BAB 35 (M)

3.2K 177 12
                                    

Di hari Jumat, malam harinya, Gu Qing Pei makan malam dengan para pimpinan Biro Lahan dan Sumber Daya untuk mendiskusikan masalah terkait pemindahtanganan kepemilikan lahan. Makan malam kali ini disajikan bersama banyak minuman alkohol. Namun karena batas toleransi alkohol Gu Qing Pei yang cukup tinggi, dia jadi tidak gampang mabuk, sedangkan kedua rekannya sudah mabuk dari tadi.

Ketika si supir, Lao Zhao, mengantarnya pulang, dia ingin menuntunnya sampai masuk ke dalam apartemen, namun Gu Qing Pei tidak mengijinkannya. Selama tidak ada keperluan yang mendadak, Gu Qing Pei tidak akan pernah mengijinkan orang asing manapun tahu di lantai mana tepatnya apartemennya berada.

Meskipun dia jalan agak sempoyongan, dia masih bisa berpikir jernih. Yang dia rasakan hanya, tas kerja yang dia bawa terasa berat sekali, matanya juga berusaha keras agar tetap terbuka, dan intinya dia cuma ingin cepat berbaring di tempat tidur, lalu tidur sampai pagi hari.

Pintu lift menuju ke apartemennya terbuka.

Pintu depan apartemennya langsung berhadapan dengan pintu lift. Saat dia melihat sepintas, ada seekor serigala yang mengenakan setelan jas rapi, namun tanpa mempedulikan penampilannya yang sempurna itu, si serigala duduk berjongkok di depan pintu apartemen Gu Qing Pei.

Yuan Yang mendongakkan kepala melihat Gu Qing Pei yang berjalan sempoyongan karena sedikit mabuk. Sambil mengernyitkan kedua alisnya dia mulai memarahi, "Kamu mabuk lagi?"

Gu Qing Pei melihat kearah koper Yuan Yang yang ada di sebelahnya lalu melihat kearah wajah Yuan Yang yang lelah akibat perjalanan jauh, Gu Qing Pei langsung berpikir bahwa anak ini pasti langsung menuju kemari setelah pesawatnya mendarat.

Sambil menolehkan kepala, mengacuhkan Yuan Yang, Gu Qing Pei bertanya, "Buat apa kamu kemari? Aku nggak pernah kasih ijin buat kamu balik dulu."

"Kalau aku mau kembali ya aku kembali. Kamu mau aku menetap disana buat latihan kerja? Apa memang ini sudah jadi rencanamu untuk mengirimku ke kota XX dan tidak kembali selamanya?"

"Perjalanan dan akomodasi untuk latihanmu disana itu membutuhkan biaya, bagaimana bisa kamu balik gitu aja?" bentak Gu Qing Pei sambil berjalan sempoyongan mendekati Yuan Yang.

"Latihan kerja macam apa itu? Pelatihnya (Si Kepala Direktur di Kota XX) tidak memenuhi kualifikasi sebagai seorang pelatih. Dengar dia bicara aja udah kelihatan jelas kalau dia seorang penipu." sahut Yuan Yang lalu memeluk pinggang Gu Qing Pei, "Siapa yang suruh kamu mabuk lagi?"

Refleks, Gu Qing Pei memberikan kopernya pada Yuan Yang agar dibawakan, lalu bertanya lagi, "Siapa yang membelikan tiket pesawatmu kesini? Aku nggak pernah nyuruh kamu balik secepat ini. Pokoknya aku nggak akan menyetujui biaya tiket pesawatmu yang sekarang, kamu harus bayar sendiri."

Yuan Yang juga merespon dengan refleks, "Kamu takut banget aku kembali dengan cepat, apa kamu takut harus memenuhi janjimu?"

Gu Qing Pei mendorong dada Yuan Yang agar menjauh namun Yuan Yang nampak tak bergeming, dia lalu berkata lagi sambil masih kelelahan, "Aku nggak pernah janji apa-apa. Cepat balik sana, aku capek."

Yuan Yang mengeratkan pelukannya di pinggang Gu Qing Pei lalu menyium lembut rambut Gu Qing Pei. Aroma alkohol yang menusuk membuatnya mengernyitkan alis, "Kalau begitu, akan kubuat kamu ingat lagi."

Setelah berkata demikian dia menjulurkan tangan kearah saku jas Gu Qing Pei lalu mengambil kunci apartemennya dan membuka pintu. Kemudian dia mengambil kopernya tadi, sambil masih memeluk Gu Qing Pei sembari menuntunnya berjalan masuk ke dalam apartemen.

Gu Qing Pei mengarahkan jari telunjuk ke wajah Yuan Yang, masih dalam keadaan mabuk, "Kuperingatkan ya, jangan macam-macam denganku. Aku sudah capek banget, nggak punya waktu untuk meladenimu lagi."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang