BAB 111

1.1K 112 6
                                    

Gu Qing Pei sontak bertanya, "Yuan Yang, kamu menangis?" dia bisa merasakan tubuh Yuan Yang yang gemetaran saat memeluknya serta bahunya yang terasa agak basah, entah karena imajinasinya sendiri atau bukan.

"Apaan sih." sahut Yuan Yang pelan.

Gu Qing Pei mengangkat tangannya lalu membelai rambut Yuan Yang hati-hati. Setelah ragu selama beberapa saat, dia akhirnya bersuara, "Aku baik-baik saja kok."

Yuan Yang masih diam. Hidungnya sengaja digesekkan pada leher Gu Qing Pei, sambil terus memeluknya erat, menolak untuk melepaskannya.

Gu Qing Pei akhirnya bergumam kembali, "Apa yang kamu lakukan pada orang itu?"

"Kubuat dia cacat." sahut Yuan Yang dingin.

"Jangan bikin masalah lagi..."

"Kamu nggak perlu mempedulikannya." Yuan Yang menutup mata dan menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma tubuh Gu Qing Pei, mengubah dirinya yang kejam dan berhati dingin karena insiden barusan, jadi orang yang tenang dan hangat kembali, "Aku pasti akan membereskannya. Jangan khawatir." dia kembali menggesekkan hidungnya lalu duduk tegak. Matanya berubah merah saat menatap kepala Gu Qing Pei yang diperban asal-asalan dan seluruh wajahnya yang bengkak semua.

Yuan Yang lantas mendesak si supir agar berkendara lebih cepat, "Cepetan nyetirnya, masih berapa lama lagi sebelum kita sampai?"

"Masih empat atau lima kilometer lagi."

"Lebih ngebut lagi." Yuan Yang tidak berani menyentuh wajah Gu Qing Pei yang bengkak dan juga rambutnya yang basah karena cucuran darah. Saat tangannya menjulur, dia bingung harus menyentuh bagian tubuh Gu Qing Pei yang mana. Ekspresi wajahnya nampak sangat menderita.

Gu Qing Pei memegang tangan Yuan Yang, "Nggak apa-apa. Aku beneran baik-baik saja kok, cuma agak pusing dikit."

Suara Yuan Yang terdengar serak, "Sekarang kamu paham kan kenapa aku harus memonitormu terus?" sejak insiden Liu Qiang membobol rumah mereka dan mencuri laptopnya, Yuan Yang jadi selalu khawatir akan keselamatan Gu Qing Pei. Ibarat kata, kalau laki-laki tidak bisa melindungi orang yang dia sayangi, maka sia-sia saja dia dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Dan saat melihat kepala Gu Qing Pei yang dibalut perban, serta wajahnya yang kelelahan dan bengkak, Yuan Yang jadi merasa ingin mencambuk dirinya sendiri sampai mati.

Dia tidak akan membiarkan siapapun yang melukai Gu Qing Pei lolos begitu saja. Namun, orang yang seharusnya paling disalahkan dalam hal ini adalah dirinya sendiri. Karena semua bermula dari video panas tersebut. Kalau saja video itu tidak pernah ada, maka semua ini tidak akan pernah terjadi. Gu Qing Pei tidak akan pernah dipermalukan. Dia juga tidak akan pernah meninggalkan Yuan Yang dan kejadian hari ini juga tidak akan terjadi.

Tidak peduli seberapa marahnya dia karena dicampakkan Gu Qing Pei dulu, itu semua cuma sekedar alasan untuk membenarkan perbuatan bejatnya saja. Bahkan, orang yang paling Yuan Yang benci adalah......dirinya sendiri, dirinya sendiri yang dulu selalu penuh dengki dan mudah terpancing emosi, dirinya sendiri yang selalu mengecewakan semua orang.

Gu Qing Pei mengernyitkan dahi, "Bukan itu alasan kenapa kamu membajak ponselku. Lagipula, siapa yang mau dimonitor terus selama 24 jam."

Yuan Yang menyandarkan tangannya di belakang kepala Gu Qing Pei, agar tidak terbentur dengan punggung kursi setiap kali mobil ini melewati jalan yang bergeronjal, "Aku nggak mau bertengkar denganmu dulu sekarang, kita bicara lagi saat lukamu sudah diobati."

Gu Qing Pei menghela napas. Dia juga tidak ingin bicara lebih banyak lagi.

Luka Gu Qing Pei rupanya diboati dengan ala kadarnya saja. Sehingga darah pada lukanya jadi menggumpal dan membuat rambutnya lengket jadi satu, area sekitar luka nampak sangat parah. Agar bisa mengobati lukanya, rambut Gu Qing Pei harus dicukur habis. Tentu saja hal tersebut membuat Gu Qing Pei tertekan. Dia adalah orang yang sangat memperhatikan penampilannya, jadi kalau dia sampai harus meninggalkan rumah dan ketemu orang-orang dengan kepala yang gundul, pasti akan membuatnya jadi gila. Tapi dia juga tidak punya pilihan lain selain membiarkan si suster mencukur rambutnya sampai habis. Melihat rambutnya yang jatuh ke lantai, sebagian demi sebagian, membuat raut wajah Gu Qing Pei jadi jelek sekali.

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang