Cerita 26

26.2K 1.6K 6
                                    

___

Ara sudah membulatkan tekadnya,  tidak masalah ia harus pindah ke kampus biasa saja yang penting itu adalah tempat dimana tidak ada seorang Kalliandra disana

Ini sudah diluar batas, para fans-fans Andra sudah tidak bisa lagi Ara tangani. Percuma Ara jelaskan karna mereka semua tidak ingin mendengar

Semalam setelah Devika mengantarnya pulang, Ara langsung membuka semua group kampus yang ada, bukannya merasa di bela atau merasa terlindungi, Ara justru makin di buat sakit kepala.

Bisanya-bisanya Andra mengatakan pada semua orang bahwa dirinya adalah tanggung jawab Kalliandra

Ara sampai tidak berani membuka ponselnya.

Nadia yang memang menginap disini sejak semalam masuk dengan dua cangkir teh di tangan lalu di letakkan di Nakas samping tempat tidur Ara

Untung hari ini libur

"pak Andra dari semalam nelpon loh Ra" Nadia beberapa kali terbangun karna suara berisik telfon Ara dan mendapati nama "kali(aja)andra" di layar ponsel Ara

"terus?" Tanya Ara sembari mengangkat alis. Badan Ara masih terasa pegal. Biasanya ia bangun untuk buat sarapan sendiri, tapi khusus hari ini Ara hanya bisa minta tolong Nadia untuk membeli bubur ayam depan kost

"gue rada kasian sih, fix ini mah dia suka sama lo" tidak perlu ilmu tinggi untuk mengetahui hal itu. Bocah SD juga pasti akan sadar

"gue nggak" balas Ara cuek. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya Andra sang dosen kaya dan banyak penggemar itu suka padanya. Padahal Ara tau ada Calista yang sepertinya suka pada dosen sinting itu

Lalu kenapa harus Ara? Apa yang dia punya? Cantik? tidak juga

Pintar?  lebih pintar Arka kemana-mana

Merepotkan sekali Kalliandra, ia hanya membuat hidup Ara tidak tenang.

Membayangkan memiliki hubungan dengan Kalliandra saja sudah membuat perut Ara mual. Belum apa-apa seluruh kampus tak terkecuali dosen sudah menyangka bahwa nilai Ara bagus karna ia yang meminta itu pada Andra. Padahal sebenarnya tidak pernah. Kalau pun Ara dapat nilai bagus, ya itu karna usaha ara sendiri. Karna hasil susah payahnya sendiri.

Enak saja menuduh tanpa bukti

"gue mau pindah kampus Nad"

"WHAT?!" Ara menutup telinganya dengan kedua tangan mendengar teriakan tidak santai dari Nadia. Gadis yang saat ini sedang memakai piyama Ara itu langsung meletakkan kembali tehnya yang baru saja ingin ia minum

"lo jangan ngada-ngada deh Ra, masa kek gini aja lo mau pindah kampus" katanya kemudian. Nadia tidak mau setuju. Dari sejak ospek kampus sampai sekarang, teman yang paling membuat Nadia nyaman hanya Ara anak-anak lain hanya sekedar teman biasa. Bertemu di kampus setelah itu tidak ada lagi

Nadia yakin, kuliahnya pun akan hambar kalau Ara tidak ada

Arka juga, walau mereka sudah berteman lama tapi tidak pernah Nadia berfikir bahwa tidak ada Ara maka ia tidak papa. Arka dan Ara adalah dua orang yang berbeda mereka punya peran mereka masing-masing, tapi jika di suruh memilih Nadia tentu akan pilih Ara

Orang yang lebih dulu dan lebih lama ia kenal

"lo ngomong kayak gitu karna yang ngalamin bukan lo. Gue gak mau kuliah kek gini, gak nyaman Nad gak tenang"

Meski Ara tau ia pasti harus mulai semuanya dari awal lagi dan ia tau itu akan berat. Tapi tidak masalah yang penting tidak ada Kalliandra disana nantinya

Tidak ada Kalliandra tapi tidak ada Nadia juga. Ara jadi makin tambah bimbang, mencari teman bukanlah keahlian Ara dan itu amat sulit baginya.

"jangan dong Ra, lo gak sayang apa? susah payah kita masuk sana, itu impian kita dari dulu" Ara diam, yang dikatakan Nadia benar sekali. Sejak masih sekolah dulu, kampus itu adalah impian Ara bersama Nadia.
dan itu terwujud bahkan lebih indah dari yang Ara bayangkan karna mereka juga satu jurusan sampai kelas.

Dulunya memang indah, sebelum Kalliandra datang mengacau

Kampus itu bukan kampus biasa, tidak mudah untuk bisa masuk kesana, bahkan untuk sekedar melihat-lihat dalamnya pun harus lewat izin yang disetujui terlebih dahulu.

Ara juga ingat, masa-masa ospek yang melelahkan dan hampir membuatnya gila. Ara telah berjalan jauh untuk bisa sampai kesana. Sayang juga jika ia harus melepaskan itu semua hanya karna Kalliandra

Ah Andra bego!

"terus gue harus gimana? gue capek Nad. Hari ini gue di hajar di toilet besok dimana?" balas Ara setelah lama diam

"lebay lo! gak mungkin, ada gue sama Arka. Lo gak usah takut, lagian lo ngelawan dikit kek lemah banget!" Ara mendelik tajam lalu mencubit paha Nadia

"itu kemaren gue masuk RS dapat luka lebam ampe pingsan juga karna gue ngelawan bego!" melawan saja Ara kalah apalagi jika ia hanya diam kan?

"gak usah di ladeni, gue udah suruh Arka laporin masalah ini" kalimat Nadia membuat Ara membulatkan mata

"serius lo?" Nadia mengangguk pasti

"Arka juga gak terima lah lo di giniin, itu udah masuk tindakan bully tau. Lo bahkan bisa lapor polisi" Ara menggeleng, kalau ia lapor polisi berarti urusan akan semakin panjang dan rumit. Ara tidak mau

"Maysa sama dua anjingnya pasti bakal dapet hukuman. Lo tenang aja"

****

Seharusnya hari ini Andra libur, ia tidak punya jadwal mengajar tapi demi mendapatkan keadilan untuk Ara, maka ia harus datang ke kampus pagi ini demi bisa menemui pak handoko yang kebetulan hari ini sedang ada di kampus juga

Dan disinilah Andra sekarang, duduk di hadapan pria paruh baya yang terlihat sangat berwibawa dan semoga pun dia bijaksana dalam mengambil keputusan

"sebenarnya kalau pun kamu ada hubungan dengan Ara itu tidak ada larangannya. Asal kamu ingat batas wajar dan kalian tidak lupa posisi kalian" Andra mengangguk. Walau sampai detik ini ia pun masih belum ada kemajuan, lalu keadaan ini semakin memperparah keadaan

"tiga orang kemarin sudah masuk dalam tindakan kekerasan yang di sengaja pak. Mereka harus dapat hukuman setimpal dan saya harap bapak berlaku adil" sekalipun Andra bisa membuat Maysa dan dua temannya di keluarkan dari kampus ini, atau menjebloskan ketiganya ke penjara sekalian, Andra mencoba menurunkan sedikit egonya. Jika melakukan itu Ara pasti tidak suka

"mereka sudah kami proses pak Andra. Tidak ikut kelas selama satu minggu apa cukup"? Andra mengangguk. Seminggu lagi adalah ujian semester dimana kehadiran mahasiswa dan kelengkapan materi di perlukan. Lebih banyak materi maka lebih banyak bahan belajar.

Tidak ikut kelas satu minggu bagi Andra sebenarnya belum cukup, tapi keputusan tetap ada di tangan pak handoko yang jabatannya jauh lebih tinggi dari Andra

"kalau begitu saya permisi pak, terima kasih banyak dan maaf kalau saya merepotkan" pak Handoko tersenyum lalu mengantar Andra sampai depan pintu

"saya tunggu kabar baiknya pak Andra"


STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang