BAB 26

993 139 19
                                    

Setelah sampai dirumahnya, Gu Qing Pei berusaha untuk membuka kedua mata agar bisa segera bangun dan keluar dari mobil.

Yuan Yang turun dari mobil lalu berjalan menuju kursi penumpang dan membukakan pintu untuk Gu Qing Pei. Dengan susah payah dia menyeret sambil memeluk erat tubuh Gu Qing Pei, hingga akhirnya berhasil mengeluarkannya dari dalam mobil. Yuan Yang menggerutu sambil menekuk bibirnya kesal, "Kamu tuh lemah sama alkohol, tapi bisa-bisanya membanggakan diri kalau kamu bisa minum banyak dan gak cepat mabuk."

Yuan Yang tidak yakin apakah Gu Qing Pei mendengar omelannya atau tidak, namun yang jelas si Direktur mendorong tangan Yuan Yang agar menjauh darinya, "Lepaskan. Jauhkan tanganmu. Aku bisa jalan sendiri."

"Emang mau jalan kemana? Berdiri aja nggak sanggup." Yuan Yang kembali mengalungkan lengan Gu Qing Pei di lehernya dan memeluk pinggulnya sebelum menuntun Gu Qing Pei berjalan masuk ke dalam apartemen.

Dulu, sempat beberapa kali Yuan Yang membawakan koper Gu Qing Pei sampai di depan pintu apartemennya. Namun dia tidak pernah berjalan lebih jauh dari lorong pintu. Maka dari itu dia belum pernah benar-benar masuk ke dalam apartemen Gu Qing Pei.

Ini pertama kalinya bagi Yuan Yang.

Apartemennya nampak bersih tanpa ada noda sedikitpun. Semacam rumah yang selalu rapi dan bersih dimana semua perabotannya diatur secara sistematis seakan-akan bukan untuk tempat hunian.

Luas ruangan kira-kira 140 meter persegi, terdiri dari tiga kamar tidur, ruang tamu dan dua kamar mandi. Lokasi apartemennya bagus dan dekorasinya nampak seperti baru ditata, yangmana membuat tempat huni ini sangat sangat layak ditampati. Yuan Yang pernah mendengar Ayahnya menyebut bahwa kedua orang tua Gu Qing Pei hanyalah guru SMA di kota kecil. Latar belakang keluarga Gu Qing Pei juga tidak begitu berpengaruh. Sehingga ketika dia lulus dari Universitas Beijing, dia masih miskin dan pengangguran. Setelah bekerja selama sepuluh tahun, dia sudah berhasil sampai sejauh ini bahkan saat umurnya masih tiga puluhan lebih sedikit, yangmana hal itu bisa dibilang sebagai sebuah pencapaian mengagumkan.

Ketika Yuan Yang teringat waktu Gu Qing Pei menolong Ayahnya dengan cara meladeni para pejabat daerah tadi, dimana mereka terus-terusan mencoba mengajak Ayahnya minum alkohol, dalam hati dia jadi merasa tidak enak.

Yuan Yang membopong Gu Qing Pei ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Gu Qing Pei mungkin terlihat kurus, tapi dia memiliki dada yang bidang dan stuktur tulang yang kuat. Berat badan Gu Qing Pei sekitar 70 sampai 75 kilogram sehingga bisa dibilang tidak ringan sama sekali. Bahkan laki-laki se-atletis Yuan Yang saja, keringatan saat membopongnya.

Setelah berbaring di tempat tidur, Gu Qing Pei membalikkan badan dan menyembunyikan wajahnya dibalik selimut. Dia lalu bergumam seperti anak kecil, "Kamu bisa pergi sekarang."

Yuan Yang cuma memiringkan kepala sambil memperhatikan Gu Qing Pei, tapi dia masih tidak bergeming.

Yuan Yang mengira Gu Qing Pei pasti mabuk. Tapi reaksinya tidak menunjukkan seperti orang mabuk. Menurut Yuan Yang, dia terlalu tenang kalau dibilang sedang mabuk.

Yuan Yang terus memperhatikan Gu Qing Pei yang lemas tidak bergerak, khawatir kalau dia sampai kehabisan napas. Yuan Yang lalu menarik tubuh Gu Qing Pei hingga berdiri, "Kamu lebih baik mandi dulu. Badanmu bau sekali."

Dengan tidak sabaran, Gu Qing Pei menampik tangan Yuan Yang, "Persetan dengan mandi. Aku mau tidur." lalu dengan susah payah Gu Qing pei kembali menenggelamkan dirinya dibalik selimut, namun Yuan Yang segera menghentikannya, "Paling nggak gantilah bajumu. Bau badanmu itu cukup kuat sampai bisa bikin orang pingsan."

"Nggak mau....nggak mau ganti baju." Gu Qing Pei menutup rapat kedua matanya sambil berguling-guling di atas tempat tidur sambil mengerutkan kedua alis. Nampaknya dia mulai kehilangan kesabaran, "Matikan lampunya....Matikan. Terang sekali nih."

Musuhku Tersayang (terjemahan Beloved Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang