Kedua laki-laki ini tiba di Kota XX pada hari Kamis. Kota XX adalah kota pinggir pantai yang cukup berkembang dan dipenuhi dengan bangunan-bangunan pencakar langit.
Pengacara Zhao adalah pengacara perwakilan dari Badan Hukum yang menangani kasus ini, dia telah mengutus seorang supir untuk menjemput mereka di bandara dan mengantar mereka ke hotel.
Pengacara Zhao juga memesankan dua kamar hotel untuk mereka. Setelah sampai di hotel, mereka bertiga mulai membahas perkembangan kasus ini hingga larut malam di kamar Gu Qing Pei, membahas segala kemungkinan-kemungkinan penting yang bisa dijadikan sebagai penyokong perkembangan kasus ini hingga selesai. Mereka sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu para Pimpinan dari Biro Provinsi yang ditunjuk Pengacara Zhao.
Baru setelah jam sepuluh malam, Pengacara Zhao pergi meninggalkan hotel.
Yuan Yang tidak berencana tidur di kamar yang sudah dipesankan untuknya. Tanpa basa-basi dia tinggal di kamar Gu Qing Pei begitu saja.
Setelah Gu Qing Pei selesai mandi, dia memeriksa semua dokumen-dokumen terkait yang ada di laptop dan menyelesaikan beberapa urusan bisnis lainnya. Pekerjaannya tiada henti dan meskipun terasa berat, dia sangat menikmati pekerjaannya ini.
Yuan Yang keluar dari kamar mandi dan melihat Gu Qing Pei masih mengamati layar laptopnya, "Ini sudah jam 11 malam, masih belum tidur juga?"
"Aku masih harus mengurus beberapa hal." sahut Gu Qing Pei sambil menekan-nekan keyboard laptop dengan jarinya yang langsing.
Yuan Yang lalu menimpali, "Setelah kupikir baik-baik. Meskipun di Kepala Direktur berjanji untuk menandatangani Surat itu, dia pasti sedang berada di bawah tekanan sebagai seorang Pimpinan Badan Provinsi. Aku tebak dia tidak mau menyinggung kedua belah pihak (pihak Perusahaan Gu Qing Pei dan pihak penduduk Kota XX). Makanya di awal-awal dia sempat menolak tanda tangan, namun sekarang karena dipaksa oleh kita dia jadi mau tanda tangan. Namun, pada akhirnya nanti, dia tanda tangan ataupun tidak, tetap saja akan jadi masalah."
Gu Qing Pei mengangguk, "Kapan Surat itu ditandatangani, itulah masalah sebenarnya. Kalau ini terus ditunda-tunda, Surat Pernyataan itu tidak akan pernah keluar dan kita akan rugi besar. Kita harus bertemu dengan para Pimpinan tersebut dan terus menekan mereka. Hanya setelah Surat Pernyataan ditandatangani, barulah kasus ini dianggap selesai."
Yuan Yang naik keatas tempat tidur dan menggunakan kepalanya untuk menutup laptop Gu Qing Pei. Kemudian menyandarkan kepalanya di pangkuan Gu Qing Pei, "Masalah ini bakalan selesai kok. Pokoknya aku nunggu kamu ngasih aku bonus."
Gu Qing pei tersenyum, "Bagus kalau kamu masih ingat. Kalau masalah ini tidak ditangani, aku nggak akan kasih kamu sepeserpun."
Yuan Yang mendengus, "Kalau kamu berani tidak memberiku uang, aku akan terus tinggal dan makan di rumahmu."
"Kamu benar-benar nggak punya malu yah, bisa bicara kayak gitu."
Yuan Yang mengalungkan kedua lengannya pada leher Gu Qing Pei kemudian menariknya kebawah dan mencium bibirnya.
Gu Qing Pei sengaja membiarakan Yuan Yang menciumnya beberapa saat. Lalu menepuk wajahnya, "Kita masih ada rapat penting besok, ayo tidur."
Yuan Yang langsung duduk, menatap Gu Qing Pei seperti anak anjing yang minta dielus majikannya sambil mengibaskan ekor, "Kamu nggak mau bercinta denganku malam ini?"
"Bercinta gundulmu, jam berapa sekarang? Kita masih ada kerjaan penting besok."
Yuan Yang diam karena kecewa. Pada akhirnya dia tidur juga dengan lelap, namun tidak demikian dengan tangan dan kakinya yang bergerak kemana-mana sehingga menyebabkan Gu Qing Pei baru bisa tidur jam 1 dini hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)
RomancePenulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved_Sienna Sinopsis: Tepat di hari pertama kerja, Gu Qing Pei, seorang pengusaha elit yang terkenal han...