"ARKA"!
"Apaan sih teriak mulu"! Ara terkekeh lalu merangkul bahu arka
"Kalo lo sensian mulu, kapan lo dapat jodoh Arka" Arka menghela nafas, tidak tau saja Ara bahwa pesona seorang Arka sudah meraja lela sejak mereka masih pake baju biru putih.
"Lo manis gini pasti ada maunya kan"? Ara tetaplah Ara, sudah menikah atau belum, jomblo atau single, ia tetaplah Ara yang manis kalau ada maunya saja.
"Ih pinter, makin sayang aku tuh"
"Ekhem" Arka menoleh, buru-buru melepas rangkulan Ara kasar bahkan Ara hampir oleng.
"Biasa aja kali" protes Ara kemudian. Ara sih enak Andra sudah jadi suaminya, nah Arka? tidak mungkin kan kalau Arka juga mau Andra jadi suaminya.
Iyuhh
"ngapain barusan"? Andra sudah pernah bilang, ia iri akan kedekatan Ara dan Arka. Kalau dulu alasannya adalah karna Arka lebih dekat dengan aLAra daripada dirinya sekarang berbeda, Ara sudah jadi miliknya. Dia yang paling dekat dan paling berhak untuk melakukan apapun pada Ara. Tapi Andra tetap tidak suka kalau Ara dan Arka terlalu sering melakukan skinship. Apalagi Ara sudah jadi istri orang.
"Ara yang mulai pak" tunjuk Arka tepat di depan wajah Ara
"Ini urusan antar mahasiswa pak" prinsip Ara, di kampus Andra tetap dosennya yang menyebalkan sok ganteng dan banyak bacot walau dirumah sama saja.
"Saya sebagai__
"huusst"! Ara menempatkan telunjuknya di depan bibir. mengisyaratkan Andra untuk tidak melanjutkan kalimatnya di tengah suasana kampus yang ramai
"Kami permisi pak" Ara menarik tangan Arka yang hanya bisa senyum paksa pada Andra yang masih memandang mereka walau sudah jauh.
"Lo mau bunuh gue"! Sentak Arka sesampainya di kelas
"Ini gue mau minta contekan tugas, kalo pak Andra tau pasti di halangin" Ara ingat saat dirinya menelpon Nadia jam enam pagi untuk minta foto jawaban tugas. Tapi Andra malah seenak jidat mematikan sambungan itu sepihak, padahal Ara tidak minta Nadia mengiriminya semua jawaban soal, hanya dua nomor. Tapi Andra seakan memarahinya bagai anak kecil yang ketahuan bawa buku cetak saat ujian kenaikan kelas
"Tumben gak di kerjain" Ara menyerah saat membaca tugas panjang itu, percuma ia cari jawabannya. Toh, Ara tidak ada niat mengerjakannya malam itu. Jadilah Ara mangkir.
"Tolongin gue deh, buruan"! Arka dengan tidak ikhlas yang kentara memberikan bindernya pada Ara yang langsung sumringah
"Makasih Arka semoga jodoh lo cantik kayak gue"
"Gak usah kalo kayak lo mah!"
****
Mama: Jadi gimana andra? bisa kan kamu datang ke ulang tahun Calista? harus bisa, mama gak mau tau.
Andra jelas mengenal Mira hampir seumur hidup, tapi sikap pemaksa Mira baru Andra temui beberapa bulan belakangan. Terutama saat Calista lebih sering muncul
Andra bingung, mau bagaimana lagi ia menjelaskan pada mamanya ini bahwa Calista dan dirinya tidak akan lagi bisa sama-sama. Mira jadi jauh lebih keras kepala dari sebelumnya
"Permisi pak, saya farel" Andra yang sedang berada di ruangannya terdiam sebentar.
"Kamu gak tau fungsinya pintu"? tanya Andra super dingin
"Kaaf pak, saya udah ketok, tapi gak ada jawaban jadi langsung saya buka" terangnya, benarkah? Jadi dirinya sedang melamun tadi.
"Ada apa"? Farel ini mahasiswa yang baru bergabung ke kampus ini di semester ini, dia mengambil jurusan yang sama dengan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
Chick-LitTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.