Cerita 54

14.6K 969 3
                                    

Waktu makan malam sudah tiba, Ara yang sedari tadi hanya menghabiskan waktu dengan menonton film akhirnya beranjak menuju dapur walaupun masih belum terpikirkan mau masak apa.

Andra bukan tipe orang yang pemilih makanan, tapi Ara tau akan bosan juga kalau Ara masak itu-itu saja

Ara hari ini tidak kuliah dan pekerjaan rumah sudah Ara selesaikan sejak kemarin, entah kenapa Ara merasa bosan seharian di apartment sendiri. Sementara di kost dulu Ara biasa saja. Malah Ara lebih bisa disebut mengurung diri

Bel apartment berbunyi, Ara yang sedang mengecek isi kulkas mengernyitkan dahi. Kalau itu Andra untuk apa dia pencet bel?

Ara berjalan malas membuka pintu lalu terkejut kemudian

"Kenapa liat saya begitu? gak suka liat saya datang ke tempat tinggal anak saya"? Mira memandang sinis, kelakuannya tidak juga berubah seiring berjalannya waktu. Mira masih saja membanggakan Calista

"maaf ma, bukan gitu___

Mira menerobos masuk, membuat Ara menghela nafas sekaligus bersyukur karna apartemen ini tidak pernah berantakan.

"Andra sebentar lagi pulang, kamu belum masak? belum bisa masak kamu"? Nada meremehkan dari suara Mira amat kental. Ara bukan orang dengan sabar yang banyak tapi, apa yang bisa Ara lakukan? apalagi Mira sudah tidak suka padanya dari awal

"Aku baru mau masak ma." Kata Ara hati-hati, Mira berjalan menuju dapur meneliti keadaan sekitar seperti hendak menilai cara kerja dapur Ara selama ini

"Kamu baru mau masak di jam mepet begini? anak saya itu gak bisa telat makan" Ara memejamkan mata, jam pulang Andra memang sebentar lagi. Tapi Ara sengaja masak di jam dekat Andra pulang supaya Ara tidak perlu memanaskan ulang makanan seandainya makanan itu dingin saat Andra pulang.

"aku buatin teh buat__

"Gak usah, saya mau masak aja" Mira mulai mempersiapkan bahan yang ingin dia masak, bahkan tidak sedikitpun Ara dibiarkan membantu walau sekedar memotong bawang

***

Andra datang beberapa menit setelah makanan tersedia diatas meja, Dimana semuanya benar-benar di urus Mira karna Ara tidak berani ikut campur.

"Kapan datang ma."? Andra hampir menautkan alisnya, mengambil tangan Mira untuk ditempelkan di bibirnya.

"udah dari tadi" Andra mengangguk lalu menghampiri Ara memberikan tangannya untuk dicium Ara kemudian memeluk perempuan itu

"Kenapa"? Andra meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Ara

"Gak, mandi gih" Ara mencoba tersenyum walau ia tau Mira sedang memandang lurus kearahnya

Makan di mulai, dan sepanjang itu Ara tidak berani bersuara, Aura yang Mira punya seakan mengisyaratkan Ara untuk tidak perlu membuka mulut kecuali penting.

"Enak, kamu makin jago masaknya" Ara meringis saat tangan Andra mendarat di kepalanya, mengusap pelan seperti biasanya.

"Ini bukan masakan istri kamu. Justru mama datang Ara belum ngapa-ngapain" Ara melirik Andra yang terdiam, namun sedikit melegakan karna selanjutnya pria itu tersenyum.

"Saya tau jamnya Ara ma, pasti dia baru mau masak tapi mama udah keburu dateng" Ara berterima kasih dalam hati. Bahkan ia hampir menangis saking terharunya.

"Belain aja terus, kamu punya maag gak boleh telat makan." Andra kembali menyuapkan nasi ke mulutnya. Bersikap tenang memang adalah khas seorang Andra

"Saya gak pernah telat makan ma, Ara mengurus saya dengan baik. Dan soal itu gak perlu aku ceritain kemana-mana" Mira menghela nafas, meminum air putih di samping tangannya sementara Ara masih betah berdiam.

