[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru sebagai peraduan, sangat menyenangkan. Tapi anehnya, dia memilih pacar dengan suara super berisik yang memekakan gendang telinganya. "Oh, iya. Arsya hampir lupa. Erm, Arsya pengen martabak, Reyhan tolong beliin yah. Di rumah sepi, mana Arsya laper, lagi. Tolong beliin Arsya martabak yah Reyhan." "Hanya itu?" "Iya, Reyhan. Nanti anterin ke rumah Arsya yah, martabaknya." "Iya." "Makasih, Reyhannya Arsya." "Iya." "Kok iya-iya mulu sih, jawabnya." protes Arsya. "Terus? Mau jawab apalagi?" "Nggak tau, terserah Reyhan lah." Arsya mencebik kesal. Pasalnya, kalimat yang ditunggu-tunggunya tak kunjung hadir di indera pendengarannya. "Kok Reyhan malah diem sih, jangan bikin Arsya kesel deh. Reyhan tuh yah--" Tut... Tut... Tut.. (Gambar cover diambil dari google)