30. Alden & Alaya

22K 2.3K 299
                                    

Kondisi Alaya yang kian membaik membuatnya di bolehkan pulang hari ini dengan catatan jangan terlalu banyak beraktifitas berat lebih dulu. Termasuk masalah mantap-mantap!

Hal itu membuat Alden langsung menyuarakan protesnya tanpa tau malu pada Dokter yang menangani Alaya selama di rawat inap, dokter yang sama seperti saat pertama kali Alaya mendapat penanganan.

"Dok, saya boleh masuk?" Celetuk Alden dengan kepalanya yang melongok ke dalam.

"Tidak boleh," Jawab Dokter laki-laki bernama Wijaya.

Alden berdecak, langsung menyelonong masuk ke dalam. "Bolehin aja deh Dok. Ya kali saya berdiri terus di luar."

Wijaya menghembuskan napasnya pelan, kalau pemuda ini bukan bagian dari keluarga Bratajaya, sahabatnya. Ia mungkin sudah mencekik Alden agar tidak selalu membuat kepalanya nyut-nyutan sakit.

"Saya tidak akan meladeni kamu, kalau harus kembali membahas masalah jatah malam!" Ketus Wijaya memijat pelipisnya pusing.

"Negatif terus kalo sama saya Dok," Alden berseru tidak terima.

"Kamu memang pantas di negatifi," Wijaya menyindir. Ia jadi gemas ingin menyuntik obat bius pada Alden agar pemuda di hadapannya berhenti mengoceh.

"Jadi Dokter itu harus berfikir positif, masa gitu aja ga ngerti."

Wijaya menghela napas pasrah, menatap malas pada Alden. "Kamu mau apa?"

Alden menyengir. "Saya mau nanya nih Dok."

"Tanya apa?"

"Saya beneran ga bisa sering ngajak Ayang ena-ena?"

Wijaya menganga, mengebrak meja kencang. "Katanya ga di bahas lagi, tapi ini apa?!"

Alden menekuk wajahnya kesal. "Kan mau mastiin lagi aja Dok."

"Jawaban saya tetap sama, jangan minta jatah dulu selama kurang lebih satu Minggu."
"Ingat, anak yang ada di dalam kandungannya masih sangat rentan."

Bahu Alden langsung lemas, hancur sudah rencanannya yang akan mengurung Alaya di kamar karena larangan yang di buat oleh Wijaya!

"Jadi saya beneran puasa nih?"

"Ya iya lah."

"Senjata saya juga butuh kehangatan Dok!" Ucap Alden berapi-api kesal.

"Main solo kan bisa."

Kepala Alden menggeleng cepat, bibirnya semakin maju. "Dokter ga asik!"

Wijaya menarik napas panjang. "Baru di suruh puasa satu Minggu aja heboh bikin ngelus dada."
"Gimana dengan saya yang sudah menduda selama lima tahun?" Lanjutnya dengan raut wajah nelangsa.

"Lah... Duda ternyata!"
"Pantes ga ngertiin gimana tersiksanya saya ga bisa minta jatah!" Alden bersungut-sungut kesal.

"Mangkanya kamu harus bisa nahan kaya saya."

Alden mencibir. "Situ ya situ. Saya ya saya."
"Kita tuh beda jaman sama generasi!"

"Kesel saya lama-lama," Ucap Wijaya tidak habis pikir lagi.

"Apa lagi saya Dok!"

"Untung saya ga punya riwayat darah tinggi."

"Kalo penyakit jantung?"

"Ga punya juga."

"Yah... Padahal saya mau bikin dokter jantungan," lirih Alden pura-pura sedih.

"Ngomong apa kamu?!" Wijaya berdiri dari duduknya. Mengarahkan suntikan yang enta berisi cairan berwarna putih bening.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang