"Pak supir kita ke rumah Tante cantik ya."
"Baik Non." Patuhnya melajukan mobil ke tempat di mana nona kecil keluarga Bratajaya akhir-akhirnya ini sering kunjungi.
Sesampai di sebuah rumah, Alya turun setelah menyuruh sang supir untuk menunggu. Kaki kecilnya melangkah masuk.
"Hallo gadis cantik."
Alya tersenyum dengan kedua pipi memerah karena pujian itu. Tidak lama bibirnya langsung cemberut. "Tante tau tidak, aku barusan pulang ke rumah. Abang masih ada di situ."
"Benarkah?" Tanyanya sembari memberikan satu cup es krim pada Alya, yang langsung di terima dengan seneng.
"Lyly udah usir Abang, tapi ga pergi-pergi."
Kepala perempuan itu mengangguk-angguk. Mengelus lembut rambut Alya.
"Papa dan Mama juga marahin Lyly tadi." Manik mata Alya berkaca-kaca, menggambarkan betapa sedihnya dirinya sekarang.
"Jangan nangis. Kamu harus jadi perempuan kuat, jangan mau kelihatan lemah."
"Ga mau kan kalo Papa dan Mama mu di rebut anak haram itu?"
Alya mengangguk, mengelap air matanya. "Ga mau, itu Papa dan Mama aku, bukan Abang."
"Gadis pintar."
Alya tersenyum.
"Ayo anak cantik, kita mulai atur strategi baru."
*
Karin terlihat mondar-mandir di teras rumah, menantikan kepulangan cucu perempuannya yang selepas pulang sekolah tadi katanya ingin main ke rumah temannya dengan di antar supir. Sekarang hari sudah mulai gelap, gadis kecil itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.
"Nanti juga pulang."
"Aku cemas dengan cucu ku Mas, apa itu salah?" Karin hanya menoleh sekilas pada keberadaan Bratajaya yang bersandar di pintu dengan kedua tangan dilipat di depan dada.
"Ayo masuk." Paksa Bratajaya tegas, apa lagi saat ini kondisi Karin sedang sakit.
"Tunggu, sebentar lagi. Aku mohon Mas."
"Saya tidak suka di bantah." Bratajaya melingkarkan tangannya ke pinggang Karin, menuntunnya masuk.
"Kamu sedang sakit Karin, saya tidak suka melihat kamu menyusahkan diri sendiri demi orang lain. Bahkan jika itu cucu kita sendiri, aku tidak akan membiarkannya membuatmu terbebani."
Akhirnya Karin menurut, patuh saat Bratajaya membantunya berbaring. "Maaf Mas, aku terlalu antusias saat salah satu cucuku mau dekat dengan Neneknya ini."
Bratajaya mengelus rambut hitam dengan uban yang mulai ada itu lembut. "Ini keputusan saya Karin, mulai sekarang saya tidak akan mengijinkan Lyly untuk menginap lagi."
"Kenapa?"
"Mas tidak benci Lyly kan?""Saya menyayangi gadis kecil itu, sangat."
"Terus kenapa?"
"Hanya untuk sementara waktu, sampai semuanya kembali normal."
Karin mengangguk mengerti, tersenyum hangat atas keputusan suaminya. "Keadaan Haidar bagaimana Mas?"
"Saya sedih dan kecewa Karin, jagoan saya seperti tidak peduli pada semuanya."
"Aku mau ketemu sama Haidar Mas."
Bratajaya bangkit, menatap Karin tegas tidak terbantahkan. "Sembuhkan dulu tubuhmu, baru saya akan mengajakmu bertemu cucu laki-laki kita, Haidar."
"Istirahatlah, saya harus menyingkirkan beberapa hama pengganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...