Kita siap jadi tiang buat lo bersandar...
-Alvin & Liam.
~
Elsa Pov
Kali ini jangan halangin gue buat kasih pelajaran pada dia!
Entah kenapa kalimat singkat Daffa selalu terbang di benak ku. Aku takut jika Daffa melakukan sesuatu hal yang gila kepada Ratu. Jika benar, maka itu awal dari kesengsaraan ku.
Semakin kuat Daffa membela ku maka, semakin gencar Ratu mencelakakan ku. Bukan apa, aku hanya ingin hidup tenang di sekolah ini.
Lamunan ku terhenti ketika seorang cowok masuk kedalam ruangan serba putih ini dengan tangan terkepal dan nafas yang terdengar tengah menahan emosi.
Cowok itu melangkah mendekati ku yang kini tengah duduk di atas brankar UKS. Pantat cowok itu mendarat di samping ku lalu menatap ku lekat. Dan jujur, Itu sangat membuat ku jengah.
"Lo di apain sama Ratu?" Tanya cowok itu to the point.
"Ratu? Dia bikin masalah lagi?" Tanya Bella yang baru sampai bersama Alvin dan Liam. Mereka bertiga ikut melangkah mendekati brankar ku dengan kerutan di dahi nya.
Jujur aku ragu untuk memberitahu yang sebenarnya. Bukan apa, ia tidak suka memperpanjang urusan dengan Ratu.
"Sa Jawab!" Tubuh ku tersentak kaget ketika mendengar volume suara Daffa yang mulai meninggi. Ini kali pertama Elsa mendapat bentakkan dari seoramg cowok.
"Daf tahan emosi lo!" Seru Alvin meredam amarah Daffa.
Beribu kali aku berfikir untuk mencari alibi yang masuk akal, tapi itu semua nihil. Jalan satu-satu nya adalah jujur. Jujur jalan terbaik disetiap masalah.
"Waktu itu gue ketaman belakang sekolah-" kalimat ku terhenti ketika Daffa memotong ucapan ku.
"Ngapain lo ke sana, di situ kan sepi" celetuk Daffa menggusap wajah nya frustasi.
"Justru karena sepi gue datangin tu tempat, gue ingin ke tenangan sebentar. Tapi belum beberapa menit gue duduk di bangku taman, mendadak kepala gue pusing seperti ada yang sengaja mukul gue dari belakang. Alhasil gue pingsan"
"Tau-tau pas gue bangun, gue udah ada di gudang sekolah dengan keadaan terikat. Nggak lama Ratu masuk sama antek-antek nya. Dia ngancem gue buat jauhin lo"
"Gue?"potong Daffa.
Kepala ku mengangguk meng'iya'kan ucapan nya "dia bilang kalau lo itu calon tunangan nya"
"Wait. Wait. Wait. Tunangan?" Tanya Liam tak mempercayai ucapan ku.
"Lo mau tunangan sama Ratu?" Tanya Alvin juga heran dengan pernyataan ku yang sedikit ambigu menurut mereka.
Dahi ku sedikit berkerut mendengar pertanyaan Liam dan Alvin. Mereka bertanya seakan tidak tahu apa-apa. Mungkin kah ini semua di rahasiakan Daffa? Kalau benar, berarti aku sudah membuka rahasia cowok itu.
Oh god, aku merasa bersalah sekali jika benar itu terjadi.
"Daffa ngga bisa apa-apa. Om Putra kekeh buat jodohin mereka" mata ku beralih memandang Bella yang terlihat sangat santai dengan pernyataan ku. Beda sekali dengan reaksi Liam dan Alvin.
Sedikit terbesit di hati ku, seperti nya Bella sangat spesial oleh Daffa sampai-sampai urusan keluarga seperti ini di ceritakan nya kepada Bella. Alvin dan Liam saja yang setahu ku adalah sohib Daffa juga tidak tahu akan hal itu.
Mata semua orang yang ada di sana beralih pada Bella yang kini bersikap biasa saja. Kecuali Daffa, cowok itu hanya bisa menunduk, maybe takut di tanya akan hal itu.
"Lo tau dari mana?" Tanya Alvin mewakili kita semua.
Bella yang tadi nya menatap si sumber suara, kini beralih menatap cowok yang tengah menunduk. Seakan tau maksud tatapan Bella Alvin dan Liam mengangguk paham.
"Lo kok ngasih tau mbak Ibel doang?" Tanya Liam tak terima jika ia tahu belakangan.
"Udah lah. Ini bukan waktu yang tepat buat introgasi Daffa" sahut Bella menengahi sambil beralih menatap ku dengan tatapan penuh arti.
❄❄❄
Author Pov
Di dalam kamar yang bernuansa hitam putih itu kini tengah di selimuti keheningan yang akan membuat bulu kuduk siapa pun yang masuk kedalam nya akan merinding.
Bak polisi tengah mengintrogasi seorang penjahat, dan si penjahat hanya bisa menunduk kan kepala, mengunci mulut, lalu memutar otak untuk bisa mencari alasan. Dan pada akhir nya jujur jalan terbaik.
Seperti itu pula lah keadaan Daffa yang kini hanya bisa diam dengan kepala tertunduk. Alvin dan Liam sedari tadi tidak berhenti meminta nya untuk memberikan penjelasan tentang perjodohan nya dengan Ratu.
Bukan maksud Daffa untuk menyembunyikan itu semua. Hanya saja waktu yang tepat belum datang untuk itu.
"Sekarang jelasin!" Desak Liam.
"Lo anggap kita apa coy, lo harus nya bilang ke gue sama Liam" begitu pun Alvin yang ikut-ikutan mendesak Daffa. Sedangkan yang di desak belum juga angkat suara.
"Udah lah. Jangan memperbesar masalah dong, mungkin Daffa belum siap buat kasi tau ke kalian. Harus nya kalian paham dong." Ujar Bella menengahi masalah ini. Ia tidak ingin persahabatan mereka menjadi kacau karena masalah perjodohan nggak jelas menurut nya ini.
"Nggak bisa gitu lah. Kita ini juga sahabat nya Daffa mbak" sergah Liam tak mau di gantung seperti ini. Ia sangat membutuh kan penjelasan dari Daffa.
"Kalau gue kasi tau lo sekali pun, nggak bakal bisa merubah ke inginan bokap gue" akhir nya, untuk waktu yang lama Daffa memgangkat suara juga.
Pandangan Liam yang tadi nya melirik Bella beralih menatap Daffa. Memang benar, jika Daffa mencerita kan nya pun tidak akan mengubah kenyataan ini. Tapi tak ada salah nya kan, jika ia dan Alvin tau akan masalah ini.
Ini sama saja Daffa tidak menganggap diri nya dan Alvin seorang sahabat.
"Iya, gue tau hal itu. Tapi kita ini sahabatan udah lama banget, kita siap jadi tiang buat lo bersandar Daf"
Next》》》
Gimana? VotMen ya!!!
See you♡
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secrets [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM LANJUT KECERITA NYA!] ♡ Rasa nya aku ingin mati saja saat ini juga, dari pada harus menyaksikan pemakaman kedua orang tua ku dan adik ku secara bersamaan. -Geral...