Cerita 30

30.9K 1.8K 18
                                        

Ara benci harus memikirkan orang yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan. Jadi overthingking itu menyebalkan.

Sejak semalam suntuk sampai sekarang perkataan mamanya kemarin berhasil menyedot semua perhatian Ara, kalau saja Nadia tadi tidak menyenggol lengannya bu rahma yang sedang mengajar pasti sudah marah karna ada anak kelasnya yang melamun

Si Kalliandra-Kalliandra itu selalu saja membuat Ara kelelahan karna berfikir. Kalau memang pria itu berkunjung ke rumahnya dibandung kenapa tidak bilang padanya? Maksudnya apa? Kapan? Bertanya pada diri sendiri jelas tidak akan ada jawabannya, kecuali ia datangi langsung pria yang sedang bersangkutan itu.

Ara tidak mungkin tiba-tiba datang setelah puluhan telfon dan pesan Andra sudah ia abaikan. Namun pria itu seolah tidak kenal lelah karna sampai detik ini Andra masih rutin mengiriminya pesan

Ara sedang sendiri di dalam perpustakaan sekarang, Arka dan Nadia ke kantin dan Ara yang memang tidak lapar memutuskan untuk tidak ikut

Jalan-jalan kemarin malam antara Nadia dan Arka juga batal karna Arka kedatangan keluarga dari kampung halaman sang ibu. Ara kesal sih, tapi tidak mungkin lah dia memaksa Arka alhasil ia memaksa Nadia menginap di kostnya karna merasa bosan.

"Ra" Maysa dan dua temannya masuk, melihat wajah mereka berdua Ara baru ingat. Permintaan mereka beberapa hari lalu!

Dua hari sih kalau tidak salah ingat

"lo belum ngomong sama pak Andra ya"? Fiona yang lebih dulu bicara

"Ra please, cukup tiga hari aja gue gak masuk kelas. Bokap gue udah marah banget karna tau gue gak masuk kelas" Maysa meneteskan air mata mengingat bentak-bentakan ayahnya yang keluar sejak kemarin, padahal Maysa tidak pernah bilang kalau ia tidak diijinkan masuk kelas

Ara jadi tambah iba

"Ra, maaf gue baru muncul sekarang gue ada masalah pribadi. Gue juga mau minta tolong sama lo Ra" kata Shafa menyambung, rasanya Ara jadi tambah pusing dan beban hidupnya terasa bertambah.

"gue lupa kak, oke sekarang gue keruangan pak Andra" Ara lalu berdiri dari duduknya mengangguk saat mereka bertiga mengucapkan terima kasih dan diam saja saat Maysa memeluknya

Ara memilih mengalah, ia memang masih marah pada apa yang Maysa dan dua orang itu lakukan. Tapi jika sudah seperti ini keadaanya, Ara juga harus bagaimana?

Tertawa-tawa disaat mereka bertiga sedang memohon? Ara ingin, tapi ia tidak bisa.

Demi ketenangan sendiri ara mengalah pada egonya sendiri. Tidak ada untungnya juga jika ia membalas apa yang Maysa atau Fiona dan Shafa lakukan.

Bertemu Andra setelah semua yang terjadi rasanya seperti berkhianat pada diri sendiri, tapi tidak apa-apa Ara terima saja apapun respon Andra nantinya.

Mau bilang Ara datang hanya saat butuh, atau Ara tidak tau diri terserah yang penting Ara mencoba. Soal hasilnya adalah urusan pak Andra sebagai dosen yang bertanggung jawab.

Ara mengetuk pintu pelan, jujur saja sekarang jantungnya berdetak kelewat cepat. Ara seperti habis lari marathon

Andai dulu ia tidak meladeni Andra, pasti tidak akan se-canggung sekarang
iya Ara akhirnya memilih sadar. Bahwa kalau saja ia tidak menanggapi Andra ya tidak jadi begini keadaanya sekarang.

Penyesalan memang adanya di belakang.

Setelah beberapa kali mengetuk tapi tidak ada sahutan, Ara membuka ponselnya.

12.50

Jam makan siang sebentar lagi berakhir, mungkin pak Andra masih makan maka, Ara yang malas bolak-balik memilih menunggu di kursi panjang samping pintu ruangan Kalliandra.

STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang