56. Alden & Alaya

15.9K 1.2K 358
                                    

"Mertua sialan!" Umpat Jelita murka, mencengkeram jeruji didepannya yang jadi penghalang hingga tangannya memerah.

Bratajaya menyeringai. "Mertua? Inget cuma mantan."

"Mati aja lo sana!"

Raut wajah Bratajaya nampak malas. "Kasian yang sekarang jadi penunggu rumah sakit jiwa."

Jelita mengulurkan tangannya dari sela-sela jeruji besi, berusaha meraih Bratajaya. "Kakek peot gila!"

"Ini belum seberapa Jelita, saya bahkan akan membalas perbuatan busukmu lebih dari ini." Ancam Bratajaya dengan seringai kejamnya.

Jelita tertawa kencang. "Gue ga peduli."
"Gue udah puas karena berhasil buat Lyly jadi anak pemberontak."

Seketika tangan Bratajaya mencekik leher Jelita, mencengkeramnya erat hingga Jelita nampak kesusahan bernafas.

"Kamu salah bermain-main dengan saya, Jelita." Bratajaya melepas cekikan nya hingga tubuh Jelita jatuh terduduk dengan napas tersendat-sendat.

"Dengerin gue Tuan Bratajaya yang terhormat, walupun gue ga bisa keluar ke mana-mana. Ada cucu perempuan lo yang bakal balesin dendam gue."

Rahang Bratajaya mengeras, tanpa mengeluarkan sepatah katapun kakinya melangkah pergi dari depan ruangan di mana nanti Jelita akan di kurung lantaran di anggap terkena gangguan mental.

Selepas Bratajaya pergi, Jelita menangis. Memegangi lehernya yang terasa sakit. Sakit hati dan juga dendam lantaran perlakuan Raffasya yang terkesan mengabaikannya sewaktu masih berumah tangga membuat Jelita gelap mata.

Jika tidak bisa menyerang Raffasya, maka Haidar juga bisa dijadikan sasaran. Itu pikirnya.

*

"Ayah!" Dengan seenak jidat Alden memeluk tubuh Bratajaya yang kini terlihat menegang tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"Kesurupan setan mana kamu, Alden?"

Alden berdecak sebal, melepas pelukannya. Menatap Alaya yang ternyata terlihat kesusahan mengendong Nakula juga membawa rantang.

"Udah aku bilang tadi Drakula di titipin aja dulu ke tetangga Yang." Omel Alden mengambil alih tubuh sang Putra.

Alaya menghiraukan itu, beralih mencium tangan Bratajaya. Tadi saja sewaktu hamil ngotot minta agar anak yang lahir laki-laki, sekarang malah seperti musuh bebuyutan dengan Nakula yang bahkan usianya belum genap lima bulan.

Nakula mengigit leher sang Ayah hingga Alden memekik sakit, menjepit hidung kecil itu supaya Nakula mau melepas gigitan mautnya.

"Ayang! Drakula bandel banget, masa cupang leher aku!"

Alaya menatap sebal ke arah Alden yang kini terlihat mencak-mencak mengomeli Nakula. Sedangkan Bratajaya menyumpah serapahi Alden dalam hati dengan berbagai umpatan.

"Tuh cupang leher Kakek aja. Jangan Ayah, ini bagian Mama nanti malem." Dengan sesuka hati, Alden memberikan tubuh gembul nan bulat Nakula ke atas pangkuan Bratajaya membuat Ayah tirinya itu melotot.

"Kesiniin Nakula nya, Kak." Pinta Alaya, kasian juga melihat Bratajaya terlihat kesusahan melihat bagaimana aktifnya Nakula.

"Ga papah." Bratajaya menginterupsi agar Nakula tetap berada di pangkuannya, batita gembul itu bahkan kini sedang bermain-main dengan tongkat rotan yang selalu Baratajaya bawa ke manapun.

Alaya mengangguk, terserah Bratajaya saja. Tapi ia juga sedikit ngeri kalau sampai Nakula mengigit Bratajaya, mengingat kelakuan batita itu yang memang suka sekali mengigit benda apapun.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang