BAB 63

768 107 5
                                    

Tepat saat Gu Qing Pei mulai konsentrasi dengan pekerjaannya, Yuan Yang tiada henti mendesak teman polisinya untuk segera menangkap pencuri yang merampok rumah Gu Qing Pei.

Teman polisinya ini juga merasa tidak bisa berbuat banyak. Mengerahkan sedemikian besar satuan polisi hanya untuk menangani kasus perampokan dengan kerugian beberapa puluh ribu yuan saja, sungguh di luar wewenangnya. Kasus pencurian ini semakin lama semakin tidak jelas. Yuan Yang jadi tidak punya pilihan selain mengerahkan seluruh relasi yang dia miliki untuk memeriksa semua pasar loak yang bertebaran di Beijing, dengan harapan bahwa si pencuri tersebut akan menjual laptopnya di pasar loak tersebut.

Namun sampai seminggu kemudian, mereka tetap tidak menemukan apapun. Tidak hanya itu, Ayah Yuan Yang juga mulai mengetahui akan apa yang Yuan Yang lakukan saat ini.

Saat Yuan Li Jiang menelponnya suatu hari, Yuan Yang sedang sibuk bekerja.

Dia pun menjawab telepon dari Ayahnya dengan setengah hati, "Ya Yah."

"Kudengar kamu kehilangan barang?"

"Bagaimana Ayah bisa tahu?"

"Bukannya kamu menyuruh Dik Zhang? Dia menelponku barusan. Masa cuma gara-gara hal ini, kamu membuat semua orang di kantor sampai kerja lembur. Tapi bagaimana bisa laptopmu hilang di rumahnya Gu Qing Pei?" saat Yuan Li Jiang mendengar insiden perampokan tersebut, dia merasa sedikit aneh. Mengapa laptop Yuan Yang ada di rumah Gu Qing Pei?

Yuan Yang mengumpat pada Ketua Zhang diam-diam. Jelas-jelas dia sudah menyuruhnya untuk tidak bilang siapa-siapa. Dan dia malah bilang pada Ayahnya, kelihatan sekali kalau ingin cari muka. Yuan Yang cuma bisa merespon Ayahnya dengan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, "Waktu itu Gu Qing Pei membutuhkan dokumen yang harus dipindah dari laptopku makanya dia pinjam sebentar."

Yuan Li Jiang kemudian menyahut dengan "oh", tapi tetap saja dia masih merasa ragu. Kemudian dia bertanya kembali, "Apa ada informasi penting di dalam laptop itu?"

"Ahhh, iyahh."

"Sangat penting? Kalau nggak sangat penting lebih baik lupakan saja. Beijing ini kota yang terlalu besar, apa perlu sampai harus membuang waktu demi sebuah laptop."

"Pokoknya laptop itu harus ditemukan."

"Coba bilang, proyek penting apa yang ada di dalam laptop itu, mungkin cuma kamu saja yang menganggapnya terlalu serius."

Yuan Yang menghela napas, "Ayah nggak usah tanya, pokoknya ada hal yang sangat penting, itu saja."

"Apa Gu Qing Pei tahu kalau ada dokumen sepenting itu di laptopmu?"

"Dia, um, dia tahu."

"Tapi dia nggak bilang apa-apa. Ayah rasa apapun itu, nggak terlalu penting. Berhentilah menyia-nyiakan fasilitas perusahaan. Mengobrak-abrik seisi Beijing cuma buat mencari laptopmu itu sudah keterlaluan."

"Yah, bisa nggak, nggak usah ikut campur dulu?"

Yuan Li Jiang menjawab kesal, "Kamu pikir Ayah juga ingin mencampuri urusanmu. Oh ya, bukannya kamu bilang cucu Song Suji itu cantik. Terus kenapa kamu nggak meresponnya balik waktu dia mengundangmu makan diluar? Dia bahkan sampai menelpon kantorku."

"Aku nggak suka dia."

"Bukannya dia cantik? Kenapa masih nggak suka?"

"Kalau aku bilang nggak suka ya nggak suka. Berhentilah mengenalkan orang lain padaku, menyebalkan sekali."

"Apa kamu sudah punya pacar?"

Wajah Gu Qing Pei seketika muncul di benak Yuan Yang. Dia kemudian menjawab pelan, "Iyah."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang