15. Alden & Alaya

22.5K 2.5K 316
                                        

Alden masih dalam mode kesal, lantaran Alaya yang tiba-tiba menyiramnya dengan jus alpukat hingga membuat baju tidurnya basah dan lengket.

"Papa minta uang."

Langsung saja Alden memberikan uang berwarna biru pada Putrinya. "Abisin."

"Oke Papa," semangat Alaya berlari keluar rumah.

Haidar ikut menengadahkan telapak tangannya. "Paman minta black card."

"Kamu kira pamanmu ini sultan apa?!" sembur Alden galak, heran juga dengan Haidar yang sudah tau dengan kartu dengan nominal angka yang tidak main-main itu.

"Miskinnya Paman, sabar ya," jawab Haidar sok prihatin, merogoh kantong celananya, memamerkan black card ke hadapan Alden.

"Anjay! Dapet dari mana kamu?!" Histeris Alden terkejut bukan kepalang, jangan bilang tadi malam Haidar jaga lilin dan babinya turut serta membawa black card?

"Dikasih Daddy aku dong," Sombong Haidar sombong.

Alden mendelik. "Daddy kamu kan tinggal di luar kota."

Haidar duduk di samping Alden. "Udah pulang tadi sore, aku ketemu di taman waktu main sama Lyly. Kata Daddy nanti malem main ke sini bareng Mommy sama Adik baru."

"Beneran?" Mata Alden memicing curiga.

"Iya Paman. Kalo ga percaya, nanti pas Daddy ke sini tanya sendiri aja."

"Paman percaya ko," saut Alden cepat, merawat Haidar sejak masih bayi hingga kini membuat ia tau kalau bocah kecil itu paling tidak bisa dalam urusan berbohong.

"Nih, black card nya."

Alis Alden terangkat satu, dengan mata yang melirik sodoran kartu sultan itu.

"Ambil Paman, aku mau tuker sama uang merahan."

Mulut Alden menganga. "Di tuker sama uang merahan?!"

"Iya, kalo ini ga bisa buat jajan cilok," Jelasnya sedikit kesal.

Langsung saja Alden kembali mengeluarkan uang berwarna biru, seperti yang ia berikan untuk Alya. "Kamu jajan pake uang ini, biar black card Paman yang pegang."

"Uang merah," desis Haidar datar.

Bibir Alden maju ke depan, mengganti uangnya seperti yang diinginkan Haidar. "Tuh udah, sana main. Jangain Lyly juga."

"Siap Paman," Patuh Haidar berlari gembira keluar rumah.

Alden menatap kartu black card yang ada di tangannya, ingatannya jatuh pada kejadian di mana saat itu ia sampai bertengkar dengan Alaya lantaran Raffasya, Ayah kandung Haidar memberikan kartu ATM pada Alaya tanpa sepengetahuannya.

Setelah berbaikan dengan Alaya, akhirnya ia memutuskan mengembalikan kartu ATM itu kembali pada Raffasya, karena ia masih sangat mampu menafkahi Haidar. Seperti kartu ATM, black card ini juga akan ia kembalikan pada Raffasya saat Kakak tirinya itu mampir ke sini.

"Kak..."

Kepala Alden mendongak, melengos pura-pura tidak peduli akan panggilan Alaya tadi. Ingat, ia masih kesal dengan Alaya yang sekarang mulai berani dan kasar.

"Jalan-jalan yu, liat gajah."

"Tuh gajah," tunjuk Alden pada mainan dari bahan plastik milik Alya yang tergeletak di lantai.

"Yang besar, itu kecil," rengek Alaya menahan tangis.

"Coba duduk dulu," Ajak Alden menepuk-nepuk sofa di sampingnya yang kosong.

Tanpa pikir panjang, Alaya pun menurut. Karena pemikirannya jika mengikuti keinginan Alden, laki-laki itu akan langsung mengajaknya jalan-jalan ke kebun binatang.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang