40. Alden & Alaya

7K 1.1K 121
                                    

Pergantian dari tahun 2021 ke 2022 tinggal menghitung jam dari sekarang, Bratajaya yang mengadakan acara dadakan membuat semua nya kelabakan mempersiapkan semuanya.

Sempat ada usulan agar acaranya di rayakan di resto saja, namun kepala suku jelas menentang pendapat itu.

Semuanya nampak sibuk, suasana juga gaduh di tambah Sia dan Alden yang tidak pernah berhenti saling menyalahkan.

Alden yang susah di atur dan juga Sia si perempuan yang tidak pernah salah dan dosa, menjadikan keduanya sangat cocok mendapat gelar musuh abadi.

"Alden yang bener bangsat, nusuk sesuai bentuknya, jangan di campur-campur gitu!"

"Bawel banget sih, lagian nanti juga di makan." Alden masih tetap merangkai semua jenis frozen Food Seafood tidak sesuai arahan Sia.

Wajah Sia langsung memerah, menarik napas sebayak yang ia bisa. "Ya, Alaya, ini Alden bandel banget kalo di bilangin!"

Sontak saja Alden langsung melotot, kemudian berdecak sebal. "Iya ini gue susun yang bener!"

Sia tersenyum puas, sedangkan Alden mendelik melihat itu.

Semua anggota keluarga yang ada di sini mendapatkan tugas, seperti Sia dan Alden yang merangkai Frozen Food Seafood menjadi tusukan sate untuk di bakar. Bratajaya, Raffasya dan Tito yang menyiapkan bara api. Untuk Karin dan Alaya khusus berada di dapur menyiapkan beberapa cemilan ringan serta minuman untuk mereka semua.

"Al anak lu nangis itu!"

Alden menoleh ke belakang, menemukan sang Putri yang sudah berlinang air mata sembari berjalan mendekat ke arahnya. "Lho Putri Papa kenapa?"

Tangis Alya semakin jadi setelah di tanya.

"Abang nakal, marah marahin Lyly. Hiks... Hiks..."
"Lyly pengen beli petasan tapi kata Abang ga boleh."

Alden menghela napas, memusatkan pandangannya pada anak laki-laki yang menjadi biang keladinya.

"Apa?" Tanya Haidar saat peka sang Paman menatap ke arahnya.

"Kenapa Lyly ga di bolehin main petasan?"

"Bahaya."

"Kembang api aja."

"Tetep aja Paman, yang namanya petasan itu bahaya!"
"Pokoknya ga bole ada yang nyalain petasan!" Titah mutlak Haidar.

Alden jelas tidak terima. "Tahun baru tanpa nyalain petasan itu ibarat gue kalo ga ada ada Alaya, ga afdol."

Tangan Sia langsung menoyor belakang kepala Alden. "Si anying bisa aja."

Haidar menampilkan raut wajah kalemnya. "Buat yang lain jangan main petasan, kalo buat Paman silahkan mau main petasan sampe beledak sama petasannya juga terserah."

Sia langsung ngakak sampai terbatuk-batuk, sedangkan Alden langsung syok di tempat.

Tito yang melihat itu menggelengkan kepalanya pelan, meraih minum yang ada di meja kemudian mendekat pada Sia, membantu sang Istri yang tersedak tawanya sendiri.

"Uda mendingan, hm?"

Kepala Sia mengangguk lucu, memberikan kembali gelasnya. "Makasih Mas suami."

Bratajaya berdiri di belakang Haidar, mengelus atas kepala bocah laki-laki itu. "Minta maaf sama Lyly."

"Iya Kek." Patuh Haidar sembari menarik pergelangan tangan Alya menjauh dari sana.

Selepasnya Haidar juga Alya pergi, Alden langsung cemberut. Membuat Sia berkali-kali lipat menyemburkan tawanya.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang