BAB 76

730 112 29
                                    

Saat sampai di rumah, Ayah Yuan Yang sedang tidak berada disana.

Adik laki-laki dan perempuannya memandangi Yuan Yang yang baru saja tiba sambil keheranan, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Wu Jing Lan baru saja turun dari lantai atas dan seketika melihat anak sulungnya ini datang dengan ekspresi penuh kemarahan, bagaikan Rakshasa* yang ingin memporakporandakan seisi rumah. Merasa terkejut dia bertanya, "Ada apa denganmu?"

*Rakshasa adalah iblis dalam kepercayaan agama Budha.

Yuan Yang mengepalkan tangan sekuat mungkin sambil bertanya, "Dimana Ayah?"

"Pergi ke Guangzhou, ada urusan kantor."

"Kapan dia kembali?"

"Ibu tidak tahu." Wu Jing Lan beranjak mendekati Yuan Yang, sambil terus menatapnya dengan penuh curiga, "Ada apa? Ada apa sebenarnya antara kamu dengan Ayahmu? Beberapa hari ini dia bermuka masam melulu, bikin suasana rumah jadi jelek saja. Terus kamu juga nggak mau pulang ke rumah sama sekali, tapi sekarang pulang-pulang malah kayak gini. Aku ini Ibumu, apa sebenarnya yang kamu sembunyikan dariku?"

Yuan Yang menatap Wu Jing Lan dan menjawab dengan suara yang serak, "Bu, aku homo, maksudku, aku suka dengan laki-laki, bukan dengan perempuan, apa Ibu bisa menerimaku dengan kondisi begini?"

Keuda mata Wu Jing Lan membelalak, "Bicara apa kamu?"

Yuan Geng seketika berlari kearah kakaknya lalu memeluknya dari belakang, "Kak, kakak lagi demam, ayo masuk ke kamar saja dan beristirahat disana?"

Anak yang tingginya sudah seperti anak remaja, dan hampir sama dengan tinggi bahu Yuan Yang ini, ternyata pelukannya kuat juga, namun tetap tidak ada apa-apanya di mata Yuan Yang. Dengan mudah Yuan Yang melepas pelukan Yuan Geng, "Aku nggak demam. Bu, ini masalah antara Ayah dan aku. Aku tadinya nggak mau cerita sama Ibu, tapi cepat atau lambat Ibu pasti akan tahu juga karena Ayah telah lancang membeberkan rahasia orang lain!" sahut Yuan Yang sedikit berteriak lalu menggertakkan gigi karena saking kesalnya.

Wu Jing Lan mengernyitkan dahi sambil memandangi Yuan Yang cukup lama.

Semua anggota keluarga Yuan tahu jika sifat Wu Jing Lan jauh lebih keras dibandingkan Yuan Li Jiang. Laki-laki biasa yang sudah cukup mengenalnya tidak akan berani mencari masalah dengan dirinya. Yuan Yang sudah bersiap-siap menerima kemarahan Ibunya kali ini. Sekarang, dia tidak takut dengan apapun. Jika semua orang akan marah, lebih baik mereka marah padanya, daripada pada Gu Qing Pei. Meskipun tindakannya kini tidak mencegah kebencian semua orang pada Gu Qing Pei, paling tidak dia bisa sedikit membantu.

Karena itulah tugas seorang laki-laki (pada wanitanya).

Wu Jiang Lan mendongakkan dagu, "Ikuti aku ke ruang kerja." kemudian dia menunjuk kearah Yuan Geng dan Yuan Ying, "Kalian berdua masuk ke kamar kalian dan kerjakan PRnya."

Yuan Yang mengikuti Wu Jing Lan keatas. Setelah menutup pintu, Wu Jing Lan menampar wajah Yuan Yang. Saking kerasnya tamparan Wu Jing Lan, wajah Yuan Yang sampai menoleh ke belakang, namun ekspresi wajah Yuan Yang tetap tidak berubah.

Wu Jing Lan melipat kedua lengan di depan dada sambil memelototi anak sulungnya ini, "Laki-laki yang kamu sukai, apa dia Gu Qing Pei?"

Kedua alis Yuan Yang terangkat keatas karena kaget dengan tebakannya Ibunya, "Ibu sudah tahu?"

"Aku baru saja bertengkar dengan Ayahmu karena dia tiba-tiba memecat Gu Qing Pei tanpa alasan yang jelas. Yang lain mungkin bisa termakan dengan alasan menggelikannya itu, tapi tidak denganku. Dari dulu Ibu sudah penasaran. Sekarang semuanya jadi masuk akal. Makanya tebakan Ibu benar kan?"

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang