🌺🌺
Tepat saat jarum jam menunjuk angka sepuluh, kelas Kalliandra hari ini resmi berakhir dengan satu tugas yang akan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Dan jika Ara boleh mengeluh, sesungguhnya sejak berhari-hari lalu tugas memang sudah banyak. Menumpuk. Sampai Ara bingung mau mengerjakan yang mana
Lalu Kalliandra Mahardika dosen tersadis di kampus seenak dengkul menambah rentetan tugas panjang dengan hanya satu soal namun Ara yakin, jawabannya bisa mencapai tiga lembar kertas binder.
Ara sebenarnya enggan mengakui, dan tentu saja malas untuk peduli. Tapi memang perubahan Andra jelas sangat terlihat. Pria itu tidak lagi bertanya apa saja pada Arka di sela-sela dirinya mengajar, tidak lagi menanggapi pertanyaan-pertanyaan konyol anwar yang di sengaja, biasanya Andra akan balas bercanda. Dan yang paling membuat seisi kelasnya lesu tak ada lagi nyinyiran Andra untuk Ara.
Untuk yang satu itu, Ara bingung harus senang atau sedih
Teman-temanya sungguh tidak ada yang bisa diajak kerjasama.
Ara tetap merasa biasa, ia tidak menanggapi lebih jauh. Namun cukup tidak nyaman sepanjang Andra mengajar akhir-akhir ini auranya berdampak pada kelas yang seakan kehilangan semangat
"tuh kan, pak andra ada masalah apa sih" nadia kembali kepo, entah untuk ke berapa kalinya. Sementara Ara telah kehabisan kata.
Ia tidak lagi punya kalimat balasan untuk apa yang Nadia keluhkan.
"kerja tugas di kost gue yuk" Nadia tampak berfikir sebentar, dalam hati Ara berdoa semoga Nadia setuju saja. anak ini perlu bahasan lain selain si dosen Andra. Memenuhi kepala Nadia dengan tugas adalah satu-satunya hal yang terlintas di kepalanya
"kerjain tugas dulu aja Nad, pak Andra bukan urusan kita. Dia punya masalah kita gak berhak tau, semoga aja ini gak lama" Nadia memasang senyum aneh, lalu memutar tubuhnya agar menghadap Ara sepenuhnya
"nah kan, lo juga kehilangan kan"?
Kehilangan mata lo empat!
"terserah lo deh"
****
"permisi"? Ara berbalik, lalu membelalakkan mata saat menemukan pacar Andra berada di hadapannya
Ditengah lorong kampus yang sepi, wajar jam belajar sedang berlangsung dan ara memilih keluar dari kelasnya yang berisik karna pak Dika selaku dosen yang harusnya mengajar malah tidak datang. Nadia memilih pulang karna memang jam pak Dika adalah mata kuliah terakhir hari ini dan Arka entah kemana
"kenapa mbak"? Ara tidak repot memasang senyum, karna memang ia sedang tidak ingin senyum
Ya dari pada senyum paksa lebih baik tidak usah sekalian. Namun tetap bicara dengan sopan
"mas Andra dimana ya? tadi aku ke ruangannya dia gak ada" tanya perempuan itu lembut, dress selutut bermotif bunga itu nampak cocok dengan kulit putihnya
"maaf mbak, saya gak tau" Ara menjawab sopan, sementara lawan bicaranya tersenyum lembut
"gak usah se formal itu, aku Calista" dia mengulurkan tangan yang tentu Ara terima dengan senang hati
"saya Ara mbak" Calista mengangguk, jujur saja Ara agak canggung berdiri berhadapan dengan pacar dosen sendiri
"kamu mau kemana"? Ara menggaruk belakang kepalanya
"pulang mbak, kelas saya udah selesai"
"yaudah, yuk bareng, saya juga mau ke depan kok" walau Ara canggung setengah mati, jelas tidak enak jika harus menolak. image harus tetap bagus dimata siapapun bagi Ara
"kamu anak semester berapa? diajar mas Andra juga gak"? sembari berjalan beriringan, Calista mengajukan pertanyaan
Ara mengangguk "iya mbak" jawabnya pendek
"mas Andra memang kalau ngajar gimana? galak gak"?
Gak galak sih, songong doang pen nonjok jadinya
"gak sih mbak, biasa aja" Ara tertawa dalam hati, padahal ia tidak suka sekali dengan andra namun masih mampu menjaga nama baik dosen nya. Of course itu harus apalagi di depan pacarnya. Jangan sampai harga diri Andra jatuh gara-gara Ara
"mbak gak nelpon pak Andra aja, coba tanyain dia dimana. Masa mbak pulang sia-sia" Ara hanya memberi saran, seharusnya kan memang lebih baik di telfon supaya Andra sendiri yang datang
"gak usah, pulang aja. Nanti malem deh baru aku kerumahnya" Ara bergumam oh sambil mengangguk
Jujur, Ara kepo, sangat kepo. Pak Andra serius mau menikah? kalau memang mau menikah kenapa belakangan wajahnya terlihat suntuk dan kacau? Apa pertengkaran wajar sebelum menikah antara Andra Calista sedang terjadi? atau andra bingung tidak punya biaya untuk nikah? atau ia bingung mau beli mahar apa?
Opsi kedua dan ketiga sangat tidak mungkin
"nanya aja Ra kalau mau nanya, gak papa kok" Ara membalas dengan senyum canggung
"maaf mbak" Ia meringis, apakah wajahnya sangat jelas terlihat penasaran?
"gak papa, mau nanya apa"?
"gak kok mbak, telfon pak Andra aja mbak biar dianterin pulang. Masa calon istri dibiarin pulang sendiri" Calista menghentikan langkah dan Ara spontan ikut berhenti
"mas Andra ada bilang ke kamu kalo kita mau nikah"? Ara menggeleng, kata Arka gosip itu menyebar luas di group kampus. Soal dimana awal mulanya Ara tidak tau. Sudah tanya Arka, ia juga tidak tau.
"Enggak mbak, group kelas ngomong gitu. Saya salah ya mbak"?
"gak kok, minta doanya aja yah" balas Calista tersenyum ramah, Ara diam-diam bernafas lega
"Calista"? Ara juga refleks berbalik, menemukan andra dengan wajah terkejut yang kentara
"dari kapan disini"? ara tidak berhalusinasi saat andra menatapnya sejenak sebelum bertanya pada calista. namun lagi-lagi ia tidak sanggup menebak apa maknanya
Ara makin canggung, tidak seharusnya ia berada di tengah-tengah pasangan begini
"saya permisi mbak, pak saya duluan" Ara pamit dengan sopan mengabaikan tatapan Andra yang tertuju padanya
"Ra, kapan-kapan kita ngobrol boleh ya"? Ara melirik sekilas pada Andra yang juga memandangnya, ia bingung. Duduk berdua dengan Calista jelas tidak pernah Ara bayangkan dan tidak pernah ingin ara wujudkan
"iya mbak" Ara membalas kikuk lalu segera pergi dari sana. Auranya sangat berbeda
"Calista, bukan karna kita saling kenal kamu jadi bebas datang ke kampus ini" Calista terkejut, namun ia sembunyikan dibalik senyum ramahnya
"maaf mas, kamu udah selesai ngajar"? Andra tak habis pikir. bisa-bisanya Calista masih sanggup menampakkan wajah di depannya sejak insiden lalu
"saya serius Calista, kita udah gak lagi ada dalam hubungan apa-apa" cukup untuk menohok hati Calista
"mas__
"kalau kamu lupa, biar saya ingatkan. kita sudah selesai dan kamu yang sudah mengakhiri semuanya" Andra berkata tegas, tatapannya tajam menusuk tepat pada kedua netra Calista
Setelah mengatakan itu, Andra beranjak dari sana. Meninggalkan Calista dan penyesalannya.
Entah bagaimana perasaan Andra saat ini, Andra bahkan kaget dengan dirinya sendiri menyadari bahwa melihat Ara dan Calista bersama cukup membuatnya tidak tenang
Ia perlu berbicara dengan Ara.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
Chick-LitTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.