34. Alden & Alaya

19.8K 2.1K 433
                                    

Alden menuangkan susu bubuk ke dalam dua botol susu berbeda, sedangkan matanya menatap geram pada pemandangan di ruang tamu, di mana Alaya sedang menepuk-nepuk dua bokong batita laki-laki yang kini tengkurap di lantai, tidak tau apa kalau ia juga ingin?!

Setelah selesai membuat dua botol susu untuk Farel juga Tristan, langsung saja kakinya melangkah cepat mendekat. "Ayang!"

"Makasih suamiku," Alaya mengambil dua botol susu, kemudian kembali sibuk dengan dua batita yang menjadi tamu VIP di rumah ini.

Dua batita ini dititipkan bukan tanpa alasan, jika Tristan memang sudah berada di sini sejak sore tadi lantaran Raffasya yang masih kaku mengurus bayi maka Farel baru tadi siang sampai dengan alasan Tito dan juga Sia akan menghadiri undangan di luar kota, keduanya akan pulang malam, jadi alasan itu lah yang membuat Farel bisa ikut ada di sini.

Alden duduk di samping Alaya, tangan terlipat di depan dada. "Manggil suami doang, bokong ga ikut di tepuk."

Kepala Alaya menoleh. "Kakak iri sama bayi?"

"Ya iya lah, orang Ayang Istri aku, aku juga punya pantat. Kenapa malah nepuk pantat laki-laki lain."

"Ini bayi Kak."
"Lagian kan Farel sama Tristan ponakan Kakak," Jelas Alaya lembut, sembari merubah posisi kedua batita laki-laki itu menjadi tiduran, lalu memberikan botol susu.

"Is ga mau tau pokoknya, aku tetep iri!" Alden kembali merajuk.

"Mau di tepuk-tepuk juga?"

Tanpa sadar kepalanya langsung mengangguk semangat. "Mau..."

"Udah gede, kaya bayi. Masa kalah sama aku, yang malah malu kalo di tepuk-tepuk," Celetuk Haidar menghentikan kendaraannya tidak jauh dari Alden, diikuti Alya yang juga berhenti di belakang motor mini Haidar dengan wajah lugunya.

"Ngomong apa kamu?!" Sembur Alden berniat mengejar Haidar, namun Alaya langsung menarik pergelangan tangan Alden, menyuruhnya kembali duduk.

Haidar tertawa, menjulurkan lidahnya meledek, lalu kembali melajukan motor mininya.

"Mama."

"Apa sayang?" Saut Alaya tersenyum lembut ke arah Alya yang masih setia duduk di atas motor mininya.

"Papa jelek ya, soalnya rambutnya panjang," Tutur Alya polos, kemudian ikut menyusul Haidar.

Mata Alden langsung melotot pada Haidar dan Alaya yang malah seperti tidak habis melakukan apa-apa. Kemudian menatap Alaya cemberut. "Ayang... Aku jelek ya?"

"Kakak ganteng banget tau," Alaya mengelus punggung Alden.

"Aku tau, pasti Ayang boong."

"Kakak ga percaya sama aku?"

"Mau percaya, tapi kan omongan anak kecil lebih jujur."

"Maksud Lyly ga gitu Kak, kan Alya selalu liat rambut Papa nya rapih, ga gondrong kaya sekarang. Mungkin karena itu Lyly bilang Kakak jelek," Alaya menepuk pahanya, memberi kode agar Alden tidur di sana.

Alden menurut, menidurkan kepalanya dengan bantalan paha Alaya. "Ayang juga bilang aku jelek."

"Kapan?" Alaya bertanya bingung, mengelus rambut panjang Alden.

"Mungkin karena itu Alya bilang Kakak jelek. Tuh yang itu."

"Maksud aku ga gitu Kak, kan aku cuma jelasin," Alaya menggelengkan kepalanya pelan, menarik hidung mancung Alden kencang.

Alden tersenyum, mencium perut buncit Alaya. "Besok temenin potong rambut."

"Eh, mau potong?"

"Iya, biar ga dibilang jelek sama princess."

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang