BAB 42

930 120 2
                                    

"Kita makan di tempat kayak gini?" Gu Qing Pei bertanya heran sambil mengikuti Yuan Yang ke kedai terbuka yang menjual berbagai makanan panggang dan melihat si pemilik kedai yang sedang sibuk memanggang daging kambing sambil bertelanjang dada penuh keringat hingga nampak berkilauan di balik asap panggangan tersebut.

"Jangan pura-pura nggak suka. Ngapain sih pakai pilih-pilih segala? Kamu nggak bakalan keracunan dan mati cuma karena makan disini."

Gu Qing Pei memandanginya pasrah, "Perusahaan akan mengganti semua uang makan kita. Kalau kamu memang nggak punya uang, nggak apa-apa, bayar pakai uangku saja dulu."

Yuan Yang tersenyum sinis, "Jangan buat aku kesal ya, justru semakin ramai tempatnya, semakin bagus. Orang-orang yang membuntuti kita jadi lebih jinak. Pokoknya kita makan disini."

Gu Qing Pei ragu sesaat namun pada akhirnya tetap duduk mengikuti Yuan Yang.

Dia memang belum pernah makan di kedai terbuka semacam ini sejak bertahun-tahun lalu. Setelah memiliki penghasilan yang cukup tinggi, tanpa sadar orang akan selalu mengejar kehidupan dengan kualitas yang lebih tinggi, terutama kualitas tempat makan. Namun sekarang Gu Qing Pei duduk di kursi plastik, membuatnya terngiang kembali akan masa mudanya yang selalu kerja lembur sampai malam, dan selalu makan malam di pinggir jalan karena tidak punya uang yang cukup.

Dia jadi tersenyum lalu membuka jaketnya, "Baiklah, kita makan disini saja. Tuan, tolong bawakan enam botol bir."

"Baik."

Dengan adanya berbotol-botol bir dingin diatas meja, suasana mendadak berubah jadi terasa seperti musim dingin yang sesungguhnya.

Tidak lama kemudian, meja mereka dipenuhi dengan berbagai makanan panggang. Yuan Yang langsung mulai makan. Saat dia masih di kemiliteran dulu, dia sering makan berbagai makanan yang menjijikkan. Mereka (para tentara) memang tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka makan. Saat makanan sudah tersaji, mereka makan saja. Gu Qing Pei mengikuti Yuan Yang, melipat lengan bajunya lalu menuangkan dua gelas bir, "Ayo, bersulang denganku."

Yuan Yang tertawa saat dia mendentingkan gelasnya dengan gelas Gu Qing Pei, mereka berdua lalu minum dengan suka cita.

Cuaca di malam hari sudah terasa dingin, namun bir yang dingin ini membuat orang jadi kebas dengan rasa dingin. Semuanya terasa begitu menyenangkan.

Yuan Yang tanpa sadar melirik dan tersenyum kecil kearah lain, "Mereka disini."

Gu Qing Pei tersenyum kecil juga, "Jangan pikirkan mereka dulu, ayo minum saja."

Yuan Yang tersenyum lalu melirik kearah Gu Qing Pei, "Bukannya kamu merasa lebih nyaman kalau kayak gini? Setiap hari selalu menjaga image, apa nggak capek?"
Catatan : "kalau kayak gini" yang dimaksud YY adalah, berperilaku lepas, tanpa tekanan, dimana GQP bisa makan, minum, tertawa sesuka hati tanpa rasa segan sama sekali.

Gu Qing Pei tersenyum sinis, "Aku bukannya menjaga image. Dari dulu memang aku selalu seperti ini. Jangan bilang aku harus membawa semua rekan kerjaku untuk makan daging panggang setiap hari. Kalau begitu caranya, bagaimana aku bisa mendisiplinkan mereka?"

Yuan Yang menepuk wajahnya, "Kalau memang ada yang tidak patuh denganmu, aku bantu memberinya pelajaran."

"Mengajarinya dengan kekerasan fisik cuma akan membuat mereka babak belur saja. Tidak akan membuat mereka patuh dengan tulus. Yuan Yang, kamu masih harus banyak belajar."

"Kenapa kamu suka sekali mengajari orang tanpa sebab seperti ini sih? Sungguh menyebalkan." Yuan Yang meringis lalu mengisi gelas mereka dengan bir sampai penuh, "Minum saja dan diamlah."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang