"Loh kok ga anterin Aletta pulang ke rumah Kak, kok malah ke-"
"Papa mau berangkat ke Australia ntar malam, jadi kita makan malam bersama."
"Papa yang nyuruh?"
"Kakak yang mau."
Aletta menghela nafasnya berat.
"Tapi kenapa ga chat Aletta dari kemaren kak? kan biar Aletta bisa bawa baju gan-"
"Nih." Alaska menyodorkan totebag yang diambilnya dari kursi belakang, lalu menyodorkannya kepada Aletta.
"Apa ini?" Aletta mengintip isi dari totebag yang diberikan Alaska. "Baju?"
"Buat ganti." Jawab Alaska.
"Ngapain sih Kak, kan maunya Kakak chat Aletta kemaren biar Aletta bawa baju dari rumah, yang kemarin aja baru ke pakek satu, dirumah juga masih banyak yang baru, gini namanya pemborosan Kak, buang-buang duit..." Aletta berhenti mengoceh saat melihat Alaska tengah menatapnya sambil menopang dagu dan tersenyum.
"Kamu udah banyak ngomong ya? kakak suka, yaudah yuk jangan banyak ngoceh, itu pake duit Kakak, jadi terserah mau Kakak pake buat apa." Alaska keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Aletta.
Aletta keluar dari mobil, dan menatap ke rumah mewah dihadapannya dengan tatapan sendu.
Rumah tempatnya di besarkan, rumah yang penuh kenangan baik dan juga buruk.
"Ayok!" Alaska menarik tangan Aletta sampai ke depan pintu utama rumah tersebut.
Tling! Alaska menekan bel rumahnya. Selang beberapa menit kemudian, salah satu asisten rumah tangga disana membukakan pintu untuk mereka.
Dan mempersilahkan Alaska dan Aletta masuk.
Aletta masih mematung belum berniat untuk masuk, bahkan saat Alaska mencoba sedikit menarik tangannya, ia masih melamun.
"Kak!" Pekik Aletta kaget, saat tiba-tiba merasa tubuhnya seperti melayang, ternyata Alaska sedang menggendongnya masuk ke dalam rumah.
Lalu menurunkannya saat sudah didalam.
"Ganti baju gih di kamar kam-"
Aletta menggeleng cepat, ia tidak mau masuk ke kamar penuh kenangan buruk itu.
"Kalau gitu ke kamar Aluna?"
Aletta menggeleng lagi.
"Gaada pilihan lain, kamu ikut Kakak ganti baju ke dalam kamar Kakak!" Alaska menarik tangan Aletta.
"Gak ah Kak!" Melas Aletta, Alaska berhenti.
"Kamu nanti ganti di kamar mandi." Alaska menarik kembali tangan Aletta.
Sesampai didepan pintu kamar Alaska, Alaska membuka kunci kamarnya.
Btw, untuk info aja, cuman kamar Alaska satu-satunya yang tidak memiliki kunci cadangan, kamar satu-satu yang terletak di bawah tangga, seperti kamar rahasia, dan begitulah, horor.
Saat kamar dibuka, wangi maskulin dari parfume Alaska yang tertinggal menusuk indera penciuman Aletta. Sejauh mata memandang warna putih dan abu-abu mendominasi.
Warna favorite Aletta dan juga Alaska.
Aletta masuk ke dalam kamar itu, saat Alaska mengintrupsi.
Aletta berjalan-jalan melihat detail kamar ini.
Ini kali pertamanya ia masuk ke dalam kamar Alaska. Selama sudah dari umur tujuh tahun sampai enam belas tahun ia tinggal di rumah ini, tidak pernah sekali pun ia berani melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Good Girl [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Aletta Arkanza seorang gadis SMA yang mempunyai segudang kisah misterius yang dibawanya, sifat kasar y...