Keesokan pagi saat Gu Qing Pei sampai di kantor, belum sepuluh menit Gu Qing Pei duduk, teleponnya berdering.
Saat dia mengangkat telepon tersebut, suara merdu Wang Jin mulai terdengar, "Qing Pei, aku sudah lama menunggu telepon darimu sejak pukul 08:30 tadi, setiap detik setiap menit aku tungguin terus. Rasanya nggak nyaman sekali."
Gu Qing Pei jadi malu, "Saya sarapan dulu tadi."
"Oh, aku lupa, kamu sudah kenyang sekarang?" nada suara Wang Jin terdengar ambigu, antara perhatian atau tidak.
"Sudah." Gu Qing Pei kemudian batuk, "Kakak Wang, pertanyaanmu kemarin, aku harus tanyakan ke rekanku dulu baru bisa jawab. Karena terlalu banyak jadi takutnya nanti lupa."
"Nggak apa-apa. Sebenarnya aku punya berita untukmu. Setelah dipertimbangkan dengan matang, aku putuskan akan berinvestasi dalam proyek kali ini."
"Oh? Itu berita bagus." sahut Gu Qing Pei gembira. Yuan Li Jiang memiliki banyak proyek menjanjikan di tangannya, namun sayangnya kebanyakan proyek tersebut memiliki dana yang terbatas sehingga tidak ada yang bisa dimulai. Jika dia bisa bekerja sama dengan Wang Jin dalam proyek ini, tiga tahun mendatang, proyek ini mungkin akan berkembang menjadi industri terbesar di bawah nama Yuan Li Jiang. Dan tentu saja nama Gu Qing Pei sebagai kontributor terbesar juga akan disebut-sebut. Dan disaat bersamaan, Perusahaan yang dia kelola ini akan mendapat keuntungan besar sehingga bisa masuk kembali ke Pasar Saham. Sungguh kabar yang sangat menggembirakan.
Wang Jin lalu berkata sambil tersenyum, "Qing Pei, aku harap kamu mengerti. Aku terlalu lama mempertimbangkan keputusanku, bukan untuk sengaja menunda-nunda. Lagipula ini kan proyek investasi besar. Dimana di proposalnya menyebutkan pembagian keuntungannya juga akan dibagi dua."
"Terima kasih Kakak Wang. Tanpa dukunganmu, proyek ini tidak akan pernah berjalan."
Wang Jin tersenyum lalu menjawab kembali, "Tadinya aku memang nggak ingin mengharapkan apa-apa. Tapi karena kamu berkata seperti itu, aku jadi penasaran, dengan apa kamu akan berterima kasih padaku nanti Qing Pei?"
Wang Jin memang orang yang sudah makan garam dalam hal permainan asmara, dia juga orang yang cukup hangat, sopan dan penuh kharisma. Ketika dia mengejar seseorang, dia akan mengejarnya tanpa henti namun tidak sampai melewati batas sopan santun hingga membuat orang yang dikejarnya itu jadi kesal. Jika saja Gu Qing Pei tidak memiliki anjing serigala kecil di rumahnya, dia sungguh ingin ikut bermain dalam permainan asmara tanpa ikatan yang cukup menggodanya kali ini. Bersaing dengan Wang Jin pasti akan membuat orang berharap agar terus mendapatkan keuntungan besar. Jika seseorang berhasil mengalahkan laki-laki sesempurna dia, rasa kemenangan tersebut pasti akan membuat siapapun jadi tergoda.
Sayangnya......
Bayangan Yuan Yang dengan barisan giginya yang tajam muncul di depan Gu Qing Pei. Dia lalu tersenyum dan menggelengkan kepala. Kalau dia berani sedikit saja mengiyakan godaan Wang Jin, Yuan Yang pasti akan menggigitnya.
Dia pun tersenyum, "Kakak Wang, apa yang anda bicarakan?"
"Maksudku, aku ingin kamu. Apa itu kedengaran terlalu cabul?"
Gu Qing Pei kemudian berkata pasrah, "Coba katakan dengan nada berbeda, yang nggak terdengar terlalu mencolok."
"Hahahaha, Qing Pei, jadi bagaimana ini? Aku menyukaimu semakin dalam...."
Gu Qing Pei tersenyum polos, "Kakak Wang, karena Kakak sudah membuat keputusan, mari kita cari waktu untuk menandatangani perjanjian awal dulu. Kita nggak perlu mencari investor lainnya lagi jadi pengerjaan proyek inipun bisa segera dimulai."
Wang Jin tertawa kedua kalinya, "Nampaknya aku harus mengatakan di depan wajahmu biar kamu menganggapku serius. Baiklah, kapan kamu ingin kita menandatangani perjanjian itu? Aku cari waktu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)
RomancePenulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved_Sienna Sinopsis: Tepat di hari pertama kerja, Gu Qing Pei, seorang pengusaha elit yang terkenal han...