Yang bau pasti akan tercium. Kejahatan yang dengan susah payah kau simpan pasti akan terbongkar bila waktu nya tiba nanti...
-My Secrets
~
"Langsung pulang lo Daf?" Tanya Liam.
Mereka berempat kini tengah berada di parkiran sekolah, berniat mengambil motor mereka yang terparkir di sana.
"Rencana mau ke rumah sakit bentar" jawab Daffa seada nya yang kini sibuk menaiki motor nya.
"Ya udah, kita ikut lo juga kerumah sakit. Sekalian jenguk tante Diana" Daffa mengangguk. Cowok itu kini sudah bertengger di atas motor nya.
"Gue bareng lo ya, ga bawa motor soal nya" tanpa menunggu jawaban dari Daffa, Bella berniat naik keatas motor cowok itu. Daffa hanya diam, membiar kan Bella melakukan aktivitas nya.
"Daffa" semua yang ada di sana menoleh pada sumber suara. Bella yang tadi ingin naik, langsung mengurung kan niat nya.
Elsa mengayunkan kaki mendekat kearah mereka yang kini memasang raut wajah tanya "gue boleh jenguk nyokap lo nggak?" Tanya Elsa yang barusaja sampai di sana.
Daffa tersenyum lalu mengangguk dengan semangat "boleh dong. Yuk bareng gue aja" Elsa mengangguk.
"Lah gue gimana?" Tanya Bella dengan wajah memelas.
"Lo bareng gue!" Finish Alvin yang sudah ready di atas motor nya. Liam dan Daffa tersenyum menggoda Bella yang kini dalam mode kesal.
"Sono bareng pacar lo" Liam mendorong Bella mendekat ketempat Alvin berada. Elsa yang sudah tahu berita hot itu juga hanya terkekeh kecil.
Dengan berat hati Bella menaiki motor besar milik Alvin. Daffa dan Liam sudah lebih dulu menancap gas, kini hanya tinggal Alvin dan Bella yang ada di parkiran.
Bella berusaha menjauhkan diri nya agar tidak terlalu berdempet dengan Alvin. Entah kenapa, semenjak Alvin mengaku jadi pacara nya. Bella menjadi canggung jika berdekatan dengan Alvin.
Bella berniat berpegangan pada pegangan belakang motor Alvin, tapi cowok itu sudah lebih dulu melingkarkan kedua tangan Bella pada pinggang nya. Ketika Bella menarik nya, Alvin malah menahan nya.
"Pegangan, ntar jatuh"
❄❄❄
"Udah di pindahin bunda lo ke ruang rawat inap?" Tanya Elsa yang masih mengikuti langkah Daffa.
Daffa mengangguk "udah, tadi malam di pindahin" jawab Daffa.
"Keadaan nya gimana?"
"Lo tanya aja ntar sama bunda" Elsa mangut-mangut paham.
Bella, Alvin dan Liam kini juga mengikuti Daffa dan Elsa dari belakang.
Cklikk
Daffa melangkah masuk ke ruangan yang bernuansa putih dengan aroma khas obat. Begitu pun, mereka yang lain kecuali Elsa, ia harus mengangkat telfon dari seseorang dulu.
"Hallo tante" sapa Bella dkk ketika sudah sampai di samping brankar Diana dengan serentak.
Diana yang kini tengah terbaring lemas di brankar itu tersenyum hangat menyambut kehadiran mereka semua. Daffa meletakkan tas, lalu mengedarkan pandangan nya. Ketika itu pula lah, Daffa sadar jika Elsa tidak ada di ruangan ini.
"Elsa mana?" Tanya Daffa. Mereka semua menoleh pada Daffa.
Mendengar nama itu, nafas Diana seakan tercekat, jantung nya seakan berhenti berdetak. Kilas masa lalu yang 2 tahun ini selalu mengikuti dan menghantui nya seakan terputar ulang.
"Dia lagi angkat telfon" jawab Bella. Daffa mangut-mangut paham.
"Nggak!!" Teriak Diana histeris. Daffa langsung berlari menuju brankar Diana dengan cemas. Begitu pun Bella dkk yang ikutan cemas.
"Bunda kenapa?" Tanya Daffa khawatir.
Tanpa Daffa sangka, Diana mendudukkan diri nya yang tadi berbaring. Wanita itu melepaskan infus yang ada di tangan nya secara paksa hingga menimbulkan darah. Mereka yang melihat semua nya panik detik itu juga.
"Apa yang bunda lakuin?" Daffa tidak bisa menahan emosi nya melihat Diana melakukan hal berbahaya ini.
"Ini bahaya bunda" ujar Daffa seraya meraih tisu di atas meja.
Diana menoleh menatap Daffa lekat dengan mata yang memerah "bahaya? Ayah mu lebih berbahaya dari pada ini Daffa!" Bentak Diana frustasi.
"Maksud bunda?" Entah kenapa perasaan Daffa menjadi tidak enak. Apa yang di lakukan ayah nya hingga bunda bersikap seperti ini.
Flashback On
"Berantakkan? Maksud kamu apa mas?" Kaki Diana melakah mendekat pada seorang lelaki yang kini terlihat panik.
"Jelasin ke saya! Maksud kamu apa mas? JAWAB!!"
Putra menelan saliva nya dengan susah payah. Ia benar-benar tidak tahu sejak kapan istri nya ada di sana dan apa kah ia mendengar semua pembicaraan nya tadi?
"Apa Elsa anak kandung Aldi dan Rayna? Apa gadis yang di laptop mu itu Elsa? Anak Rayna?" Tanya Diana dengan nada sendu.
"JAWAB MASS! APA KAMU MAU ULANGIN KESALAHAN 2 TAHUN YANG LALU? APA KAMU NGGAK MERASA BERSALAH DENGAN KEJAHATAN MU 2 TAHUN SILAM?" Teriak Diana frustasi. Ia tidak peduli jika orang-orang akan mendengar teriakkan nya ini.
Ia tidak tahan menangguk beban dosa yang menyiksa nya selama 2 tahun ini. Sudah cukup ia menanggung dosa besar ini selama 2 tahun, ia tidak ingin lagi melihat atau pun mendengar dosa itu kembali.
Putra menatap Diana murka "saya lakukan ini untuk siapa? Untuk kita. Untuk Keluarga Kita!" Ia menekan kan kalimat terakhir nya.
"Keluarga? KELUARGA MANA YANG KAMU BICARA KAN MAS? KEBAGIAAN KELUARGA KITA LENYAP SETELAH KAMU MELAKUKAN KEJATAN DENGAN MEMBUNUH SEMUA KELUARGA ALDI. APA KAH KAMU TIDAK ADA SEDIKIT PUN RASA BERSALAH? DIA ITU SAHABAT KAMU, DIA ADALAH TEMAN SEPERJUANGAN KAMU DAN SEKARANG KAMU INGIN MEMBUNUH ANAK KANDUNG NYA YANG MASIH HIDUP? HATI KAMU KEMANA MAS? HATI KAMU KEMANA?" Diana tidak tahan lagi, sudah lama ia ingin mengucapkan itu semua.
"Hati? Mereka yang tidak memiliki hati, harus nya kamu mendukung saya. Karna apa? Karna saya memperjuangkan apa yang seharus nya milik saya. Bukan nya mendukung Aldi yang jelas-jelas mengambil hak saya"
"Kita memang berjuang bersama-sama tapi perusahaan itu hanya dipimpin oleh satu orang. Dan itu Aldi. Sedangkan saya, hanya sebagai kaki tangan nya. Apa kah kamu terima suami kamu sendiri menjadi babu orang lain" lanjut Putra dengan emosi yang mulai terpancing.
"Jika menjadi babu orang lain kita bisa bahagia kenapa harus menjadi pembunuh, yang membuat keluarga kita tenggelam dengan ketakutan!?"
Flashback Off
Tubuh Daffa membeku di tempat, ia berharap jika yang dia dengar ini hanya lah mimpi buruk yang akan berakhir ketika ia bangun nanti. Tapi tidak, ini kenyataan.
Tidak hanya Daffa. Bella, Alvin dan Liam juga bungkam mendengar kenyataan yang keluar langsung dari mulut Diana. Mereka tidak menyangka jika Ayah dari sahabat nya sendiri seorang pembunuh.
"A-ayah seorang pembunuh? Nggak mungkin" ujar Daffa lemah. Tenaga nya seakan hilang dari raga saat ini juga.
"Itu kenyataan nya, Ayah kamu seorang penjahat yang tega membunuh keluarga sahabat nya sendiri. Keluarga hangat Aldi dan Rayna. Keluarga Elsa" Diana menangis tak tahan lagi menanggung beban dosa ini.
Sedangkan Daffa hanya diam mendengar nya. Mulut ini seakan bungkam oleh kenyataan.
"I-ini n-nggak benar kan?"
Semua orang yang ada di sana menoleh kearah pintu ruangan ini. Kini seorang gadis dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan tengah berdiri mematung di tempat.
"Elsa?"
Next》》》
VotMen❤
See youuu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secrets [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT KECERITA NYA!] ♡ Rasa nya aku ingin mati saja saat ini juga, dari pada harus menyaksikan pemakaman kedua orang tua ku dan adik ku secara bersamaan. -Geral...