"Calista__

"Jangan bahas Calista ma, itu bukan urusan saya" Mira terdiam, menatap Andra jengkel.

"Makan sayur" Andra meletakkan sawi di piring Ara, ini juga sudah menjadi bahan perdebatan karna Ara sungguh tidak suka sawi. Sayur yang Ara makan tidak banyak tapi paling sering hanya kentang dan brokoli.

"Kamu kan gak makan ikan, di kulkas kok ada ikan".? Mira benar-benar detail, ia bahkan melihat ikan salmon kemasan yang Ara letakkan di freezer

"Saya sudah menikah ma, yang tinggal di apartemen ini bukan cuma saya sendiri tapi ada Ara juga. Ara suka salmon, makanya saya beli" Dari sana Ara makin sadar, ia memang belum menjadi istri yang baik karna untuk perkara mengisi kulkas pun masih Andra yang melakukan selama ini Ara biarkan karna berfikir Andra mengisi kulkas jauh lebih lengkap dari pada dirinya. Untuk urusan pekerjaan rumah memang Ara kerjakan sendiri. Tapi tidak manual karna untuk mencuci ada mesin cuci untuk membersihkan debu ada vacuum bahkan kalau Ara tidak bisa cuci piring, di apartemen ini juga ada mesin cuci piring. Andra tinggal di apartemen luas dan berfasilitas lengkap.

"Oh" jawab Mira kemudian, Andra menyudahi makannya setelah melihat Ara juga turut berhenti makan.

"Calista ulang tahun hari rabu, kamu jangan lupa datang." ucap Mira sembari turut menyudahi makannya. Soal Calista, Ara sudah tidak mau tau. Maka dengan sengaja Ara mengumpulkan piring Andra dan Mira menyatukan dengan piringnya kemudian membawanya ke bak cuci.

"Saya sibuk ma, masih ngajar di kampus juga karna masih ada sisa harinya sebelum saya benar-benar keluar" Ara mendengarkan dalam diam sembari mencuci bekas alat makan mereka bertiga

"tapi Calista undang kamu" Andra berdiri menghampiri Ara dan membilas piring yang sudah Ara beri sabun. Seperti kebiasaan mereka sejak menikah, Andra akan kebagian cuci piring atau lebih tepatnya membilas piring.

"Mama gak mau tau pokoknya kamu dateng, kita sekeluarga dateng" Piring selesai, untuk pertama kali dalam hidup Ara kesal kenapa piringnya hanya sedikit.

"Kalau gitu liat nanti aja apa saya sama ara punya waktu" Jawaban super tenang Andra makin buat Ara kesal

"Kok aku"? refleks Ara bertanya

"Kamu kan istri saya, keluarga juga kan"?

Mira berjalan ke ruang tamu, mengambil tasnya yang di letakkan di sofa. Biarkan saja Ara berdosa karna sungguh ia senang karna Mira mau pulang.

"Lain kali jangan terlalu banyak santai Ara, bukan karna Andra gak pernah negur kamu, kamunya juga jadi menggampangkan" Ara mengangguk. Sudah lelah meminta maaf karna Ara sudah mengulang itu berkali-kali

Ara menoleh, menatap Andra yang menggenggam tangannya. Entah mengapa menatap Andra saja sudah membuat Ara merasa aman

"Mama pulang" Ara mengikuti Andra yang mencium tangan Mira dan mengantar wanita paruh baya itu sampai depan pintu

"Jangan di pikirin, mama gak tau lelahnya kamu" Andra bergerak maju, memeluk Ara erat berusaha menenangkan. Karna Andra tau di sela-sela kuliah yang melelahkan, Ara juga harus mengurusi dirinya. Andra sudah berusaha meringankan itu, ia pernah meminta Ara untuk memesan saja jika tidak mau atau tidak sempat masak. Andra tidak akan memaksa atau menuntut Ara lebih.

Ara membalas pelukan itu, bernafas di bahu Andra yang masih konsisten mengelus punggungnya.

Tenggorokan Ara terasa sakit karna menahan tangis, efek Mira memang seluar biasa itu.

"Aku gak mau ke ulang tahun Calista"

"Iya"

STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang