterima kasih pada supir taksi online. Menemukan Andra sama sekali bukan hal yang bagus terlebih mood Ara juga sedang buruk

"bapak ngapain"! Ara meronta, mendorong Andra yang tiba-tiba saja memeluknya sangat erat sedikit membuat Ara sesak-namun gagal

Ini bukan posisi yang bagus, tidak boleh seperti ini.

Bagaimana jika anak kost lain yang suka gosip melihatnya? Atau anak kampus yang lewat lalu melihatnya?

Sungguh hal yang tidak bagus

"pak, lepas atau saya teriak"! Andra melepas pelukannya berganti memegangi kedua bahu Ara

"dari mana kamu, kenapa pergi sementara saya gak mengijinkan"? ada yang aneh dari cara Andra menatapnya, namun Ara tidak tau apa itu.

Melepaskan pegangan Andra pada bahunya, Ara menatap sengit pada Andra.

"terus bapak nyuruh saya tetap disana biar tante yang entah siapa itu puas hina saya gitu"?

Andra sudah tau, dan akan ia urus itu nanti.

"kenapa HP kamu mati"? Andra lega luar biasa sekarang

"suka-suka saya dong" Andra menarik lengan Ara cukup keras saat perempuan itu hendak pergi. Saking kerasnya tarikan itu, Ara sampai menabrak tubuh bagian depan Andra

"apa lagi sih"! suaranya meninggi namun tidak membuat Andra goyah

"saya bertanya baik-baik, dari mana kamu"? jika saja ada penghargaan orang dengan pengendalian emosi terbaik Andra tentu berhak menang

"emang kenapa sih! bapak tuh nyebelin tau gak udah nipu saya! pokoknya saya gak mau lagi punya urusan sama bapak"! terserah dengan nilai, kalau pun memang harus mengulang mata kuliah Andra maka akan Ara jalani atau ia pindah kampus saja sekalian ke yang lebih jauh. Luar negeri juga boleh

"saya panik cari kamu, hilang tiba-tiba dan kamu gak bisa dihubungi" Ara memutar bola matanya malas

"emang penting buat bapak"? tanya Ara masih dengan nada nyolot

"iya kamu memang penting"

Ara terdiam, lalu melepas paksa tangan Andra dari lengannya tidak peduli pria itu masih menahannya

"kalau bapak mau ngasih saya nilai jelek silahkan saya juga mau pindah kampus kok" Andra tersentak dengan itu, dengan berisik ia menggedor pintu pagar besi yang sudah Ara kunci namun mahasiswinya itu tidak peduli

Di depan pintu kostnya, Ara berdiri dengan khawatir, menunggu Andra pergi dari sana sebelum ada yang melihat. Namun pria itu terus saja menggedor-gedor pintu dengan tidak sabar

Apa ia berlebihan?

Jika di pikir lagi bukan salah Andra juga sih.

Tapi kan yang ngajak pak andra!

Ara benci sekali keadaan dimana ia harus merasa kasihan pada orang yang telah membuatnya kesal

Maka dengan menghentak-hentakkan kaki di dukung wajah cemberut Ara kembali demi membuka pintu

"pulang aja sih, ngapain juga bapak repot-repot cariin saya dan khawatir sama saya? kita gak ada hubungan apapun kecuali dosen dan mahasiswi" Ara rasanya lelah, harus berapa kali ia perlu menegaskan?

"itu bagi kamu, bagi saya gak" Andra berkata serius, pindah kampus? Tidak akan Andra biarkan walau dengan cara apapun.

"saya bertanya baik-baik Ara, sesulit apa bagi kamu untuk menjawab itu"? Ara mengacak-acak rambutnya sendiri, kenapa si Andra ini? Ada apa dengan sikapnya yang semakin aneh?

"saya mampir makan di warung pak laper! terus taksinya lama bapak puas"?! Andra seakan merasa ada tali tak kasat mata yang lepas dari dadanya yang sesak sejak tadi

"setelah hari ini, jangan harap kamu bisa kemana-mana tanpa izin dari saya" Ara merinding mendengar Andra mengatakan itu dengan nada tegas dengan rahang pria itu yang terlihat mengeras

"bapak kira saya peduli"?

"kamu kira saya main-main"?

"bapak pikir saya takut"?

"saya gak pernah main-main dengan kata-kata saya Araminta Ardhani" Ara jelas tidak peduli. Ini adalah hidupnya dan ia adalah yang paling berhak mengatur. Andra atau siapapun diluar sana tidak akan bisa ikut campur.

Namun Ara tidak sadar, Andra juga bukan orang yang bisa ia lawan.









Vote? Follow? Thanks.

STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang