BAB 61 (M)

2.4K 137 18
                                    

Yuan Yang meludahi tangannya lalu mengoleskan air liur pada tangannya tersebut di lubang pantat Gu Qing Pei, kemudian memasukkan salah satu jarinya yang panjang, sambil menekan dan menyogok-nyogok dinding lubang pantat yang mulai memanas itu.

Gu Qing Pei mulai menggelinjat tidak karuan, ingin melepaskan diri dari benda asing (jari Yuan Yang) yang berada di dalam tubuhnya tersebut.

Dia lalu berbisik, "Kondomnya mana?"

"Di dompetku."

"Mana dompetmu?"

"Nggak tahu." Yuan Yang menggigit leher dan bibir Gu Qing Pei, serta menggesek-gesekkan selangkangannya pada penis Gu Qing Pei. Dia tidak peduli lagi dengan pertanyaan Gu Qing Pei.

Gu Qing Pei mengumpat pelan, berpegangan pada tubuh Yuan Yang sambil menggapai kesana kemari untuk mencari dompet Yuan Yang. Akhirnya dia temukan apa yang dia cari di ujung kaki mereka. Setelah mengambil kondom tersebut, dia melemparnya ke muka Yuan Yang, "Pakai cepetan."

Yuan Yang menggigit salah satu ujung bungkus kondom saat berusaha merobeknya lalu menyerahkan kondom itu ke Gu Qing Pei, "Pakaikan."

"Bajingan....mmmmhhh....cepetan pakai...."

"Nggak mau. Kamu yang pakaikan atau aku masukkan penisku sekarang juga. Aku nggak pernah suka pakai kondom."

Gu Qing Pei merampas kondom itu dengan kesal. Mereka tidak menggunakan pelumas apapun jadi jika Yuan Yang tidak memakai kondom, dan saat penis besarnya menggagahi dia begitu saja, maka yang sial dan kesakitan adalah Gu Qing Pei sendiri.

Di saat bersamaan, Gu Qing Pei berbaring di bawah tubuh Yuan Yang, dimana kedua kakinya terbuka lebar. Lubang pantatnya juga sudah dilumasi, direnggangkan, ditarik dan dimainkan tanpa ampun oleh jemari Yuan Yang. Dengan setengah hati dia lalu mengangkat tubuhnya sedikit, kemudian menjamah junior Yuan Yang. Penis Yuan Yang yang panjang dan tebal itu terasa mengeras di genggaman Gu Qing Pei. Detak jantung Gu Qing Pei pun terdengar semakin cepat. Membayangkan penis sebesar ini menggagahi tubuhnya, sudah membuat nafsu seksual Gu Qing Pei semakin melonjak.

Dia menyentuh tongkat daging yang mulai memerah dan mengeras itu lalu mengocoknya dengan lembut beberapa kali hingga membuat ujung penis tersebut jadi tidak sekeras sebelumnya.

Yuan Yang mendesah, "Sialan. Gu Qing Pei, kamu sengaja menggodaku, cepetan pasang kondomnya atau aku masukkan sekarang juga."

Gu Qing Pei menyumpal mulut Yuan Yang dengan ciumannya, menyesap kedua bibir Yuan Yang dengan paksa dan memainkan lidahnya, ciuman ini ternyata semakin menaikkan gelora hasrat mereka berdua. Gu Qing Pei memanfaatkan waktu saat Yuan Yang mulai terlena dengan ciumannya untuk memasangkan kondom di penisnya.

"Aku masukkan sekarang ya? Gimana? Kamu sudah siap belum?"

"Kalau aku bilang belum siap, apa kamu mau nungguin? Dasar bocah."

Dada kedua laki-laki ini saling bergesekkan. Gu Qing Pei dapat merasakan dua gundukan kecil yang panas menggesek permukaan dadanya.

"Aku udah nggak tahan." sahut Yuan Yang tanpa basa-basi. Bagaikan orang mabuk, dia merenggangkan kedua paha Gu Qing Pei ke samping lalu memasukkan dua jari ke dalam lubang pantat sempit Gu Qing Pei kemudian mulai mengocok, menggesek di kedua sisi dinding di dalam lubang, hingga lubang tersebut sedikit lebih terbuka. Yuan Yang sudah tidak sabaran saat dia memegang penisnya kemudian memaksakan masuk ke bagian dalam pantat Gu Qing Pei yang lembab dan panas.

Gu Qing Pei melenguh keras, tanpa sadar dia menjambak rambut Yuan Yang. Digagahi oleh penis raksasa Yuan Yang, mau sampai berapa kalipun dia tidak pernah terbiasa.

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang