BAB 73

770 113 14
                                    

Pertanyaan demi pertanyaan mulai datang bergulir dari kedua orang tua Gu Qing Pei pada Yuan Yang mengenai latar belakang, usia, asal, jumlah saudara dan keluarga, pekerjaan dan seterusnya. Ini mungkin tidak bisa dibilang sebagai pencarian informasi lengkap akan data diri Yuan Yang. Namun bisa dibilang sebagai pencarian informasi mengenai kriteria apa yang diinginkan anaknya (Gu Qing Pei) dalam mencari pacar. Apapun yang ingin mereka tanyakan, mereka tanyakan saja.

Gu Qing Pei ingin menghentikan mereka sejak awal. Namun tidak lama dia sadar bahkan dia sendiri juga tidak bisa berkata apa-apa, sehingga dia memilih untuk diam saja. Dia justru meneruskan makan malam sembari mengamati Yuan Yang sibuk meladeni pertanyaan kedua orang tuanya.

Seakan-akan mereka juga bagian dari keluarganya.

Gu Qing Pei mengamati pemandangan di depannya ini jadi merasa sedih sendiri.

Setelah selesai makan malam, Gu Qing Pei mengambil kesempatan dari kedua orang tuanya dengan membereskan meja makan agar bisa berduaan saja dengan Yuan Yang. Sambil menundukkan kepala dia berbisik, "Ayo keluar."

Yuan Yang duduk di depan meja, mendongakkan kepala dan menatapnya, pandangannya seakan menunjukkan setitik kesedihan, "Kalau aku ikut keluar dengamu, apa kamu akan mengijinkanku masuk ke dalam rumah ini lagi?"

"Ini rumah orang tuaku, kamu tidak seharusnya ada disini."

"Oh, kenapa? Apa Zhao Yuan sudah pernah kesini sebelumnya? Bagaimana bisa dia boleh datang kesini terus aku nggak?"

Gu Qing Pei menghela napas, "Berdirilah, ayo kita bicara diluar."

Urat nadi di dahi Yuan Yang nampak semakin menonjol. Seakan-akan dia berusaha menggunakan seluruh energinya untuk menahan segala emosi yang sebentar lagi akan meledak. Dia pun beranjak meskipun terlihat kaku.

Nyonya Gu keluar dari dapur sambil membawa sepiring buah, "Ada apa? Kamu sudah harus pergi?"

Yuan Yang diam tidak menjawab. Gu Qing Pei yang menjawab pertanyaan Ibunya, "Bu, kami harus membicarakan sesuatu. Nanti aku balik lagi."

"Bagaimana bisa kamu pergi tepat setelah makan, duduk dulu sebentar." Nyonya Gu meletakkan buah yang dibawanya, wajahnya seakan curiga saat dia menatap kearah Yuan Yang kembali, "Aku masih belum menanyakan beberapa hal."

Ekspresi wajah Gu Qing Pei nampak datar namun nada suaranya nampak seakan mendesak, "Bu, lain hari saja."

Nyonya Gu lalu menunduk kecewa, "Pakailah sweater yang aku rajut buatmu."

Gu Qing Pei mengenakan sweater dan jaket, kemudian menuntun Yuan Yang keluar dari pintu.

Awalnya dia ingin mengajak Yuan Yang turun, namun karena cuaca terasa agak hangat hari ini dan hari juga belum terlalu malam sehingga ada banyak orang di lantai bawah. Akan terasa tidak pantas jika mereka bicara di bawah sana. Dia takut Yuan Yang nantinya akan berubah marah-marah jika arah pembicaraan mereka tidak sesuai dengan yang dia inginkan.

Maka dari itu dia mengajak Yuan Yang ke atap gedung.

Diatas sana, angin dingin berhembus yang hanya ditemani dengan sinar tipis dari cahaya bulan, namun tidak ada siapapun diatas sana selain mereka.

Gu Qing Pei merapatkan jaket yang dikenakannya, pandangannya kosong, menatap kearah sinar cahaya nan jauh disana, "Aku sungguh tidak mengira bahwa kamu akan datang ke rumahku."

"Kamu pergi meninggalkan catatan ini. Kamu pikir aku akan menunggumu begitu saja di Beijing?" Yuan Yang melempar kertas catatan yang sudah lungset tersebut kearah Gu Qing Pei, napasnya mulai terdengar tidak stabil.

"Yuan Yang, apa yang aku tulis memang sesuai dengan apa yang ingin kukatakan. Kita tidak cocok satu sama lain, kepribadian kita, pengalaman hidup kita, dan cara kita memandang hidup ini sangatlah bertolak belakang. Kamu masih muda. Suatu hari kamu akan sadar bahwa terpaku pada kenikmatan sesaat itu tidak akan berakhir lama."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang