13. Alden & Alaya

22.9K 2.6K 359
                                    

Baru mengingat kalau Alaya sedang datang bulan, membuat Alden yang sudah kepalang tanggung jadi harus terpaksa mandi air dingin demi kesejahteraan bagian sensitif tubuhnya.

"Yang ih, nanti aku kena campak ga sih mandi siang-siang?"

Alaya tertawa, membantu mengeringkan rambut kepala Alden. "Aku ga ngerti Kak."

"Ko bisa? Kamu kan kalo apa-apa pasti tau, nanti bilangnya kata Ibu mertua."

"Ga tau, bingung."

"Jangan bingung, ini juga kan gara-gara Mama!" balas Alden ngegas.

"Udah ah jangan ngomel terus, sana jemput Lyly sama Haidar pulang sekolah," tutur Alaya yang kali ini membantu memakaikan parfum pada tubuh Alden.
"Wangi banget sih Kak, aku suka."

"Parfum mahal Yang," balas Alden bangga.

"Harga cuma 39 ribu Kak."

Alden melotot. "Jangan bongkar aib dong Yang..."

Alaya tertawa pelan, memberikan kunci mobil pada Alden. "Nyetirnya hati-hati."

"Mama ikut lah!"

"Aku lagi mager tau."

"Mager mulu si Mama." gerutu Alden sembari keluar kamar.

"Aku nitip bakso ya, jangan dicampur sama sayur. Baksonya aja."

"Pedes ga?"

"Jangan, putihan aja."

"Tumben ga nangis minta pedes."

Bibir Alaya tertarik membentuk senyum tipis. "Nurut sama kamu Kak."

Alden tergelak bangga. "Mau dibeliin baksonya aja, apa sekalian sama kiranti sama pembalutnya?"

"Bakso aja."

"Oke beli bakso, kiranti sama pembalut."

Kepala Alaya menggeleng pasrah, menatap mobil yang sudah keluar dari halaman rumah dengan tawa pelannya.

*

Alden bersiul riang, kembali memasuki rumah dengan beberapa kantong kresek besar ditangan kanan dan kirinya. Berisi kiranti, pembalut dan bakso pesanan Alaya.

"Udah pulang Kak?"

"Kalo aku belum pulang, aku ga mungkin ada di sini Yang."

Tawa pelan Alaya terdengar, mengambil alih kantong kresek yang Alden bawa. "Alya sama Haidar mana? Ko ga ada."

"Aku gade buat beli bakso pesenan Ayang," ceplos Alden sembari mendudukkan bokongnya di sofa.

Plak...

"Serius Kak!"

"Kurang serius apa lagi aku sama Mommy?" Tanya Alden menyebalkan, mengusap lengan bagian kanannya yang baru saja terkena tabokan Alaya, jodoh dunia akhiratnya.

Alaya memicingkan matanya tajam, tangannya bergerak menuangkan bakso pada mangkok yang sengaja ia siapkan dari sebelum-sebelumnya.

"Baksonya awas tumpah..." celetuk Alden terkekeh ketika melihat Alaya menuangkan baksonya tapi dengan mata yang malah menatap ke arahnya.

"Aku nannya serius Kak, anak-anak di mana?"
"Ga beneran kamu gade kan?"

Alden cengengesan. "Ya ga lah Mommy, ngurus Haidar itu butuh perjuangan. Alya juga putri pertama kita, hasil jerih payah aku nakalin kamu. Jadi mana mungkin aku gade mereka cuma buat semangkok bakso."

Bibir Alaya berkedut kesal, menyuapkan bakso ke dalam mulutnya tanpa menawari terlebih dahulu pada Alden. "Terus Kakak taro mereka di mana?!"

Tangan Alden mengambil dua lembar tisu, mengusapnya pada sudut bibir Alaya yang belepotan kuah bakso. "Ngegas mulu si Mommy mah," gerutu Alden cemberut.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang