"Ingat Al, kapanpun kamu keluar selangkah aja dari pintu gerbang, kamu harus kabarin Kakak, ini terakhir kalinya Kakak ngomong, jangan nak-"
Brak! Suara barang jatuh dari arah lantai bawah.
Beep. Aletta mematikan sambungan telponnya secara sepihak. Dan keluar dari kamarnya mencari asal suara.
"Bik, Bibik kenapa?"
"Non, suara apa tadi?" Aletta menyerngit. "Aletta kirain dari dapur." Bik Mawar menggeleng tidak tahu.
Brak! suara itu lagi.
Kali ini Aletta yakin asal suaranya dari luar rumahnya. Aletta mengkode Bik Mawar untuk ikut memeriksa keadaan diluar.
"Satu...dua...tiga!" Aletta membuka pintu utama rumahnya.
"Kevin?!" Aletta menegang, diliatnya Kevin yang sedang memegangi kepalanya yang sudah berlumuran darah, Aletta berlari ke arah Kevin. "Kev?" Aletta mendekat ke arah Kevin yang sudah berjalan sempoyongan lalu Aletta meraih sebelah tangan Kevin.
"Al..." Kevin kehilangan kesadarannya, untungnya Aletta sempat menangkap kepala Kevin yang berlumuran darah, menaruhnya diatas pangkuannya. "Bik panggilin taksi kita bawa Kevin ke rumah sakit." Tukas Aletta panik. Bik Mawar segera melakukan perintah Aletta, ia memberhentikan sebuah taksi.
Sebenarnya bisa saja Aletta membawa Kevin ke rumah sakit menggunakan mobil Kevin yang terparkir didepan halaman rumahnya, tapi ia telah panik duluan. Takut kalau nanti ia tidak bisa fokus untuk menyetir, jadi lebih baik naik taksi saja.
"Pak bantuin Pak!" Tukas Aletta kepada si Bapak supir taksi yang hendak membantu mereka.
Si Bapak supir taksi tersebut membantu Aletta membopong tubuh bongsor seorang Kevin.
Aletta melihat sebuah batu besar dengan darah didekat tempat Kevin jatuh pingsan, ada yang aneh dari batu tersebut, Aletta hendak mengambilnya namun tidak sempat karena Kevin harus segera dilarikan ke rumah sakit.
"Kepin...kepin..." Celutuk Bik Mawar khawatir. "Apa perlu kita telfon Mamanya Kevin dulu Bik?" Tanya Aletta khawatir.
Posisi duduk mereka didalam mobil tersebut adalah, Bik Mawar duduk disamping kursi supir, Aletta duduk dibelakang bersama Kevin yang tengah tidak sadarkan diri yang tertidur diatas pangkuannya Aletta.
Aletta terlihat lebih tenang saat Kevin sempat sadar dan meraih tangannya untuk digenggam, lalu mata itu kembali tertutup.
"Nanti aja waktu udah sampai di rumah sakit Non." Saran Bik Mawar yang di-iyakan oleh Aletta.
Aletta menatap wajah Kevin yang tengah berada pangkuannya itu, Aletta baru menyadari sesuatu.
Ternyata Kevinnya tidak kalah tampan dari Jevan maupun Alaska. Mukanya polos menenangkan jiwa raga, bibirnya pink pucat dan munyil kaya otaknya munyil canda munyil, hidungnya mancung, bulu matanya tipis tapi banyak, alisnya sedikit melengkung seperti lumba-lumba, intinya Kevin terlihat imut dengan wajah babyface-nya.
Aletta menarik ujung bibirnya, tersenyum tipis nan sendu. "Sayang ya kamu ganteng, tapi aku buat sakit terus, kapan mau nyerah nya Pin?" Lirihnya mengusap darah yang mengalir menuju mata tertutup Kevin.
Bik Mawar menghela nafas, ia tidak berbicara sepatah kata apapun kepada Aletta.
Tanpa sadar setetes air bening itu jatuh tepat dimata Kevin, Aletta menangis. Ia mengusap matanya menggunakan telapak tangannya, lalu kembali menatap setiap inchi dari wajah pacarnya itu. Bahkan kini Aletta memajukan wajahnya ke arah Kevin, melihat wajah menahan sakit itu lebih dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Good Girl [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Aletta Arkanza seorang gadis SMA yang mempunyai segudang kisah misterius yang dibawanya, sifat kasar y...