Cerita 35

17.8K 1.1K 3
                                    

Hari minggu hari dimana Ara harusnya membereskan kostnya atau mencuci pakaian lalu bersantai. Khusus minggu ini Ara tinggalkan sementara, Ada hal yang lebih penting dari mencuci baju atau bersantai dimana momen itu tidak bisa Ara dapatkan tiap hari

Ara sudah berada di salah satu meja kafe menunggu kedatangan Dewa, pertama melihat Dewa di Jakarta beberapa hari lalu sempat membuat Ara heran, pria itu bilang sedang ada kerjaan di jakarta. Lalu Ara ingat meski masih kuliah, Dewa memang sudah bekerja di perusahaan Radit. Ayahnya.

"lama ya"? Ara menggeleng sembari tersenyum menyambut kedatangan Dewa yang telah duduk di hadapannya

"pulang ke bandung jam berapa"? tanya nya setelah Dewa memesan minuman pada seorang pelayan

"habis kita bicara" Ara gugup sekali, ia tau apa yang akan Dewa bahas pasti merupakan hal penting

"mau ngomong apa"?

"kamu juga suka sama Kalliandra"? meski awalnya sempat heran, usia Andra sepertinya jauh diatas Ara diantara banyaknya wanita kenapa harus Ara? hampir saja Dewa lupa bahwa cinta tidak mengenal kompromi, tidak bisa menentukan mau jatuh pada siapa. Itu pun berlaku pada Dewa dimana ia masih menyimpan rasa pada Ara yang jelas-jelas telah menjadi adiknya

Tapi maaf saja, karna Dewa belum ingin menyerah dan sepertinya juga tidak akan menyerah

"aku gak tau, emangnya kenapa"? Ara menjawab jujur, tidak akan bisa ia berbohong pada Dewa yang sudah ia kenal sejak lama. Yang sudah tau mengenai dirinya dengan baik

"dia datang kerumah, ketemu sama mama dan juga papa. Dia mengaku sedang dekat dengan kamu dan berniat serius" Ara berdebar tiba-tiba bahkan refleks memegangi dadanya

"yang itu aku juga gak tau sekaligus gak ngerti" Ara mau menangis saja rasanya, entah apa dosa yang telah ia perbuat di masa lalu hingga harus di hukum dengan cara seperti ini

"saya mau coba bicara lagi sama orang tua kita" Ara melotot, diam sebentar karna pelayan datang mengantar minuman pesanan Dewa.

"bicara, bicara soal apa"? campur aduk lah semuanya, bingung, kesal, takut dan khawatir.

"kalau kita masih saling mencintai" Dewa menjawab serius, tidak sedikitpun tatapannya putus dari Ara. Ini tidak boleh terjadi, mereka tidak bisa terus sama-sama sementara ikatan saudara telah ada diantara mereka

"Dewa, aku udah ikhlas soal hubungan kita. Gak ada lagi yang__

"kamu nyerah"?

"aku gak nyerah, aku berhenti. " Dewa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. sudah jauh-jauh datang kesini, sudah berjuang semampunya, dan sekarang ia mendengar sendiri bagaimana Ara akhirnya berhenti?

"kamu gak cinta lagi sama saya"? anggukan dari Ara justru membuat emosi Dewa tersentil, nama Kalliandra bahkan dengan lancangnya muncul di kepalanya. Ara boleh bilang dia tidak tau mengenai perasaanya sendiri. Tapi Dewa juga lihat bagaimana reaksi Ara saat nama Kalliandra tersebut

"kita saudara Dewa, itu lebih baik dari pada kita harus pacaran__

"siapa yang bilang saya mau pacaran?saya mau kita nikah" Ara mengusap wajah, meminum lemon tea pesannya hingga hampir habis

Kalliandra dan dewa ini sebenarnya kenapa sih?

"terus kalau kita nikah ada yang jamin kita bakal selamanya? Pasti akan ada yang berubah Dewa. Gimana kalau ternyata kita nikahnya gak lama? terus apa hubungan kita masih akan kayak dulu"? Ara tidak mau pernikahan ala selebriti. Ketika cinta langsung menikah setelah bosan memilih cerai dan berpisah selamanya.

"kita saudara, dan itu hubungan selamanya. Soal cinta, aku rasa gak ada lagi di aku" Dewa terdiam, dadanya sesak mendengar kalimat barusan.

"memangnya Kalliandra ada jaminan kalau kalian nikah bakal bertahan selamanya"? Ara menaikkan alisnya, kenapa jadi merambat kesana?

"ini gak ada hubungannya sama Kalliandra, dan aku juga gak pernah bilang mau nikah sama dia" jawab Ara keras, Ara tau bahwa takdir tidak tertebak, tapi jika ada yang ingin tau apa dia mau menikah dengan Kalliandra, Ara akan menjawab tidak.

"terus kamu mau saya mengalah? gak bisa Ra. saya siap melawan dosa buat kamu" lalu Dewa berdiri dari duduknya, berjalan menuju Ara demi mengusap puncak kepalanya

"saya pulang ke bandung, baik-baik kamu disini" katanya lalu keluar dari cafe itu, meninggalkan Ara yang langsung melemas di tempat. Dewa baru saja memberikan beban baru baginya

Kenapa Ara jadi tidak bisa setenang dulu? kenapa hidupnya jadi serumit ini? seperti terjebak dalam labirin dan sendirian.

***

Selepas ujian berakhir, Ara Nadia dan Arka memutuskan untuk ke toko buku bersama. Lain tujuan karna Arka ingin mencari buku mengenai filsafat, Ara hanya ingin melihat-lihat

"lo mau beli buku juga Nad"? Nadia menggeleng menjawab pertanyaan Arka. Nadia sebenarnya cuma asal ikut saja.

"gue ke toilet dulu ya, tungguin gue jangan pulang duluan" Ara cuma melihat Nadia dan Arka mengangguk. sibuk pada buku di genggaman masing-masing

Belum sampai di toilet yang ia tuju, Ara berhenti dan hendak berbalik namun orang itu lebih dulu memanggilnya

"Ara"?!

Ara menjerit tanpa suara, mall ini luas bumi juga apalagi. Tapi kenapa diantara jutaan atau milyaran manusia harus Calista dan Andra yang Ara temui!

Andra bohong, dia bilang tidak ada apa-apa antara dia dan Calista. Lalu sekarang apa? mereka baru keluar dari toko perhiasan bersama. Beli mas kawin kah? apa Andra sudah menyerah? tapi bukannya itu bagus yah?

"hai mbak" Ara menyapa kaku, melirik sekilas pada Andra yang nampak biasa saja ditempatnya

"kamu sendiri aja"? Ara menggeleng masih dengan senyum yang dipaksa untuk bertahan

"sama Arka, aku mau ke toilet"

Sama Nanad juga anjir lupa!

"oh, aku punya kabar bagus nih Ra" cerianya Calista membuat Ara curiga
kabar baru? memang apa? dan lebih pentingnya, apa kah itu berguna untuk hidupnya?

"apa? kalian mau nikah ya"? Ara mengatakannya secara biasa berbanding terbalik dengan hatinya yang seakan tidak rela

Tidak rela?

I hate my mind

Kenapa pikiran macam itu muncul di kepalanya sih? sepertinya Ara harus ruqyah!

Tawa merdu Calista mengudara sementara Andra berdehem entah untuk apa

"ngak, aku ada kabar baik kalau aku diterima di salah satu perusahaan di jakarta. Aku ngasih tau kamu, kan kita pernah janji mau ketemu lagi. Ngobrol" Ara mengangguk, tidak tau harus merespon apa. Malu sekali rasanya karna menebak mereka akan menikah

"oh, iya mbak tapi. Sekarang aku lagi gak bisa" Calista tersenyum hangat, lalu menggandeng lengan Andra dan pria itu tidak menolak

"iya gak papa, lagian Aku sama mas Andra juga harus pulang" katanya lagi, Ara pamit undur diri setelah mengobrol pendek, sebenarnya hanya pencitraan karna jujur Ara tidak nyaman

Sama tidak nyamannya karna mengetahui bahwa ia tidak suka Calista berada di dekat Kalliandra

Cemburu?

Astaga, jangan sampe

STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang