Amarah Daffa?!

107 54 5
                                    

Aku bisa manis seperti gula jika aku tengah bahagia, dan aku bisa ganas seperti singa jika aku tengah terluka...

-Daffa

~

Author Pov

Kini Daffa sudah sampai di tempat tujuan nya, yaitu ruang guru. Mata Daffa mulai mencari-cari dimana keberadaan guru tersayang nya itu. Tapi boong.

Ketika sudah di temukan dimana Buk Shinta berada, tanpa berpikir panjang Daffa mengayunkan langkah nya mendekat ke pada beliau.

"Ada apa ya buk?" Tanya cowok itu setelah sampai tepat di hadapan Buk Shinta.

Mendengar nya, sontak membuat si empu menoleh ke sumber suara "oh ini, tolong kamu bawa kursi patah itu ke gudang sekolah!" Suruh nya sambil menunjuk kursi di pojok ruangan ini.

"Nggak terima penolakan" seakan tahu apa yang akan di lakukan Daffa kalau tidak menolak. Buk Shinta langsung melanjutkan kalimat nya yang membuat mulut cowok itu bungkam.

Dengan malas Daffa meng'iya' kan saja "iya buk" setelah nya berlalu pergi mengambil kursi usang itu.

Selama di perjalanan tak henti-henti nya Daffa melantunkan umpatan untuk Buk Shinta. Demi mengantarkan kursi ini ke gudang, ajang makan enak nya terhenti. Emang the best lah Buk Shinta kalau membuat murid nya sengsara.

Daffa sudah sampai di hadapan pintu yang tidak biasa nya di gembok seperti ini. Palingan hanya di tutup saja, tidak pernah di gembok seperti ini.

"Tumben-tumbenan ni pintu pakek acara di gembok" gerutu cowok itu.

Daffa meletakkan kursi yang ia bawa itu di samping tubuh nya. Lalu beralih memegang gembok yang tengah terkunci.

"Lah ngerepotin amat sih" teriak Daffa frustasi. Bagaimana tidak, gudang nya ini jauh dari ruang guru. Kan ga lucu dia harus balik ke sana, hanya demi kunci kecil.

Aktivitas mengumpat Daffa terhenti mendengar suara rintihan seseorang dari dalam gudang.

"T-tolongin gue"

Bulu kuduk Daffa mulai meremang, fikiran nya melayang kepada hantu yang ada di serial tv.

Sekuat tenaga cowok itu membuang fikiran negatif itu, bagaimana kalau memang benar manusia yang meminta bantuan. Merasa berdosa dong dia nya, tidak menolong.

Menarik nafas dalam lalu membuang nya perlahan, Daffa mengguatkan mental nya untuk bersuara "siapa ya di dalem?" Teriak nya sedikit ragu-ragu.

Tak ada jawaban.

"Hallo! Siapa di dalem?!"

Alis kiri Daffa terangkat karena teriakkan nya tidak kunjung di sahut. Apa jangan-jangan memang hantu lagi.

Entah dorongan apa, Daffa melangkah mendekati jendela gudang dan mengintip melalui kaca jendela yang sedikit berdebu.

Padangan pertama Daffa tertuju pada seseorang yang berada di atas kursi dengan tubuh terikat. Orang itu terlihat sangat tidak berdaya, maybe sehabis di bully atau di kerjakan oleh teman-teman nya.

My Secrets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang