🕊. ―prolog

1.3K 97 19
                                    

Usai upacara dan pesta pernikahan yang berlangsung dari siang sampai pukul tujuh malam ini, Sojung secara resmi sudah menjadi bagian dari diri Seokjin.

Separuh raga, jiwa, hati, cinta bahkan kasih dan sayang Seokjin sudah dimiliki oleh Sojung. Sebaliknya pun berlaku begitu.

Keduanya malam ini tidur di rumah Orang Tua Seokjin. Usai Ayah dan Ibu Sojung pulang. Semuanya berlaku sebagaimana hari-hari biasanya. Seolah-olah tidak ada sesuatu yang sakral dan istimewa terjadi hari ini.

Namun, bagi Seokjin dan Sojung, mereka merasakan ada perbedaan pada kehidupan mereka mulai hari ini. Dengan terucapnya janji setia yang dengan setulus hati mereka ucapkan, artinya mereka siap untuk hidup bersama ... selamanya.

Pengantin baru itu, sekarang malah saling melempar tatapan malu dengan sekat kursi dan meja makan yang bisa dibilang memang lebar. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi Sojung terus menerus menatap Seokjin dengan tatapan lucu.

Kala Ibu Seokjin datang, dia memecah atensi anak dan menantunya. Dia bertanya, "Udah malem. Kalian nggak ngantuk? Ngapain masih berdiri di belakang kursi makan begitu?"

Sojung menjawab pertanyaan Ibu mertuanya, "Tadi saya lagi beresin meja makan, nggak tau kenapa itu tiba-tiba anaknya Ibu malah ngikutin saya, terus ngeliatin saya begitu."

Ibu Seokjin melirik Seokjin, kemudian tertawa. "Kalian tidur sana, temenin Fany. Kasian kalau sampai malam begini dia belum tidur."

Sojung baru ingat bahwa ternyata Fany belum tidur. Anak itu dari tadi membuntuti neneknya ke belakang. Sampai-sampai Sojung melupakan kehadirannya.

Namun, setelah itu Sojung segera menghampiri Fany. Dia mengulurkan tangan, sembari berkata, "Fany tidur sama Mama sekarang, ya?"

Fany tersenyum, dia mengangguk. Sojung bertanya lagi, "Udah cuci muka? Cuci tangan, cuci kaki sama udah sikat gigi?"

"Udah semua, Ma," jawab Fany. Sojung yang gemas lantas mengusak rambut Fany. Sambil memuji gadis kecil itu, "Pinternya anak Mama!"

Sojung menggandeng Fany, mengajak anak itu untuk masuk ke dalam. Sebelum itu dia juga pamit pada Seokjin. Dia bilang, "Aku ke dalem duluan, ya?"

Seokjin mengangguk. "Iya, duluan aja. Aku mau masukin mobil dulu."

Selepas itu Sojung dan Fany masuk ke dalam kamar. Gadis yang sudah menjadi istri orang itu akhirnya menyelimuti tubuhnya dan tubuh Fany agar terlindung dari gigitan nyamuk dan menjaga suhu badan keduanya.

Sojung mengusap dan membelai halus rambut panjang Fany. Dia tersenyum, sebelum berucap dengan lembut, "Baca doa dulu ya, Fan. Abis itu baru tidur."

Fany mengangguk. Dia berdoa, kemudian memejamkan matanya. Bersamaan dengan itu, Sojung ikut menutup kedua matanya.

― ♡ ―

Dengan hati-hati, Seokjin memundurkan mobilnya agar masuk ke garasi. Sedikit demi sedikit dia mengambil arah, memposisikan mobilnya, sebelum akhirnya menarik rem supaya roda mobilnya terkunci.

Setelah itu dia turun, kemudian menutup pintu mobil, mengunci dan memasang alarm pada mobilnya, lalu terakhir dia menutup pintu garasi.

Sebelum masuk kembali ke rumah dan akhirnya menuju kamarnya, Seokjin sempat mengontak kepala universitas tempatnya mengajar. Membicarakan masalah cuti satu minggu yang rencananya akan ia manfaatkan untuk bulan madu bersama istrinya; Sojung.

Dia sudah mengirim email, membuat pernyataan izin cuti, bahkan sudah berbicara langsung dengan kepala universitas beberapa hari sebelum hari H pernikahannya.

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang