Alaya terisak, menepis tangan Alden maupun Haidar yang berniat menenangkannya.
"Selama Yaya ga ada, apa aja yang terjadi?!" Tanyanya menginterogasi pada Haidar, tidak mungkin anak kecil seperti Haidar bisa mengatakan hal seperti tadi kalau bukan karena omongan orang lain.
Haidar menundukkan kepalanya dalam, Alden bahkan meringis melihat betapa tegasnya Alaya kali ini.
"Yaya di rumah sakit buat lahirin Ade kalian, bukan buat jalan-jalan. Kenapa pada berubah gini sih?!"
"Yaya pengen cepet pulang, kumpul sama kalian di rumah. Becanda bareng lagi. Tapi kenapa sekarang Haidar mau ninggalin Yaya?"
"Sekarang Haidar jujur ke Yaya. Yaya ada salah?"
"Ga, Ya!"
"Paman kamu nakal?"
"Yang ada aku tau di nakalin!" Alden langsung ngegas. Tidak terima tiba-tiba Alaya menuduhnya.
Haidar mencoba menggenggam tangan Alaya, lagi-lagi Alaya menepisnya. Membuat bocah itu semakin sedih. "Yaya, Haidar janji bakal sering nengok Yaya ke sini, liat Ade Naku sama Lyly."
"Ko Paman ga disebut sih?!" Sewot Alden tidak tau waktu dan kondisi.
"Ketemu Paman juga." Haidar menarik senyum sebal.
"Ga! Yaya ga ijinin kamu pergi!"
"Haidar pengen balik ke Daddy Rafa, Ya."
"Yaya mau egois aja sayang, dari bayi kamu sama Yaya, Yaya rawat, jagain kamu, ngajarin kamu jalan."
Kepala Alaya menggeleng, mengusap air matanya. "Yaya lakuin itu sepenuh hati, Yaya sayang Haidar kaya anak sendiri, ga pernah sekalipun bedain kamu sama Lyly."
Jari-jari Haidar saling bertautan. "Haidar cuma bakal jadi beban buat kalian."
"KATA SIAPA?!"
Alaya terkejut, mengusap dadanya sabar, menatap Alden kesal luar biasa. Bahkan cengukan akibat menangisnya hilang lantaran terkejut.
Alden berubah serius. Benar kata Alaya, pasti ada yang mengatakan hal tidak-tidak pada ponakannya ini.
"Sini kamu."
Bocah laki-laki itu menurut.
"Siapa yang ajarin kamu gitu?"
"Ga ada."
"Semua anak memang beban buat orang tua yang tidak bersyukur , tapi sekalipun Paman ga pernah anggep kamu beban, kamu anugrah buat Paman seperti halnya Lyly juga Nakula."
"Haidar tetep mau pulang ke Daddy Rafa." Seakan semua perkataan Alden hanya dianggap angin lewat, bocah laki-laki itu langsung berlari masuk ke dalam kamarnya.
Terdengar pintu terkunci dari dalam, seketika tangis Alaya kembali terdengar. Sungguh, hatinya sakit melihat penolakan Haidar padanya.
*
Alden tiba di kediaman Bratajaya, berjalan bagai siap berperang. Sedangkan Raffasya di belakangnya seperti orang bego melihat kelakuan Adiknya.
"Bunda!" Teriak Alden cempreng.
Raffasya berdecak malas, tadi ia sedang tidur dan dengan seenak jidat Alden menarik paksa dirinya masuk ke dalam mobil, bahkan ia hanya menggunakan kaos dengan bokser bergambar Doraemon!
"Nyonya ada di kolam renang tuan muda."
"Lagi mancing ya Bi?"
Pelayan itu menggeleng polos. "Di kolam tidak ada ikan tuan, nyonya sedang menemani nona Lyly berenang dengan teman-temannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...