19. From The Past (Part I)

1.3K 158 17
                                    

Dua orang wanita sedang asik memasak sesuatu untuk sarapan di dapur Private House milik Loey.
Diiringi dengan kicauan burung-burung yang hinggap di pohon-pohon dekat rumah itu serta obrolan yang kedengarannya tak kalah seru.
Keduanya membahas apa saja yang telah mereka lewati sejak tahun lalu tidak bertemu.
Dan moment inilah yang pas untuk saling berbagi cerita, salah satunya sambil mengaduk sup rumput laut yang sebentar lagi akan matang dan yang satu lagi menata menu sarapan yang sudah dimasak.

"Woah! Eomma, Unnie! Pagi sekali kalian masak? Aah perutku jadi lapar." Kata Alice bersemangat setelah melihat beberapa menu sarapan sudah diatas meja makan.

"Kau darimana?" Tanya Clare pada putrinya.

"Jogging. Ah, actually i wanted to take a look of the neighbourhood around here." Jawab Alice lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil segelas susu yang ada diatas meja makan.

"Is it good?" Tanya Clare lagi.

"I think it's much better than our house."

"Menurutku rumah kalian yang di Melbourne, lebih besar dari ini." Kata Manager Rosie yang mulai masuk dalam percakapan.

"Bukan itu Dara Unnie. Maksudku, lingkungannya lebih tenang dan nyaman. Aku yang baru dua hari disini saja sudah merasa sangat betah. Park Chanyeol memang tak salah membeli rumah ini kalau tujuannya untuk tempat menenangkan pikiran dari stress."

"Calon adik iparmu memang tidak pernah salah pilih, Ally. Hahaha." Ucap manager Rosie sambil terkekeh.

Dramanya sudah dimulai kurasa. Pandai sekali aktingnya. Pantas adikku begitu takluk dan percaya padanya.

Batin Alice sambil masih ikut tertawa dengan manager Rosie.

Alice bergegas menuju ruang tengah. Disana, dia mendapati Mason yang duduk di sofa dan tengah sibuk dengan ponselnya.

Lalu Alice berjalan menuju ayahnya dengan sangat pelan-pelan.

"Appaaaa....." Alice memeluk Ayahnya dari belakang.

"Ya! Ally... Kau membuat Appa kaget saja." Kata Mason.

Alice tersenyum lebar dan menunjukkan deretan giginya yang terawat itu.

"Masih pagi Appa, jangan fokus pada ponsel dulu." Kata anak sulung Mason dan Clare itu.

Mason tampak memendarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Ally, mendekatlah sedikit. Ada yang ingin Appa sampaikan padamu." Kata Mason dengan suara yang dipelankan.

"Mwo?" Tanya Alice yang kini duduk bersebelahan dengan Ayahnya.

"Besok Appa harus kembali lagi ke Melbourne. Ada urusan mendadak. Appa harus hadir di rapat fasilitasi kegiatan kebudayaan. Appa harap kau tetap menjalankan misimu." Kata Mason.

Alice mengangguk sebagai respon terhadap pesan Ayahnya.

***

"Roseanne... Hey, Don't cry! Aku masih disini. Jangan takut, percayalah tidak ada yang akan menyakitimu." Kata Loey berusaha menenangkan gadisnya.

"Tidak ada yang menyakitiku? Apa kau tidak sadar? Bahwa kau lah yang sudah menyakitiku, Oppa! Kau merusak semua kepercayaanku yang seharusnya kau jaga dengan baik!" Rosie berteriak dengan segala kekesalan yang ada dihatinya.

Loey terkesiap mendengar penuturan Rosie yang terdengar seperti orang yang terlukai.

"Kau jahat! Kau licik! Kau tidak pernah berusaha mengetahui kesedihan dan keresahanku selama ini! Kau! Kau itu bajingan Oppa! Kau bajingan sama seperti pria bernama Junhoe itu! Aku benci padamu!" Rosie semakin memberontak dari pelukan Loey. Entah kekuatan darimana yang dimiliki oleh gadis dengan badan sekecil itu hingga dapat membuat Loey terjatuh ke tanah.
Lalu gadis Aussie itu berlari meninggalkan Loey.

(No) WAY BACK HOME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang