26. Alden & Alaya

19K 2.2K 292
                                    

Alden terlihat kalang kabut, mengendarai motor legendarisnya tanpa tau aturan, bahkan lampu merah saja Alden terobos, untungnya tidak ada polisi yang mengejarnya. Kalau pun ada, Alden tidak akan peduli, bahkan ia dengan suka rela berkelahi dengan polisi yang berani menghalangi laju kendaraanya.

Bagaimana ia bisa bersikap tenang, saat ia baru menyadari kalau Alaya hilang ketika sudah sampai di parkiran hotel! Menyebalkan, ini juga salahnya, kenapa tidak menyuruh Alaya untuk memeluknya atau sekedar mengajak Alaya mengobrol.

Sialan, gara-gara otaknya terlalu fokus memikirkan kegiatan yang menguras keringat, ia jadi kelabakan sendiri.

Ia jadi berfikir, kalau Alaya nyangkut di pohon atau lebih parahnya lagi terjatuh di suatu tempat dan ia tidak menyadarinya.

Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Alaya dan juga anaknya yang masih digondol di perut Alaya, ia berjanji akan insaf bersikap... Mesum.

Doakan, semoga saja ia bisa!

Ah, tapi ia tidak akan mungkin... Bisa!

"Sialan lo, brengsek! Minggir anjing!" Umpat Alden marah, turun dari motornya. Untung ia langsung ngerem tepat waktu.

"Kasar banget!" Sebal perempuan itu gemetar, membereskan belanjaannya yang bercecer di jalan beraspal.

Alden meradang, mengebrak jok motornya kencang. "Kasar? Yang bener aja!"
"Bahkan gue ganyakitin fisik lo, tolol!"

"Omongan kamu kasar," Sambarnya judes.

Alden mendorong badan gadis dengan tinggi badan yang hampir sama dengannya itu ke samping, agar tidak berdiri di hadapan motor scoopy nya. "Sekalian aja gue kasar ke lo, ye kan?"

"Dasar tengil, ngapain coba nyentuh-nyentu! Kan belum muhrim," Ketusnya mengusap-ngusap lengan atasnya.

Bibir Alden berkedut kesal. "Huh! Yang mau halalin lo siapa Anakonda?!"

"Nama aku Zizi bukan Anakonda!"
"Lagian nih, aku kan cantik, semua laki-laki ngejar aku. Termasuk kamu, buktinya kamu sengaja nabrak aku."

Kaki Alden melangkah mendekat. "Nama lo siapa?"

"Zizi."

Alden mengangguk. "Oh, Jiji. Pantes tuh buat lo, sama-sama menjijikkan!"

Mulut Zizi menganga, memukul membabi buta badan Alden dengan kepalan tangannya.

"Eh, jangan nyentuh-nyentuh gue lo! Najis tau!" Sentak Alden galak, menepis kasar setiap serangan Zizi.

Wajah Zizi memerah, napasnya memburu. "Ngaku aja! Kamu tergoda kan sama body aku yang menggiurkan! Iya kan?!"

Alden berdecak, menggeleng prihatin. "Bukan gue yang sengaja nabrak lo babi hutan, tapi lo sendiri yang cegat gue!"

"Nama aku Zizi, bukan babi hutan!"

"Masa bodo, mulut gue nggak level manggil nama lo!"

Zizi nampak sangat marah, mengayunkan kantong kreseknya ke badan Alden. "Nyebelin!"

"Dih, dih... Jangan modus lo sama gue."

"Siapa yang modus coba?"

"Lo yang modus, kembaran onta!"

"Perasaan dari tadi kamu, nyamain aku sama hewan terus."

"Wajar dong, lo kan kaya hewan, kaga punya malu."

Zizi cemberut, menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga.

Alden berseru heboh. "Tunggu, tunggu... Jangan-jangan, motif lo cegat motor gue itu buat goda gue sama tubuh kerempeng lo, terus... Gue tidur sama lo, abis itu gue bayar lo. Ya semacam itu lah. Ngaku ga lo?!" Cecar Alden tajam.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang