Setelah mengantar Haidar dan Alya ke sekolah, Alden pun mengajak Alaya untuk jalan-jalan di sekitar taman. Sekedar untuk mencari udara segar, agar Alaya lebih banyak bergerak dan tidak berhenti pada kata mager.
Di kehamilan yang kedua ini, Alaya memang terlihat agak malas, apa lagi kalau harus diajak keluar rumah. Untungnya, ajakannya ke taman sekarang langsung disetujui Alaya karena Alden mengiming-imingi membeli es kepal milo.
Mengenai Raffasya yang akan datang tadi malam hanya omong kosong, bahkan ketika di telfon oleh Alden, Raffasya sama sekali tidak mengangkat panggilannya, itu terjadi beberapa kali.
Haidar terlihat kecewa tadi malam, untungnya Alden yang peka langsung membawa Haidar dan juga Alya ke kedai eskrim, membebaskan keduanya memilih rasa apa saja yang diinginkan.
Ketidak datangan Raffasya membuat kartu black card masih ada ditangan Alden sampai sekarang, tersimpan rapi di laci lemari dengan keadaan terkunci rapat.
"Yang, Ayang... Digoyang, yang..." Alden bernyanyi sembari menggerakkan tangan Alaya yang ia gandeng ke depan dan belakang.
Alaya diam, tidak mau repot-repot meladeni Alden yang kian hari tambah suka sekali bernyanyi. Walaupun hanya beberapa baris lagu, tapi tetap saja di kehamilannya yang kedua ini, suara nyanyian Alden terdengar menyebalkan.
"Mama, kayaknya penjual es kepal milo nya ga jualan deh," Alden menyeletuk, ketika melihat penjual es kepal milo yang biasa mangkal di dekat pohon besar terlihat kosong.
Wajah Alaya langsung murung, kepalanya tertunduk sedih. "Pulang aja yu Kak."
"Lah, ya jangan dong Yang."
"Tuh kita beli es serut aja, nanti ada gula lilitnya.""Ga mau!"
"Harus mau!" Balas Alden tidak kalah galak.
"Dih ko ngamuk?!"
"Yang ngeduluin ngamuk siapa coba?!"
Alaya terdiam, berlalu dari hadapan Alden.
"Mama, kamu ih jangan tinggalin aku!"
"Tinggal ngikutin aku apa susahnya si Kak?!" teriak Alaya membalas.
Dengan kaki menghentak kesal, Alden pun mengekor di belakang Alaya. Mengikuti kemanapun Alaya melangkah bagai anakan itik.
"Jalannya jangan cepet-cepet dong Yang!"
"Kakak yang jalannya lelet."
Di belakang Alden berkacak pinggang tidak terima. "Sekarang udah pinter ngejawab ya!"
Lagi-lagi Alaya mengabaikan celotehan Alden.
"Mas."
Alden berhenti berjalan, matanya memicing tajam pada wajah perempuan manis yang ada di hadapannya. Ingatannya masih sangat kuat, ia ingat perempuan ini yang pernah ia maki lantaran sudah membuatnya kesal.
Kalau tidak salah namanya Sabella.
"Lo penunggu taman, huh?!"
"Perasaan kalo ketemu di sini terus!" Semprotnya judes.Sabella tertawa, mencolek lengan Alden. "Aku sengaja tau Mas, rutin ke taman biar bisa ketemu sama Mas. Eh, hari ini akhirnya bisa ketemu lagi."
Alden mengusap lengannya kasar, jangan sampai sidik jadi Sabella menempel di kulitnya. "Lo kira minum obat pake acara rutin!"
"Mas nya gemesini banget sih," Geregetan Sabella berniat mencubit pipi Alden, namun lagi-lagi tangannya ditepis dengan gesit hingga ia tidak memiliki kesempatan sama sekali merasakan betapa mulusnya kulit laki-laki matang yang menjadi incarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...