"semalam pak Andra nyariin lo, ada apa sih"? Arka yang awalnya duduk di belakang mengambil kursi sembarangan lalu bergabung di meja Ara dan Nadia
Siap menguping
"mana gue tau" dalam hati Ara sungguh kaget mendengarnya, Andra itu benar-benar orang yang menyusahkan ya?
Bagaimana jika Arka dan Nadia salah paham? Lalu para Andra lovers pasti juga akan ikut bertanya-tanya
"kok gak tau, lo jawab yang bener" Arka menarik rambut ara satu kali
"ya gue gak tau, tanya sana sendiri" Nadia mendengus, lalu memilih memainkan ponselnya sementara Arka terus menatap Ara curiga
"apa? lo mau nuduh apa"! Ara lebih dulu nyolot
"biasa aja dong! dasar betina"! lalu Arka pergi dari sana
"tapi kalo lo ada hubungan sama pak Andra lo harus siap-siap Ra" Nadia kembali buka suara. Sebenarnya sih ia baik-baik saja jika memang Ara ada apa-apa dengan Kalliandra. Lagi pula Nadia sepertinya sudah pernah mengingatkan untuk tidak terlalu membenci Andra
"siap-siap apa"? tanya Ara cuek. lama-lama bahasan mengenai Andra semakin membuatnya muak, keputusan untuk pindah kampus sepertinya memang harus ia pertimbangkan
"Pak andra kan fans nya banyak. Pasti mereka gak terima" sambung nadia
"lo juga gak terima"? Nadia tertawa-tawa bagai orang sinting
"Maaf aja Ra, pak Andra bukan tipe gue" Ara mengangguk saja, mau seperti apa tipe Nadia biarkan saja asal dia senang.
Kuliah selesai lebih awal entah karna apa Ara tidak mau peduli yang penting ia bisa pulang dan tidur
"permisi, Araminta Ardhani ya"? Ara mengangguk membenarkan pertanyaan pria berseragam di depannya
"kenapa pak"?
"non udah mau pulang kan, mari mobilnya disana" Ara melongo, sejak kapan dia punya supir?
Tidak mungkin juga pria asing ini supir taksi kan? Ara juga belum pesan
"loh, bapak siapa? mungkin salah orang" pria itu tersenyum ramah
"Araminta Ardhani kan namanya? non tadi udah ngangguk waktu saya nanya, saya dapat tugas nganter non pulang"
Tugas? dari siapa? Presiden?
"eh, gak usah pak saya bisa pulang sendiri" Ara pergi dari sana dengan cepat. Ia tidak boleh dengan mudah percaya pada orang asing. Bagaimana jika itu hanyalah akal-akalan saja supaya Ara ikut?
Akhir-akhir ini berita tentang penculikan memang sedang marak-maraknya.
"Devan"! Devan anak fakultas kedokteran yang kebetulan kenalan Ara sejak ospek dulu menoleh sembari memasang helm di kepalanya
"beramal sekali-kali ya"? dari balik helm Devan menaikkan alis
"kalo lo mau ceramah besok aja ya Ra, gua mau pulang capek" Ara memegangi bahu Devan, mencegah pria itu pergi.
"beramal sama gue van, gue butuh bantuan. Tolong anterin ke kost"
"gitu aja ribet banget ngomongnya. buru naik" Ara nyengir, lalu menaiki motor besar Devan.
Devan baru saja akan menyalakan mesin motornya namun Andra lebih dulu muncul memegangi lengan ara.
"siang pak Andra" sapa Devan ramah. Dalam hati keheranan, terlebih Andra yang kali ini sedang memegangi tangan Ara
"turun" Andra mengabaikan sapaan Devan, tujuannya bukan untuk beramah-tamah sekarang
"turun" kata pria itu dengan tegas, Ara melepaskan tangannya dari Andra namun pria itu jelas lebih kuat dari Ara
"duh pak, saya mau pulang lepasin"! Devan yang tidak dianggap disana hanya mampu bertanya-tanya dalam hati. Apakah ia ketinggalan berita?
"turun" perintahnya, namun Ara mengabaikan ia memilih menepuk bahu Devan keras menyuruh pria itu untuk cepat jalan
Devan jelas tidak enak, Andra adalah salah satu dosen yang paling disegani di kampus. Devan juga tidak mau nilainya kenapa-napa
"saya bilang turun" Andra meninggalkan rapat setelah supirnya mengirim pesan bahwa Ara kabur, lebih memilih pulang naik motor.
"bapak tuh kenapa gangguin saya terus sih"! sepertinya pulang dari sini Ara harus cari rekomendasi kampus agar segera pindah
Melihat sekitar yang masih ramai oleh anak-anak kampus lain yang tanpa malu-malu melihat kearah mereka. Andra bisa saja tidak peduli dan mengabaikan semuanya, tapi Ara tidak sama sekali.
Ara terpekik kaget semakin mengundang perhatian saat Andra mengangkatnya turun dari motor dengan mudah
"pak turunin astaga"! Andra langsung membawa Ara ke mobil yang sudah ia siapkan, menyuruh supir untuk mengunci pintunya dengan cepat
Andra bagai seorang penculik sekarang
Dengan mengetuk pintu kaca mobil sebagai kode agar sang supir cepat jalan Andra kembali kedalam kampus tanpa kata serta tanpa peduli tatapan tanya dari banyak orang
Setelah hari ini ia yakin, Ara tidak akan lagi memiliki hari-hari kuliah yang tenang dan untuk itu Andra telah berjanji akan melindungi Ara.
Dengan atau tanpa persetujuan gadis itu.
****
Andra memijat pangkal hidungnya pelan, hari ini terasa amat melelahkan. Ia tak hanya lelah fisik namun pikirannya pun turut lelah
Itu di perburuk saat mendapati Calista memasuki ruangannya dengan langkah ringan. Seperti biasa
Sepertinya Andra harus mengingatkan sekretarisnya untuk tidak mengijinkan siapapun masuk kecuali dengan izin nya
"aku bawa makan siang buat kamu" andra memperhatikan kotak makan yang Calista letakkan di meja kerjanya
Tidak mungkin Calista tidak menyadari perubahan sikap dirinya sendiri. Sejak mereka mengakhiri hubungan, Calista jauh lebih perhatian dari biasanya.
Lalu apa ini? bekal makan siang?
Sejak kapan Calista mau repot-repot membuatkannya makanan? bahkan ia mengantarnya langsung ke kantor Andra padahal biasanya Calista lebih suka pesan makanan di restoran langganannya
"saya sudah makan" bohong Andra kemudian. Jangankan makan, minum pun Andra belum.
Ia tidak merasa haus sedikit pun
Mengabaikan Calista yang duduk di hadapannya, Andra memilih mengambil ponselnya, mengecek apakah Ara sudah membalas pesannya atau belum dan ternyata belum. Jangankan di balas, di baca pun tidak.
Baru kali ini Andra dibuat frustasi hanya karna seseorang tidak membalas pesannya
"mama bilang, kemarin kamu bawa seseorang ke acara ulang tahun oma ya"? saat mendengar itu Calista sebenarnya geram. Ia menunggu Andra berjam-jam hari itu. Namun Andra rupanya tidak menggubris sama sekali.
"hmm" jawabnya pendek. Andra berdiri mengemasi barang-barang diatas meja lalu memasukan ponselnya kedalam saku
"mau kemana"? Calista ikut berdiri, dia sudah jauh-jauh datang kemari bukan untuk ditinggal sendirian
"pulang"
"pulang? tapi aku udah bawa makanan buat kamu" Calista mengekor dibelakang di Andra
"kamu saja yang makan"
"Ara ada hubungan apa sama kamu"? Andra berbalik dengan cepat balas menatap sama tajamnya dengan Calista
"dia calon istri saya, saya peringatkan kamu untuk gak ganggu dia demi kebaikan diri kamu sendiri"
Calista mematung, membiarkan Kalliandra kembali melanjutkan langkahnya
Calon istri?
Sudah ia duga ini akan terjadi, Calista sungguh tidak suka kekalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
Literatura FemininaTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.