19. Alden & Alaya

22.7K 2.4K 263
                                    

Alaya merekahkan senyumnya, di tangannya sudah ada rincian tempat apa saja yang akan ia kunjungi hari ini. Dari supermarket, penjual bakso urat, sampai kios baju dengan harga serba 35 ribuan.

Tentu saja ia akan pergi sendiri, karena tadi pagi Alden berangkat kerja sekalian mengantar Haidar dan Alya sekolah. Jadi ia bisa bebas kali ini.

Rasanya sudah sangat lama ia pergi ke tempat ramai sendirian, karena sebelum-sebelumnya Alden selalu ikut kemanapun ia pergi dengan Alasan agar tidak ada yang mengganggunya.

Berbekal dompet berisi uang merah dan biru, juga tas selempang abu-abu, Alaya berdiri di depan komplek perumahannya untuk mencari kendaraan umum, entah itu angkot atau taksi.

Sebuah taksi berhenti dihadapan Alaya, tanpa membuang waktu Alaya pun langsung masuk ke dalam. Mengatakan pada supir tentang tujuan awalnya ke supermarket.

Tidak membutuhkan waktu lama taksi yang dikendarai Alaya telah sampai pada tujuan, setelah membayar tarif yang dipatok, Alaya pun melangkah masuk ke dalam.

"Yang!"

Badan Alaya langsung bergetar karena terkejut, kepalanya menoleh ke belakang di mana Alden sedang berdiri dengan tampang polosnya. "Kakak?!"

"Apa sayangku?" Tanya Alden, merangkul pundak Alaya dengan lengan kirinya.

"Ko bisa?"

"Bisa bikin kamu enak?" Alden balik bertanya dengan tampang menyebalkannya.

Refleks telapak tangan Alaya memukul pelan bibir Alden. "Mulutnya ih, kan banyak orang."

Alden menarik tangan Alaya yang tadi sudah berani memukul bibir sexynya, mengigit punggung tangan Alaya gemas. "Tangan nakal!"

Alaya menarik paksa tangannya, mengelap air liur yang menempel pada baju Alden. "Jorok!"

"Sok-sokan bilang jorok."
"Tadi malem, aku jorokin malah minta nambah."

Wajah Alaya memerah sampai telinga, mencubit pinggang Alden kencang. "Udah Kak, jangan ngomong lagi."

"Ga mau!"
"Aku mah mau jadi diri sendiri. Gaperlu sempurna buat bikin orang suka sama kita, apa adanya aja. Selagi kita nyaman dan bahagia."

Alaya menggaruk pelipisnya bingung, ingin menyangkal tapi yang dikatakan Alden sepenuhnya benar.

"Mama..." Panggil Alden melambaikan tangannya di depan Alaya yang terdiam.

"Kakak kenapa bisa tau aku di sini?"
"Padahal aku liat sendiri kalau Kakak itu berangkat sama anak-anak."

"Singkat cerita aja si Yang, aku ngikutin kamu," Jujur Alden cengengesan.

"Kurang jelas ceritanya!"

"Ngegas ih, Perasaan sejak kamu hamil lagi aku jadi senam jantung terus."

"Habis Kakak bikin kesel!"

"Kapan?"

"Kapan-kapan!"

"Berarti aku belum pernah buat kamu kesel Mommy, kan kapan-kapan itu omongan yang merujuk pada sesuatu yang belum pernah dilakukan dan tidak pasti kapan akan dikerjakan."

Raut wajah Alaya terlihat pucat, pusing rasanya berbicara dengan Alden. "Pulang aja yu Kak, mood aku buat jalan-jalan udah hilang," jelas Alaya berjalan lesu ke pintu keluar.

Alden mengambil berapa eskrim dan coklat batangan, sepertinya keadaan sedang berpihak kepadanya. Karena di kasir tidak ada satupun orang yang mengantri membuatnya bisa mengejar Alaya yang lebih dulu keluar.

"Yang, tunggu ih!" Ketus Alden dengan napas ngos-ngosan.

"Iya ini ditungguin."

Alden menyodorkan kantong plastik belanjaannya. "Maaf Yang, jangan bad mood lagi."

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang