BAB 21

1.2K 147 17
                                    

Setelah Gu Qing Pei menghabiskan dua kantong infus, dia baru mulai merasa baikan. Dan karena dia tidur terlalu lama, jadinya dia tidak bisa tidur lagi. Namun bagaimanapun juga, bagi Gu Qing Pei, duduk mematung seperti ini, ditambah dengan pandangan tajam dari Yuan Yang yang tidak mau mengalihkan muka sama sekali, sungguh membuatnya semakin jengkel.

Suasana di dalam kamar jadi terasa canggung.

Gu Qing Pei tidak punya pilihan selain memejamkan mata dan beristirahat kembali. Untuk sekarang dia masih muak dengan Yuan Yang sehingga tidak mau meliriknya walau sedikit saja.

Di lain sisi, Yuan Yang malah tidak merasa bosan. Dia duduk di kursi dan melanjutkan main game di laptopnya.

Setengah jam kemudian infus yang menempel pada tubuh Gu Qing Pei baru habis. Dia kemudian menarik jarum infusnya sendiri dan berniat pergi ke kamar mandi. Sekalian mengambil ponselnya yang masih tergeletak di lantai.

Namun sesaat setelah Gu Qing Pei akan beranjak dari tempat tidur, dia baru sadar kalau dia benar-benar sedang telanjang bulat. Matanya menerawang ke seluruh penjuru kamar hingga menemukan pakaiannya yang tergeletak di sofa, sekitar tiga sampai empat meter dari tempatnya berdiri, sedangkan jubah mandi yang dia kenakan entah sudah berada dimana.

Gu Qing Pei menggertakkan gigi sebelum berkata pada Yuan Yang, "Ambilkan bajuku."

"Mau kemana kamu?"

"Ke kamar mandi."

Dagu Yuan Yang mendadak terangkat sedikit saat melirik tulang kering pada bahu Gu Qing Pei yang terekspos dengan jelas sambil memicingkan mata.

"Bajuku. Ambilkan." Gu Qing Pei mengulangi perintahnya dengan nada yang lebih memerintah.

Yuan Yang meletakkan laptonya lalu pergi mengambil jubah mandi yang baru dari dalam lemari kemudian melemparnya di atas tempat tidur.

Gu Qing Pei menggapai jubah tersebut dan ragu sesaat sembari berpikir bagaimana caranya dia mengenakan jubah ini. Kalau dia menutupi tubuhnya saat akan memakai jubah dengan selimut, maka dia akan kelihatan malu-malu di depan Yuan Yang. Tapi kalau selimutnya disingkirkan lalu memakai jubah mandinya seperti biasa, dia tidak mau Yuan Yang sampai melihat bekas dari hasil bercinta mereka yang cukup gila dan tak terkendali kemarin. Gu Qing Pei bahkan tidak perlu melihat langsung ke seluruh tubuhnya untuk memastikan bekas apa saja yang tersebar di seluruh tubuhnya itu.

Sementara Gu Qing Pei sedang sibuk berpikir, Yuan Yang malah sibuk melemparkan pandangan penuh rasa ketertarikan.

Gu Qing Pei melirik sebentar ke Yuan Yang dan langsung tahu bahwa dia pasti sedang menunggu Gu Qing Pei melakukan hal yang mempermalukan dirinya sendiri. Gu Qing Pei mendengus sebelum akhirnya membalik selimut yang dipakainya lalu memakai jubah mandi tadi.

Walaupun gerakan Gu Qing Pei sangat cepat, tapi Yuan Yang masih bisa melihat jejak kemerahan dan memar kebiruan yang menyelimuti tubuhnya. Setelah Yuan Yang teringat kembali bahwa jejak kemerahan dan memar tersebut ada di tubuh Gu Qing Pei karena ulahnya sendiri, tiba-tiba dia merasa ada sensasi bangga yang tidak bisa dijelaskan di dalam dirinya.

Sesaat sebelum Gu Qing Pei beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba saat kakinya menyentuh lantai, rasa kesemutan mulai menjalar dari telapak kaki sampai keatas. Walaupun dia melangkah dengan cukup pelan namun langsung mempengaruhi seluruh otot pada kedua pahanya. Dia memang tidak mungkin menekuk kedua kakinya semalaman, belum lagi luka pada area kemaluannya. Gerakan ini membuatnya makin kesakitan dan kakinya jadi tidak bisa menahan berat badannya sendiri. Sehingga lututnya mendadak lemas dan dalam hitungan detik dia akan jatuh terduduk di lantai.

Tanpa diduga, Yuan Yang sudah berdiri disampingnya. Dia menjulurkan tangannya dan memegang pinggang Gu Qing Pei dengan kuat, sambil tetap mempertahankan posisi tubuhnya yang tegak.

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang