BAB 22

1K 143 8
                                    

Yuan Yang benar-benar menikmati waktunya mengoleskan salep luka ke bagian belakang tubuh Gu Qing Pei. Dia bahkan menepuk pelan pantat Gu Qing Pei setelah selesai mengoleskannya. Sensasi kenyal dan montok yang Yuan Yang rasakan tiap kali menyentuh pantat Gu Qing Pei membuatnya semakin bergairah.

Gu Qing Pei mencengkeram jubah mandinya erat-erat sambil menatap Yuan Yang dengan pandangan yang menakutkan.

Tanpa ragu Yuan Yang mengambil dompet Gu Qing Pei yang berada di dalam kantong jas miliknya. Lalu mengambil beberapa lembar uang dan menunjuk kearah Gu Qing Pei, "Akan kubelikan. Sebaiknya kamu jangan kemana-mana dan tetap disini."

Setelah selesai berbicara Yuan Yang beranjak keluar.

Namun baru berada di depan pintu, dia tiba-tiba teringat dengan laptopnya. Bagaimanapun juga dia cemas dengan keberadaan laptop itu di kamar Gu Qing Pei. Sehingga, dia kembali membalikkan badan dan mengambil laptopnya sebelum keluar kamar.

Setelah Yuan Yang pergi, Gu Qing Pei bergegas turun dari tempat tidur. Dia melepas jubah mandinya dan melemparnya dengan kasar ke lantai.

Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia mengalami hal menyedihkan semacam ini. Dia harus membuat Yuan Yang membayar semuanya!

Sambil menahan rasa sakit yang berdenyut di sepanjang tubuh, Gu Qing Pei kembali mengenakan pakaian yang dipakainya kemarin. Dia mengambil dan merapikan kembali semua barang-barang miliknya dan dengan tergesa-gesa kembali ke hotel pertama tempat mereka menginap di Huangzhou.

Kalau tebakan Gu Qing Pei tidak salah, sisa uang yang dibawa Yuan Yang saat ini hanya uang yang diambil dari dompet Gu Qing Pei saja. Dan pasti uangnya tidak akan cukup untuk membeli hal lainnya setelah dipakai membeli baju untuk Gu Qing Pei. Kalau begitu, dia akan membiarkan Yuan Yang tidur di pinggir jalan malam ini.

Gu Qing Pei langsung check out dari hotel. Kemudian mencegat taksi dan pergi menuju hotel lain.

Hal pertama yang dilakukannya setelah sampai di hotel adalah mandi.

Gu Qing Pei tahu dia tidak seharusnya mandi ketika demamnya sendiri belum turun. Namun dia sudah merasa sangat tidak nyaman akibat badannya yang lengket karena keringat, terutama juga karena dia masih bisa merasakan belaian kasar Yuan Yang. Semua sensasi yang timbul akibat perlakuan Yuan Yang terasa membekas di kulitnya, dan mustahil untuk dibersihkan.

Gu Qing Pei berdiri didepan cermin besar dalam kamar mandi tanpa sehelai benangpun menempel pada tubuhnya kini. Cermin yang cukup besar itu memantulkan bayangan setiap lekuk bentuk tubuh Gu Qing Pei tanpa ada yang disembunyikan. Hampir sebagian besar kulitnya diselimuti oleh memar merah keunguan yang besar-besar dan bebrapa bekas cupang (kiss mark), semua terpampang jelas hingga membuatnya kaget.

Gu Qing Pei mengeraskan kepalan tangannya. Menarik napas dalam-dalam untuk menekan perasaan depresi dan suram di dalam hati.

Marah tidak akan menyelesaikan masalah, sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalah.... Dia harus meminimalisir semua kekacauan ini hingga ke tingkat terendah. Dia harus bisa mengendalikan efek dari situasi buruk ini sebelum menjadi tambah parah seiring berjalannya waktu. Gu Qing Pei tidak bisa membiarkan Yuan Yang mengendalikannya. Dia harus membuat Yuan Yang membayar semua ulahnya.

Gu Qing Pei menyalakan keran air. Air hangat mulai mengalir dan membahasi ujung kepalanya, membersihkan semua aroma asing yang menempel di sekujur tubuh.

Setelah mandi, dia merasa kepalanya jadi semakin jernih. Demamnya juga pasti akan turun nanti. Paling tidak, rasa pusing dan lelah sudah terasa banyak berkurang.

Tidak lama kemudian dia melihat kearah ponsel dan nampak beberapa panggilan terlewat serta sebuah pesan : Kamu benar-benar cari mati.

Gu Qing Pei tersenyum sinis sebelum langsung menghapus pesan tersebut.

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang