BAB 24

1K 138 18
                                    

Kamar tidur di dalam ruangan kerja Gu Qing Pei sebenarnya tidaklah terlalu besar. Karena tidak ada jendela, sehingga sirkulasi udara di dalam ruangan tidaklah bagus. Hidung Yuan Yang langsung merengut saat mencium aroma tubuh Gu Qing Pei.

Aroma kental dengan nafsu yang sangat menggoda.

Yuan Yang seketika reflek ingin menyentuh tubuh Gu Qing Pei, di bagian manapun itu. Dia cuma ingin merasakan sensasi lembut nan bergairah itu sekali lagi.

Namun dalam kondisi dimana Gu Qing Pei sedang sepenuhnya sadar begini, dia pasti tidak bisa melakukannya. Karena pasti nanti Gu Qing Pei akan mencemoohnya dengan wajah penuh hina, hingga membuat Yuan Yang kehilangan kesabaran.

Hal ini benar-benar membuat hatinya jadi tidak karuan....

Yuan Yang sendiri juga masih bingung, karena sampai sekarang dia masih belum bisa melupakan pesona tubuh Gu Qing Pei. Hal ini mungkin karena malam itu Yuan Yang merasakan kenikmatan baru yang cukup bergairah, atau mungkin karena Gu Qing Pei memang sangat ahli dalam melakukan hal tersebut, atau bahkan mungkin juga karena dia berhasil mendominasi Gu Qing Pei saat berhubungan intim, sehingga bisa membuatnya merasa bahwa dia telah berada di pencapaian tertinggi jika dibandingkan saat dia berhubungan intim dengan wanita manapun. Kesimpulannya, dia telah mendapat pengalaman seks paling menakjubkan ketika dia melakukannya dengan Gu Qing Pei. Yuan Yang sendiri adalah tipe orang yang suka mengikuti insting alamiahnya. Dia sama sekali tidak mau menghabiskan waktu untuk mencerna apakah dia homo atau bukan. Memang kenapa kalau dia homo? Selama terasa nikmat, tidak peduli mau pasangannya wanita atau pria sekalipun.

Menurut Yuan Yang, Gu Qing Pei selalu suka memprovokasinya. Dia tidak hanya arogan dan penuh tipu daya, tapi dia juga orang yang munafik dan berlidah tajam. Tapi, orang ini tidak akan kelihatan memiliki sifat-sifat hina tersebut hanya jika dia sedang digagahi dan diperkosa dengan kejam, dan bahkan, ekspresi wajahnya pun tidak menunjukkan sama sekali kalau dia adalah orang sehina itu.

Gu Qing Pei masih tertidur di sebelahnya, jarak tubuh Gu Qing Pei masih berada dalam jangkauan Yuan Yang. Yuan Yang benar-benar ingin segera menindihinya lalu memperkosanya hingga dia mohon ampun. Yuan Yang penasaran apakah orang ini masih tetap mencari gara-gara dengannya setelah itu.

Yuan Yang lalu membalikkan badan dan menghadap punggung Gu Qing Pei.

Hanya ada satu lampu tidur yang menyinari kamar tersebut. Suasana dalam kamar cukup gelap, namun penglihatan Yuan Yang sangat bagus, dia bahkan bisa melihat rambut-rambut kecil dan tipis yang tumbuh bertebaran di sepanjang bagian belakang leher Gu Qing Pei.

Mulut Yuan Yang tiba-tiba terasa kering. Akhirnya dia tidak bisa menahan diri lagi untuk memanggil namanya, "Gu Qing Pei."

Gu Qing Pei sebenarnya tidak tidur, tapi dia sama sekali tidak berniat membuka mata.

Yuan Yang kembali menahan diri selama beberapa saat sebelum bertanya, "Apa kamu masih mengoleskan salep ke lukamu selama dua hari ini?"

Gu Qing Pei tetap diam dan pura-pura tidur.

Yuan Yang mulai resah, "Ngapain kamu pakai pura-pura tidur segala? Kalau kamu tetap nggak mau jawab, biar aku sendiri yang periksa lukamu." dia sama sekali tidak peduli betapa menggelikannya alasan yang dia buat-buat sekarang. Selama dia bisa mencapai tujuannya untuk melepas celana Gu Qing Pei, itu sudah cukup. Setelah berkata demikian, Yuan Yang mendekat dengan cepat lalu memegang pinggang Gu Qing Pei.

Saking kagetnya, Gu Qing Pei membalikkan tubuh sambil berteriak antara marah dan terkejut, "Ngapain kamu?"

Yuan Yang menunjukkan serangkaian giginya yang putih sambil meringis, "Direktur Gu, saya mau lihat apakah luka anda sudah sembuh atau belum." dia lalu mulai melepas celana Gu Qing Pei.

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang