Ini hidup ku bukan hidup mu. Jadi, berhenti lah memaksakan kehendakmu...
-Daffa
~
Ku baringkan tubuh ku di atas ranjang yang beralaskan warna maron. Mata ku mulai memandang keatas lalu mengingat adegan-adegan yang hari ini ku laku kan.
Sedikit demi sedikit mata ku mulai tertutup dan nyaris terlelap. Tapi, itu semua di henti kan dengan bunyi deringan dari hp ku.
Mata yang tadi nya tertutup kini mulai terbuka kembali. Ku raih hp ku yang berada di atas nakas lalu melihat siapa yang menelfon ku pada malam-malam seperti ini.
Nomor yang tidak di kenal
Alis kiri ku mulai terangkat, menandakan keheranan. Aku merasa telfon ini salah sambung, toh aku juga tidak mengenal nomor siapa ini.
Tangan ku kembali meletak kan hp ku itu di atas nakas semula. Belum cukup waktu yang lama, hp itu kembali mengeluarkan bunyi deringan.
Kali ini aku masih mengabaikan bunyi deringan itu. Tapi lama kelama an bunyi deringan itu semakin membuat ku terganggu untuk tidur.
Ku raih hp itu dengan kesal lalu memencet tombol berwarna hijau tanda aku mengangkat telfon nya.
"Hallo" mulai ku dengan nada yang sedikit ketus.
"Hallo. Ini siapa ya?" Tanya ku sedikit membentak
"Hallo,,,ada orang disana?" Lagi-lagi aku tidak mendapatkan sahutan dari seberang sana.
Sambil mengerutu. Aku memutuskan sambungan sepihak. Lalu ku letak kan kembali hp ku di atas nakas semula.
Mata ku kembali menutup dan nyaris terlelap. Tapi dering itu kembali menggangu ku, kali ini aku berusaha untuk menulikan telinga ku.
Tanpa ku sangka, usaha ku itu berhasil. Bunyi itu lama kelama an menghilang dari telinga ku lalu lenyap dan akhirnya aku terlelap dalam alam bawah sadar ku.
❄❄❄
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara pintu yang sedang dibuka membuat ku teralih dari kegiatan ku. Tanpa aba-aba mata ku melirik untuk sebentar ke arah sumber suara. Ternyata ART ku yang kini berdiri di ambang pintu kamar.
"Ya Bi" sahut ku santai yang kini kembali fokus pada layar hp.
"Tuan manggil Den Daffa kebawah"
"Ngapain Bi"
"Bibi juga nggak tau, tapi di bawah ada Non Ratu sama keluarga nya" mendengar nama itu mata ku beralih melihat ART itu.
"Ada apa lagi sih sama tu gadis?" Tanya ku sembari mengusap wajah ku gusar. Semenjak kejadian dia mempermalukan anak baru itu, kebencian ku mulai bertambah di buat nya.
"Bibi juga nggak tau Den"
"Arggh. Ya udah ntar Daffa nyusul" hp yang sedari tadi ku genggam kini ku lemparkan ke atas ranjang dengan kasar.
"Kalau gitu Bibi tinggal ya Den" ujar ART ku lalu pergi meninggalkan kamar ku setelah mendapatkan deheman kecil dari ku.
Aku yakin ada sesuatu yang menbuat ku akan adu mulut lagi dengan orang tua ku. Terutama Ayah.
Ketika aku sudah mulai dekat dengan ruang tamu, Ayah ku dengan santai nya memanggil nama ku. Hingga membuat semua pasang mata yang ada disana ikutan menoleh pada ku.
"Daffa. Sini duduk di samping Ayah!" Ujar Ayah ku terdengar santai tapi tegas.
Aku hanya menatap nya dengan datar. Mata ku beralih melihat kedua orang paruh baya yang kini tengah menatap ku ramah dan satu orang gadis yang kini tersipu malu melihat ku.
Tanpa banyak bicara aku mendarat kan pantat di samping Ayah ku. Sembari tersenyum kepada kedua orang paruh baya di hadapan ku.
"Daffa bagaimana kabar nya?" Tanya wanita paruh baya yang ku yakini jika itu Ibu Ratu. Ibu gadis itu.
"Baik tante"
"Ah syukurlah"
"Baik kita mulai saja" tambah pria paruh baya yang ku yakini jika itu Ayah Ratu. Ayah gadis itu.
"Baik" sambut Ayah ku santai.
"Kapan kita bisa melaksana kan acara pertunagan Daffa dan Ratu?" mendengar itu semua membuat emosi ku naik sampai ubun-ubun.
Sedangkan Ratu. Dia malah tersenyum malu-malu seperti orang gila saja.
"Tidak ada acara pertunangan. Lagian Daffa tidak pernah setuju sama pertunagan ini" tanpa di minta aku pun melangkah meninggal kan mereka semua yang terlihat begitu heran.
"Daffa" bentak Ayah yang hanya ku abai kan saja.
"Daffa tidak ada perdebatan dengan Ayah" kini Ayah ku mulai meninggikan nada suara nya. Aku yang sedang menaiki anak tangga hanya membalas nya dengan tiga kata.
"Begitu Juga Daffa" sambut ku tanpa memedulikan pandangan tajam dari Ayah ku.
Plakk...
Ku hempas kan pintu kamar ku hingga menghasil kan suara yang cukup keras. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang akan di lakukan oleh Ayah ku nanti nya.
Sampai kapan aku harus mengikuti kemauan Ayah ku itu. Dia tidak pernah memedulikan keinginan ku sedikit pun. Dasar egois.
"Kali ini biar gue yang memilih cinta gue tanpa ada paksaan orang lain termasuk itu Ayah gue"
Next»»»
Hallo guys,,gimana buat part kali ini? Coment di bawah ya kalau ada masukan. Jangan lupa buat vote part kali ini. Aku bakalan update lebih semangat kalau kalian juga antusias dengan cerita ini.
Semoga lancar puasa nya😘
See You In Next Part😉
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secrets [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT KECERITA NYA!] ♡ Rasa nya aku ingin mati saja saat ini juga, dari pada harus menyaksikan pemakaman kedua orang tua ku dan adik ku secara bersamaan. -Geral...