BAB 99

929 114 14
                                    

Gu Qing Pei merasa dia sudah sangat lama tidak tidur senyenyak ini, tubuhnya seakan dipeluk dengan erat oleh kehangatan dan kelembutan. Bahkan semua jari-jari kakinya nampak meregang dengan rileks.

Rasa kantuk dan nyaman ini membuat dirinya sulit untuk sadarkan diri dan bangun kembali. Dia berusaha membuka mata selama beberapa saat.

Kesadarannya pun segera kembali saat matanya sudah terbuka.

Ada orang lain yang berbaring di sebelahnya!

Gu Qing Pei langsung sadar seratus persen. Kepalanya seketika menoleh ke samping lalu melihat wajah tak asing dari orang tersebut, wajah dengan alis tebal, bulu mata panjang nan lentik dan hidung yang mancung. Wajah yang tidak mungkin bisa dilupakan oleh siapapun yang melihatnya meski hanya bertemu sekali saja. Juga wajah yang dulu Gu Qing Pei kenali dengan berbagai ekspresi. Gu Qing Pei marasa malu-malu selama beberapa saat karena melihat wajah Yuan Yang sedekat ini. Lengan Yuan Yang juga sedang memeluk pinggang Gu Qing Pei.

Mengapa warna selimut yang dia pakai nampak sangat familiar? Dan itu...lampu hias itu!

Gu Qing Pei mendongakkan kepala lalu melihat keatas. Dan memang benar, lampu yang dia lihat semalam ada di depannya.

Itu bukan mimpi. Dia memang sedang berada di apartemennya yang dulu. Seperti kebiasannya dulu, setiap pagi hari, dia akan bangun dengan keadaan telanjang dan sedang dipeluk oleh Yuan Yang.

Selama sesaat Gu Qing Pei merasa banyak hal yang membuat dia tertekan, sedih dan kecewa, seperti tidak pernah terjadi. Dia bagaikan sedang bangun dari mimpi yang sangat panjang dan saat bangun...Yuan Yang masih ada di sisinya.

Yuan Yang membuka mata, dengan pupil matanya yang hitam dan gelap, dia memandang Gu Qing Pei tanpa berkedip sedikitpun.

Gu Qing Pei menekan lengannya agar bisa duduk lalu bergeser sejauh mungkin dari Yuan Yang. Namun sia-sia saja, Yuan Yang tetap tidak mau melepaskan pelukannya.

"Kamu akhirnya bangun juga." sahut Yuan Yang sambil memegangi bagian belakang kepala Gu Qing Pei, "Aku sudah bangun dari tadi. Kamu tidur nyenyak sekali kayak babi."

Sungguh hal yang sangat mengejutkan bagi Gu Qing Pei bisa berada di apartemennya ini. Tanpa sadar diapun berusaha membela diri atas ejekan Yuan Yang barusan, "Aku minum terlalu banyak..."

"Bukan cuma terlalu banyak minum, semalam kamu juga bikin gaduh dan muntah di badanku." meskipun Yuan Yang ngomel sendiri namun suasana hatinya sedang bagus. Tangannya juga menepuk lembut pantat Gu Qing Pei yang sedang telanjang itu sambil bercanda, "Aku menelanjangimu semalam, tapi melihatmu sekarang, aku jadi nggak nafsu buat menggagahimu."

Entah kenapa Gu Qing Pei jadi gelisah, namun dia tidak menunjukkannya. Kepalanya terasa mau pecah. Hingga akhirnya dia menanyakan hal yang membuat dia resah sejak bangun tadi, "Kenapa aku bisa ada disini?"

"Omong kosong, tentu saja karena aku yang membawamu."

Gu Qing Pei mengernyitkan dahi, "Kamu tahu pasti apa maksud pertanyaanku."

"Hah? Aku nggak tahu." sahut Yuan Yang sambil melihatnya dengan tatapan penuh muslihat.

"Bagaimana kamu bisa tahu aku sedang ada di restauran dan mengapa aku sekarang ada di apartemen ini?"

"Kita kebetulan ketemu di restauran."

"Omong kosong." Gu Qing Pei sudah pasti tidak mempercayainya. Terlalu banyak hal yang dianggap kebetulan, sangat banyak sampai-sampai Gu Qing Pei curiga kalau Yuan Yang memasang alat pelacak di tubuhnya. Kalau tidak, bagaimana bisa dia selalu ketemuan dengannya dimanapun Gu Qing Pei berada?

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang