Ujian berakhir dengan..biasa saja
iya biasa saja, memang apa yang Ara harapkan? tidak ada yang Ara rasakan kecuali mungkin kelegaan karna akhirnya ia tidak perlu lagi belajar sampai tengah malam dan point pentingnya adalah, libur semester sudah terlihat hilalnya.Ara tidak mau semakin tidak tau diri dan menjadi anak durhaka, maka liburan kali ini ia harus pulang sekalian mengkonfirmasi sendiri pada Riana apa benar Kalliandra pernah datang kesana atau tidak.
Bicara soal Kalliandra, seminggu ini Kalliandra menghilang bagai ditelan ombak, tidak muncul di seluruh penjuru kampus atau sekedar menjadi pengawas saat ujian. Kemana Andra pergi?
Ara tidak tau, mungkin sedang berbulan madu dengan Calista
Seminggu itu juga, Ara tidak melakukan apapun. Ia tidak memaksa Kalliandra bicara padanya atau mengirimi Andra pesan walau sebenarnya Ara juga penasaran
"hallo epribadeh"! Yanuar menggebrak meja dengan dua tangan besarnya membuat Nadia yang sedang mengunyah jadi tersedak
Yanuar sepertinya bukan menyapa Ara atau Nadia, tapi menyapa seluruh orang yang ada di kantin
"jangan sampe biji mata lo gue congkel ya nur" Ara tertawa atas ucapan Nadia, memang selalu saja ia tertawa saat Nadia dengan tega memanggil Yanuar dengan sebutan Nur
"liburan ini kalian mau kemana"? Nadia acuh, ia tetap memakan baksonya dengan penuh penghayatan
"gue mau ke bandung" jawab Ara
"tebak dong gue mau kemana" mata Yanuar seakan menghilang saat ia tertawa
"ke rahmatullah kan"? Yanuar mengumpat, memukul kepala Nadia dengan botol kecap.
"ringan amat rahang lo ngomong"
"btw, dosen baru cakep ya kayaknya juga masih muda. Seumuran lah sama pak Kalliandra " berkat ucapan Yanuar, Ara baru ingat. Memang empat hari yang lalu ada seorang wanita yang menjadi pengawas di ujian hari itu, namanya Naomi. Dosen baru
"kenapa? lo suka"? tanya Nadia tidak santai, wajar. Pacar yanuar itu sepupu dari Nadia dan mereka cukup dekat
"sorry ya, Natasha udah cukup buat gue" Nadia dan Ara memasang ekspresi siap muntah mengundang dengusan dari Yanuar
"siang pak" Ara dan Nadia kompak menoleh, menemukan Kalliandra dan Naomi si dosen baru berjalan berdampingan
Dah balik dari pengasingan pak Andra?
Ara menatap Andra sekilas memberi senyum sopan pada naomi yang mengangguk menyapa. Jarang ada dosen yang makan di kantin ini. Sekalinya ada, Kalliandra dan Naomi yang datang. Disambut meriah oleh para mahasiswa lain layaknya pasangan fenomenal tahun ini
****
"Ara! buset, lo budeg ya?! dari tadi gue manggil gak nyaut"! Yanuar, menyusul Ara dengan nafas setengah-setengah
"kenapa? besok aja lo kalo mau ngomong, Gue mau pulang" tidak ada lagi hal yang membuat Ara harus menetap di kampus
"gue mau mendaki, Arka juga ikut, lo mau gak ikut juga"? tawaran yang menarik, Ara belum pernah mendaki sebelumnya. Jangankan mendaki berkemah saja Ara tidak pernah.
Salahkan jiwa mager Ara yang memang telah ada sejak jaman dahulu kala.
"mau-mau! kapan"? Ara antusias bukan main, ini bisa jadi ajang pelepas penat baginya.
"gak boleh" Ara dan Yanuar kompak menoleh, Andra berdiri disana dengan wajah yang nampak terlihat angkuh di mata Ara.
"saya kan gak minta ijin anda pak" kata Ara, Yanuar yang kaget akan keberanian Ara hanya mampu bungkam
Badan doang kecil, nyali gede juga
"saya pernah bilang ke kamu kan, kamu gak bisa kemana-mana tanpa izin saya" Ara memandang Andra sebal, apa-apaan pria di depannya ini?
"setelah anda ngilang seminggu terus dateng-dateng langsung ngatur saya gitu"?
"kenapa? kamu kangen"
Mampos! Keceplosan sialan!
Yanuar tanpa malu menyemburkan tawa, tidak peduli pada Ara yang menatapnya seolah mengatakan dari pada lo ketawa mending bawa gue pergi dari sini bego
"kamu gak usah pergi mendaki, kayak bisa aja" merasa di remehkan sekaligus tidak sanggup menanggung malu, Ara pergi dari sana tanpa kata
Harga dirinya terasa berserakan di bawah kakinya. Ini semua salah Yanuar!
Tapi ngomong-ngomong, Ara juga tidak bisa ikut mendaki. Dia kan harus pulang ke bandung. Hampir lupa
"Ara" tersentak, Ara sampai tersandung batu dengan wajah lebih dulu mendarat di tanah, tapi entah siapa telah memegangi tangan Ara sekaligus menyelamatkan wajahnya dari hantaman paving block parkiran kampus
"hati-hati" suara Andra ternyata, terasa begitu dekat di kepala Ara terasa seperti listrik yang entah kenapa justru membuatnya berdesir
Melepaskan diri secara paksa, Ara berbalik kemudian memandangi Andra dengan datar. Berusaha bersikap biasa padahal jantungnya jumpalitan
"kamu bilang ada yang mau kamu bicarakan. Soal apa"? Ara sudah malas membahas itu, lagi tapi hal penting seperti ini memang harus Ara bahas
"saya__
"kita bicara di ruangan saya aja" Ara mengangguk walaupun sebenarnya malas, memilih berjalan di belakang Kalliandra.
****
"bapak berapa kali datang kerumah mama saya"? Ara gugup sekali rasanya, kenapa sih setiap berhadapan dengan Andra yang dia rasakan selalu membuatnya susah
Gugup, berdebar, canggung, dan perasaan aneh lainnya membuat Ara kewalahan.
"dua kali" Andra menjawab tenang, tentu seperti biasa. Seminggu telah ia habiskan untuk menjernihkan pikiran di sela-sela mengurusi perusahaan keluarga yang sedang sedikit ada masalah
"pak, tolong jangan ngomong sembarangan dong ke mama saya"
Andra mengernyitkan dahi, perasaan yang Andra miliki untuk Ara bukan hal sembarangan.
"saya serius. Kamu harus tau Araminta, kalau saya bukan tipe orang yang dengan mudah melepaskan orang yang saya sayangi. Ini cuma masalah waktu, saya gak buru-buru. Saya bisa nunggu kamu sampai siap" Ara tercenung, bisa-bisanya di saat seperti ini detak jantungnya semakin tidak terkendali. Andra tidak sehat untuk jantung Ara
"bapak kalau mau nikah kenapa gak sama Calista aja sih"! tepuk tangan untuk keberanian luar biasa Ara
"kenapa harus sama Calista? saya maunya sama kamu"
Pelan-pelan saja, Andra harus berusaha lebih keras lagi. Karna mendapatkan seorang Ara memang bukan hal yang mudah
"tapi saya gak mau nikah sama bapak, kan saya puny__
"Arka bukan pacar kamu, apalagi Dewa" skak mat. Siapa lagi yang harus Ara akui sebagai pacar kalau bukan Arka? Yanuar? Mustahil sekali
"emang bukan mereka berdua kok"
"kamu punya utang sama saya" utang? Ara memang tidak kaya. Tapi tidak pernah ia berfikir untuk utang apalagi dengan dosen sendiri
"bapak kalo ngomong jangan ngasal ya"!
"saya udah bebaskan maysa dan lainnya dari hukuman kan? kamu juga udah bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apa yang saya suruh"
Kambing! jadi ni orang masih inget?!

KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
ChickLitTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.