Hari sudah sore, bahkan matahari sudah hampir terbenam saat Ara selesai membereskan kamarnya yang berantakan saat suara ketukan di pintu terdengar. Ara mengikat rambutnya asal tidak peduli sekarang ia terlihat seperti gembel
Namun selanjutnya ia menyesal, karna pria yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Kalliandra Mahardika.
Ara harusnya lebih cerdas dalam memilih pakaian karna kebiasaan buruk Andra adalah meneliti penampilannya dari atas sampai bawah
"bapak ngapain kesini"? tanya Ara tidak santai. Mungkin efek karna ia tampil dengan kucel seperti sekarang
"mau ajak kamu makan malam" Ara memutar bola mata
"lain kali kalau ada tamu liat dulu siapa, atau langsung ganti baju" sambung Andra lagi, dan sungguh Ara tersinggung.
"kenapa? jelek kan? bapak mau berubah pikiran nik__
"mau bagaimana pun penampilan kamu saya tetap akan menikah dengan kamu, karna saya cinta sama kamu bukan karna kamu cantik saja" Ara bungkam, agak terkesima dengan ucapan Andra
"celana kamu terlalu pendek, gak papa. tapi kalau yang lain liat saya gak rela" Andra menyambung lagi. Tanpa bisa ia cegah pipinya memanas mendengar itu
"kalo bapak mau negur jangan__
Andra menunggu kalimat selanjutnya, tapi Ara malah diam
"jangan apa"? Andra mengangkat satu alisnya
"bapak ngapain kesini"? pengalihan topik adalah jalan satu-satunya karna Ara tiba-tiba saja blank
"mau ajak kamu makan malam, kan tadi udah bilang"
Ohiya,masih muda udah pikun gue
"disini"? Andra menggeleng, memutar badan Ara hingga membelakanginya lalu mendorong punggungnya pelan
"ganti baju kita makan di luar" bagai orang dungu Ara menurut tanpa banyak omong walau pikirannya bertanya ada apa
****
Ara asing dengan jalan ini, gadis itu kemudian menoleh curiga pada Andra yang sedang fokus menyetir
"kita mau kerumah bapak"? Andra menggeleng tetap fokus pada jalan raya
"terus"?
"ke rumah orang tua saya" Ara sukses mengumpat hingga membuat Andra menoleh cepat, menatap Ara penuh teguran dan sedikit kesal.
"maaf, kelepasan" Ara menunduk malu, Ara mengaku ia keterlaluan.
"kenapa"? Ara menimbang, apakah perlu ia memberitahu Kalliandra tentang ketidaknyamanan yang selama ini ada saat harus bertemu dengan Mira?
"Ara? jangan di sembunyikan" mereka sudah hampir sampai, berbelok satu kali maka mereka akan sampai.
"mama kamu kayaknya gak suka sama aku" bicara sebagai tunangan bukan sebagai mahasiswa
"pelan-pelan aja, mama cuma kaget dan masih gak percaya" tangan Andra terulur mengusap pelan puncak kepala Ara
"dia gak setuju kita nikah, kamu masih tetap mau lanjut"? Ara bertanya ragu, semoga jawabannya akan membuat Ara puas
"saya akan tetap menikah sama kamu, kan saya yang nikah, rumah tangga saya ya urusan saya." Andra menjawab tenang, kadang memang Ara takjub dengan pemikiran terbuka dan wawasan luas seorang Kalliandra
Cara Andra memandang semua hal selalu membuat orang lain terkesima akan itu, Andra menilai semua hal yang terjadi dari berbagai sisi hingga tidak hanya keburukan saja yang dia tau tapi juga sisi baik yang tidak kalah banyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
Literatura FemininaTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.