BAB 69

671 106 1
                                    

Yuan Yang mengencangkan kerah jaketnya dan sedikit menundukkan posisi topinya ke depan saat berjalan di jalan yang ditunjukkan oleh Li Wen Yao, dimana alamat tersebut adalah perumahan yang penuh dengan bangunan-bangunan kumuh.

Karena langit sudah semakin gelap pada malam musim dingin ini, sehingga sinar lampu jalanan pun sudah mulai dinyalakan meskipun baru jam 5 sore. Jam dimana biasanya orang-orang sedang makan malam, jalanan pun penuh dengan orang lalu lalang. Tubuh Yuan Yang yang tinggi menjulang malah membuatnya jadi pusat perhatian, saat dia berjalan diantara keramaian, orang-orang sontak memandanginya beberapa kali.

Dia berusaha tetap menundukkan kepala dan mengingat-ingat bentuk wajah Liu Qiang di benaknya.

Saat dia sampai di ujung bawah tangga suatu bangunan rumah susun, Yuan Yang tidak langsung masuk, melainkan jalan dulu untuk mengamati ke sekeliling. Lalu dia membayangkan jalur yang kemungkinan dipakai Liu Qiang untuk melarikan diri saat dia menyergapnya di lantai empat gedung ini. Sambil mengepalkan tangan, dia pun mulai naik ke atas.

Semenit kemudian, dia sudah berada di pintu depan salah satu flat rumah susun tersebut dan menekan bel.

Bel pintu itu menyala sekian lama hingga akhirnya suara langkah kaki dan suara laki-laki dewasa mulai terdengar dari dalam rumah, "Siapa?"

"Petugas gedung." sahut Yuan Yang dengan suara pelan sembari menundukkan kepala. Cahaya lampu di lorong dalam rumah sudah rusak sehingga Yuan Yang cuma bisa melihat melalui lubang pintu saja, tanpa ketahuan oleh orang yang berada di dalam rumah.

"Ada apa?"

"Flat di lantai bawah bilang kamar mandimu bocor."

Orang yang berada di balik pintu ini ragu sesaat sebelum membuka lalu menjulurkan kepalanya keluar, "Flat yang mana..." belum sempat Liu Qiang menyelesaikan pertanyaannya, suaranya sudah tercekat di tenggorokan.

Sebuah moncong pistol ditujukan tepat di kepalanya.

Yuan Yang menatapnya dingin sambil berkata, "Buka pintunya."

Liu Qiang mendengus, senyumannya penuh dengan ekspresi mengejek, "Bocah kecil, benda seperti ini nggak cocok buat kamu pakai main-main, hati-hati, ini bisa saja meledak kapan saja."

Yuan Yang lalu membuka pengaman dari pistol tersebut, sehingga dengan sekali tekan, peluru akan keluar dan melubangi kepala Liu Qiang, "Buka pintunya atau aku tembak sekarang?"

Dahi Liu Qiang mulai bercucuran keringat dingin. Dia lalu membuka pintu depan tersebut kemudian mengangkat kedua tangan, ujung mulutnya masih terangkat, menunjukkan senyuman sinis yang menjengelkan, "Kamu datang sendirian, oke, asal jangan menyesal belakangan."

Yuan Yang segera masuk ke dalam ruang tamu tanpa melepas pandangan dan tetap mengacungkan pistolnya kearah Liu Qiang. Di salah satu ujung penglihatannya, dia merasa ada orang lain di dalam ruang tamu ini. Dengan tendangan melayang, dia akhirnya merubuhkan Liu Qiang di atas lantai dan membelokkan arah senjata apinya tadi ke ambang jendela.

Dua moncong pistol pun kini saling beradu, dimana pemilik dari masing-masing senjata tersebut kini saling melihat lawannya dengan jelas.

"Yuan Yang?"

Yuan Yang mengernyitkan dahi, "Paman Qin, bagaimana paman bisa ada disini?"

Orang lain tersebut ternyata adalah pengawal dari Kakek Yuan Yang. Dia biasa memanggilnya Paman Qing, orang yang telah mengajarkan Yuan Yang beragam seni bela diri menggunakan senjata tajam maupun senjata api saat dia masih kecil. Hubungan mereka memang cukup akrab.

Qin Ze langsung menurunkan pistolnya. Begitu juga dengan Yuan Yang, setelah menendang Liu Qiang yang berusaha untuk bangun, kemudian menginjak dadanya sambil mengarahkan moncong pistol di kepala Liu Qiang kembali. Dia berkata bengis, "Aku nggak akan main-main denganmu. Kasus yang kami ajukan di pengadilan sudah kami tarik kembali. Kalau kamu masih mau pergi dari sini dengan kondisi tubuh yang lengkap, lebih baik serahkan video dan foto itu."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang